• Monday, 20 December 2021
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Mereka yang baru memasuki Sangha biasa disebut sebagai seorang sāmanera (untuk pria) dan samaneri (untuk wanita). Sebutan ini merujuk pada praktisi petapaan dan bisa dikatakan berarti “pemuda/i yang melepaskan keduniawiaan”.

Tradisi menjadi samanera dan samaneri kerap dilestarikan di negara-negara buddhis di Asia Selatandan Tenggara. Berbeda dengan para bhikkhu dan bhikkhuni yang telah menerima penahbisan penuh sebagai anggota Sangha, para samanera dan samaneri tidak melaksanakan peraturan penuh pāṭimokkha dan tidak mengikuti pula pembacaan ulang peraturan-peraturan tersebut pada hari-hari uposatha.

Sejarah mencatat bahwa sāmanera pertama yang ditahbiskan adalah Rāhula, putra Buddha Gautama sendiri.

Rāhula menjadi samanera pada saat usianya tujuh tahun ketika dia mengikuti Buddha sambil meminta warisan berharga untuknya. Buddha pun memanggil Bhante Sariputta dan memintanya untuk menahbiskan Rahula kecil, menjadikannya samanera pertama.

Menurut Vinaya (peraturan monastik) yang banyak digunakan di negara-negara buddhis di Asia Tenggara dan Selatan, seseorang yang berusia di bawah 20 tahun tidak dapat ditahbiskan sebagai seorang bhikkhu, hanya sebagai seorang samanera.

Para samanera dan samaneri ini menjalankan Sepuluh Sila sebagai pedoman sehari-hari dan mendedikasikan diri mereka untuk belajar ajaran Buddha. Setelah setahun menjadi samanera atau setelah berusia 20 tahun, mereka dapat menerima upasampada dan ditahbiskan menjadi seorang bhikkhu.

Beberapa vihara mewajibkan para umat yang ingin menjadi bhikkhu untuk menerima penahbisan sebagai sāmanera terlebih dahulu (meskipun berusia lebih dari 20 tahun) sebagai sebuah upaya untuk mempersiapkan dan membiasakan diri mereka dengan kehidupan sebagai anggota Sangha.

Mengingat peranan Rahula sebagai samanera pertama di dunia, Rahula dianggap sebagai Pelindung para samanera/i. Praktik memuja teladan Rahula ini mirip seperti yang dilakukan oleh para bhikkhu/ni terhadap Bhante Sariputta, Bhante Moggallana, dan Bhante Ananda yang menyimbolkan tiga kelompok ajaran, yaitu Abhidhamma, Vinaya, dan Sutta.

Tradisi puja yang mengasosiasikan seorang tokoh dengan teladan dan peranannya telah lama dilakukan dan bahkan dicatat pula oleh Faxian, seorang penjelajah buddhis dari Tiongkok (sekitar 320 – 420 M).

Dalam kunjungannya ke negara-negara buddhis di Asia Tenggara dan Selatan, dia mencatat banyak komunitas bhikkhu yang setelah bermukim di suatu tempat, biasanya akan membangun stupa untuk siswa-siswi utama.

Dia mengatakan bahwa para bhikkhuni akan memberikan persembahan di stupa Ananda atas jasanya membujuk Buddha untuk menyetujui penerimaan wanita sebagai anggota Sangha. Demikian pula para bhikkhu akan memberikan persembahan di stupa Bhante Sariputta dan Bhante Moggallana sebagai pengingat tentang Abhidhamma dan Vinaya. Sementara itu, para samanera/i akan memberikan persembahan di stupa Rahula.

Tradisi

Tradisi serupa juga dicatat oleh penjelajah lain dari Tiongkok yaitu Xuanzang (602-664 M) yang mengunjungi Madhura. Dia mencatat bahwa kelompok Abhidhamma memberikan persembahan kepada Bhante Sariputta, kelompok yang fokus pada meditasi memberikan persembahan kepada Bhante Moggallana, kelompok yang fokus pada pelestarian sutta memberikan persembahan kepada Bhante Purna-maitrayani-putra, kelompok yang mempelajari vinaya memberikan persembahan kepada Bhante Upali, para bhikkhuni memberikan persembahan kepada Bhante Ananda, mereka yang belum menerima peraturan penuh memberikan persembahan kepada Bhante Rahula, dan mereka yang mempelajari Mahayana memberikan persembahan kepada berbagai bodhisatta.

Sejarah juga mencatat bahwa Kaisar Ashoka membangun sebuah stupa yang didedikasikan untuk menghormati teladan Rāhula sebagaimana yang ditulis oleh kedua penjelajah dari Tiongkok di atas.

Dicuplik dari “Riwayat Hidup Rahula, Pewaris Dhamma”, terbitan Insight Vidyasena Production.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *