Pernahkan Anda menonton drama “Born Again”? Drama yang bercerita tentang reinkarnasi atau film “Along with The Gods” yang menceritakan perjalanan seseorang menuju tumimbal lahir sesuai dengan karmanya?
Beberapa drakor atau film seringkali relevan dengan apa yang kita lihat atau pelajari sehari-hari. Sama seperti drama korea “Sweet Home” yang tayang di Desember 2020 yang lalu.
“Sweet Home” bercerita tentang kehidupan di apartemen Green Home yang penuh kejadian menyeramkan. Munculnya monster mengerikan menjadi awal mula ketegangan selama drama berlangsung sebanyak 10 episode dengan durasi kurang dari 60 menit per episode.
Manusia berubah menjadi monster
Manusia satu per satu berubah menjadi monster karena hasrat dan ambisi besar dalam diri mereka yang terpendam. Karakter monster yang muncul mencerminkan perilaku yang mereka miliki semasa hidupnya. Seperti hadirnya “Monster Protein” yang bertubuh besar, berotot, kekar, dan sangat kuat hingga mampu merobohkan bangunan. Monster ini merupakan manusia yang memiliki obsesi pada bentuk tubuh yang kekar.
Bagaimana cara agar tidak berubah menjadi monster?
“Kendalikan dirimu” – itulah kalimat yang dikatakan Cha Hyun Soo kepada Jung Ui-Myeong yang juga menjadi manusia setengah monster. Hyun Soo telah berubah menjadi monster ketika mengalami depresi dan ingin bunuh diri, karena kehilangan kedua orangtuanya akibat kecelakaan.
Meskipun begitu, Hyun Soo salah satu monster jinak yang tidak menyakiti penghuni Green Home. Ketika dirinya berubah menjadi monster, Hyun Soo berusaha mengendalikan diri dan menghindar dari orang-orang di sekitarnya, agar tidak melukai yang lain.
Namun, suatu ketika tanpa bisa dikendalikan Hyun Soo menjadi monster jahat dan ingin menyerang penghuni Green Home. Untuk menghentikan Hyun Soo, Han Du Sik memeluk Hyun Soo hingga membuat dirinya terluka dan meninggal. Setelah dirinya sadar dan kembali menjadi manusia, Hyun Soo merasa sangat kehilangan.
Emosi negatif perlu dikendalikan sebelum menimbulkan luka
Drama ini cukup menarik, manusia berubah menjadi monster karena dari dalam dirinya sendiri. Ada sebuah makna tersirat bahwa, setiap manusia memiliki benih “monster” dalam dirinya yang sewaktu-waktu akan muncul dan melukai orang lain.
Pernahkan Anda marah dan merusak barang-barang di sekitar Anda? Pernahnya Anda mengomel, mencaci maki orang lain dan membuatnya sakit hati bahkan menangis? Dapat diibaratkan bahwa pada saat emosi negatif tersebut meluap, “monster” di dalam diri kita sedang muncul. Emosi negatif tersebut akhirnya merusak benda-benda di sekitar kita, melukai hati orang lain, bahkan diri kita sendiri.
Sebelum menyesalinya, kendalikan diri saat emosi negatif mulai muncul. Jangan sampai apa yang kita lakukan berdampak penyesalan.
Pengendalian diri dalam Dhamma
Lebih lanjut diuraikan dalam Dhamma Vibanga Jilid II – Kelompok Lima, praktik pengendalian diri (samvara) dapat dilakukan melalui 5 cara:
Pertama, Pengendalian diri melalui kemoralan (sila samvara)
Mengendalikan diri melalui tingkah laku, baik berupa ucapan maupun perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Menjalani kehidupan sesuai dengan disiplin atau aturan masyarakat yang berlaku. Seperti halnya, sebagai umat awam yang menjalankan lima sila.
Kedua, Pengendalian diri melalui kesadaran (sati samvara)
Mengendalikan panca indera agar tidak melakukan hal buruk yang merugikan. Sebagai contoh, mengendalikan indera pendengaran (telinga) saat mendengar informasi yang belum diketahui kebenarannya. Tidak timbul kebencian saat mendengar hal buruk tentang orang lain.
Ketiga, Pengendalian diri melalui pandangan terang (ñana samvara)
Melakukan pengendalian diri terhadap penggunaan kebutuhan pokok, mulai dari pakaian, tempat tinggal, makanan, hingga obat-obatan. Sehingga tidak menimbulkan keserakahan dalam penggunaannya.
Keempat, Pengendalian diri melalui kesabaran (khanti samvara)
Memiliki kesabaran dalam berbagai situasi yang terjadi. Mulai dari hal yang sederhana, ketika dihadapkan pada kondisi yang tidak mengenakkan karena perlakukan orang lain, tidak langsung memberikan respon negatif sebagai bentuk pelampiasan.
Kelima, Pengendalian diri melalui usaha atau semangat (viriya samvara)
Mengembangkan semangat dalam diri untuk melakukan kebajikan setiap harinya. Berusaha memadamkan pikiran dan niat jahat dalam diri, meninggalkan keburukan yang telah menjadi kebiasaan serta tidak membuat kebiasaan buruk baru.
Disclaimer: Drakor ini mengandung adegan perkelahian, wujud monster, dan darah. Bagi Anda yang tidak nyaman dengan hal tersebut, tidak dianjurkan untuk menontonnya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara