• Tuesday, 24 March 2020
  • Deny Hermawan
  • 0

Menyusul mewabahnya Covid-19, social distancing massif disuarakan di berbagai penjuru daerah. Tak hanya di Indonesia, namun juga di berbagai belahan dunia.

Social distancing, atau mengambil jarak secara sosial dengan orang lain menjadi jalan yang telah direkomendasikan pakar kesehatan untuk memperlambat penyebaran wabah atau penyakit menular, termasuk Coronavirus.

Di beberapa daerah, sekolah-sekolah sudah diliburkan dan sejumlah instansi pemerintahan dan perusahaan menerapkan kebijakan work from home (WFH) bagi pekerja. Mencuatnya isu lockdown juga memaksa sebagian masyarakat berlomba-lomba menyetok kebutuhan pokok.

Jika memang akhirnya seseorang [terpaksa] tidak bisa ke mana-mana, dan hanya berdiam diri di rumah, sebenarnya adalah waktu yang sangat tepat untuk mempraktekkan ajaran Buddha. Paling tidak dengan duduk diam bermeditasi.

Sebenarnya ada banyak basis tekstual Buddhis yang bisa dijadikan fondasi untuk mempraktikkan sikap menyendiri, menjauhkan diri dari orang lain. Salah satunya adalah Sutra Badak.

Sutra? Berarti Mahayana? Tidak serta-merta demikian. Sutra Badak (Rhinoceros Sutra) hanyalah “judul internasional” untuk menyebut tiga teks Buddhis dari tiga tradisi yang berbeda, namun isinya sama. Yang pertama adalah Khaggavisāṇa-sutta dari teks bahasa Pali yang dipakai di tradisi Theravada. Yang kedua adalah Khaḍgaviṣāṇa-gāthā dalam bahasa Sansekerta Hibrida Buddhis, yang lalu diterjemahkan dalam kanon Tiongkok. Yang terakhir adalah Khargaviṣaṇa-sutra atau Khargaviṣaṇa-gatha, teks Buddhis dalam bahasa Prakrit Gandhari.

Khusus yang ketiga termasuk teks langka, yang merupakan sisa-sisa peradaban Buddhisme Gandhara. Ini mengacu kepada kebudayaan Buddhis di Gandhara kuno yang merupakan sebuah pusat utama Buddhisme di anak benua India dari abad ke-3 SM hingga sekitar tahun 1200 M. Gandhara Kuno dapat disamakan dengan kawasan Pakistan utara saat ini, terutama Lembah Peshawar dan Dataran Tinggi Potohar serta Jalalabad di Afghanistan.
Khargaviṣaṇa-sutra ini adalah salah satu teks Buddhis yang ditulis di daratan India kuno dan masih survive hingga sekarang.

Ketiga teks tersebut terdiri dari serangkaian ujaran yang membahas bahaya kehidupan bermasyarakat dan manfaat hidup menyendiri. Hampir semuanya berakhir dengan peringatan bahwa para pencari harus berkeliaran sendirian seperti badak India. Dalam teks komentar yang muncul belakangan, disebut bahwa praktik ini bertujuan untuk menjadikan seorang sebagai Pacceka Buddha, yang berkeliaran sendirian di hutan seperti badak, yang dianggap sebagai hewan soliter.

Ayat-ayat dalam ketiga versi teks tidak sama persis dan agak bervariasi, sebagaimana urutan ayat-ayatnya. Oleh para ahli, ini dianggap menunjukkan tradisi lisan yang kaya, yang menyimpang secara regional atau berdasarkan sekte, sebelum dituliskan.

Tiga versi teks dalam tiga bahasa tersebut penting untuk melacak transmisi teks-teks Buddhis awal. Sangat menarik untuk melihat bagaimana bahasa-bahasa itu berdampingan. Ini memang sesuai dengan pesan Sang Buddha yang mendorong para pengikutnya untuk menyebarkan Dharma dalam bahasa maupun dialek mereka masing-masing.

Berikut ini adalah cuplikan terjemahan Khaggavisāṇa-sutta, yang mengajak siapapun untuk memiliki watak petapa:

Mengesampingkan tongkat pemukul terhadap semua yang hidup,
Tidak menyiksa satu pun;
Tidak mendambakan anak, apalagi teman
Mengembara sendirian bagaikan cula badak.

Ketertarikan muncul dari pertemuan,
Dan dari ketertarikan muncul dukkha;
Melihat bahaya pada ketertarikan di sana,
Mengembara sendirian bagaikan cula badak.

Seorang yang penuh belas kasih pada teman-temannya akan dicintai
Dengan pikiran melekat, mengabaikan yang baik.
Melihat bahaya dalam pergaulan,
Mengembara sendirian bagaikan cula badak.

Sumber utama informasi tulisan: A Gandhari Version of the Rhinoceros Sutra: British Library Kharosthi Fragment 5B (Richard Salomon)

Deny Hermawan

Editor BuddhaZine, penyuka musik, film, dan spiritualitas tanpa batas.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *