• Wednesday, 27 June 2018
  • Andre Sam
  • 0

Apabila Sampeyan butuh tantangan seperti sensasi jalan bergelombang dan berasa ikut acara rally dakkar. Datanglah ke Kompleks Candi Muaro Jambi. Pemerintah Jambi sudah menyiapkannya!

Rupanya pemerintah Jambi memiliki selera yang unik soal wisata, bagaimana tidak? Jalur becak motor di Kompleks Candi Muaro Jambi lebih cocok dipakai untuk kegiatan offroad atau motor trail daripada jalur peziarah maupun wisatawan.

Sayang sekali para pemudik tahun ini tidak melewati jalur becak motor di Kompleks Candi Muaro Jambi. Wah, kalau lewat sini, tidak akan ada spanduk politik, semacam #2019GantiPresiden ataupun #JalanJokowi. Sepertinya Pak Jokowi perlu sekali-sekali ke sini, merasakan jalan yang sangat menantang adrenalin di sini.

Ceritanya begini, pada saat itu…

“Mas, mohon maaf yah jalannya begini, jadi tamunya kurang nyaman,” seorang tukang becak Kompleks Candi Muaro Jambi, memohon maaf atas situasi jalan.

Waktu itu, Senin (30/4) masih di tahun 2018. Saya kebetulan mendapatkan berkah menemani ziarah seorang guru spiritual Vajrayana di Jambi, salah satunya kami menuju ke Candi Astano, dalam perjalanan seorang tukang becak menjelaskan bahwa candi tersebut merupakan tempat untuk kremasi, di sana banyak artefak yang berserakan dan sangat mudah didapat, saya sempat mengambil pecahan keramik, tetapi tetap saya kembalikan lagi pada tempatnya.

 

Jalanannya sangat istimewa untuk kompleks bersejarah istimewa. Jika Sampeyan ke Kompleks Candi Muaro Jambi, perjalanan menggunakan becak motor akan terasa sangat istimewa, ibaratnya jika ada emak-emak yang susah melahirkan, cukup diajak jalan ke sini, niscaya, langsung mbrojol. Lho kok bisa, lha ya lihat saja sendiri jalannya.

Bagi yang mau nyinyir, sebentar, tahan dulu. Bagi yang tidak terima, karena tulisan ini disinyalir menjelekkan pariwisata Jambi, tahan dulu bos. Jangan biasakan ambil informasi sepotong-sepotong. Tulisan ini dibuat bukan untuk menjelekkan siapa pun.

Kembali lagi ke ziarah tadi, untuk acara sembahyangan tidak ada masalah, masyarakat di sana, memegang prinsip saling menghormati, ya sudah barang tentu, masyarakat di sekitar areal candi adalah masyarakat muslim. Umat Buddha dipersilakan jika mau sembahyang, bahkan, saat itu, ketika rombongan ziarah sedang puja, suara radio yang kencang, diperkecil suaranya. Tanda apa itu? Ya menghormati yang sedang sembahyang.

Itu soal toleransi di kompleks candi, perlu diacungi jempol. Soal bangunan, silakan googling sendiri sejarahnya bagaimana. Berikut jalan-jalan yang sempat didokumentasikan, plus beberapa foto susulan per 11 Juni, masih di tahun 2018.

Saya saat itu, ketemu dengan paguyuban becak motor di kompleks tersebut, mereka mengeluhkan jalanan yang bertahun-tahun tak ada perbaikan. Agar tidak salah dipahami, jalan di sini adalah jalan lalu lintas becak motor di dalam areal kompleks candi. Panjang kurang lebih 1 km. Jalan tersebut merupakan jalan akses dari pintu masuk ke beberapa lokasi candi.

 

Kemudian, sebagai orang awam, saya ngomong, “Kok nggak ke pemerintah?” Wajah para tukang becak tersebut langsung berubah menjadi kecut. Ekspresi tersebut tak perlu saya tambahi lagi.

Baca juga: Perayaan Waisak 2017 dan Festival Candi Muarojambi

Sampeyan pernah nggak to lihat berita tentang sebuah jalan yang berlubang, kemudian oleh masyarakat setempat, jalannya ditanami pohon pisang, atau masyarakat yang duduk di pinggir jalan, kemudian menyorongkan jaring atau ember ke pengguna jalan? Untuk apa mereka melakukan itu? Untuk apa kira-kira? Ya untuk perbaikan jalan.

Kok nggak lapor ke pemerintah? Hehehe… lapor mulu bos. Kalau zaman Pak Harto itu ada istilah namanya Turba (Turun ke bawah), Zaman Pak Jokowi, Blusukan. Eh Gubernur Jambi Pak Zumi Zola ke mana yah? Kayaknya beliau baru silaturahmi dengan KPK, jadi gimana dong?

Jalan di kompleks candi itu siapa yang tanggung jawab sih Mas? Ada yang menjawab pemerintah, karena di sana ada dana. Ada yang menjawab tukang becak, karena mereka sesuka hati menggunakan jalan. Ada faktor lain juga, di sana siklus banjir tiga tahun sekali. Ada yang menjawab, itu kan candi Buddha, umat Buddha dong. Ada yang menjawab itu tanggung jawab bersama, bersama siapa?

Sementara itu, menurut Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi, Muhammad Ramli, dana untuk perbaikan jalan sudah ada anggarannya dari dinas pariwisata.

Menurut informasi tambahan, semenjak Mei 2018, sudah dibuatkan jalan baru yang dicor oleh BPCB, dari APBN, dikelola oleh Disparkab Muaro Jambi.

Setelah dicek ke lapangan, jalan yang dimaksud bukan jalan untuk becak motor, melainkan jalan untuk pejalan kaki.

Masih tidak percaya jalannya seperti itu, silakan cek sendiri, masih di tahun 2018. Sekarang bagaimana supaya jalan lekas diperbaiki? Saat bangsa Indonesia membanggakan Sriwijaya dengan segala macam warisan budayanya, ternyata urus jalan saja… Ehm, dhuh gimana yah… bikin gemes gitu lah.

Di lain pihak, menurut Ahok, salah seorang guide lokal setempat, “Katanya dari pemerintah akan ada perbaikan jalur becak motor di tahun ini.”

Namun, lain cerita menurut Pujinarto, Ketua Paguyuban Becak Wisata Kompleks Candi Muaro Jambi, “Di sini sudah bertahun-tahun tak ada perbaikan di jalur becak motor. Dulu pernah, pas ada pemilihan bupati, kami diundang untuk dengar pendapat, diundang dua dua kali malahan, tapi ya itu… jalannya tetap saja…”

Yah inilah, selera Pemerintah Jambi dek, suka jalan yang menantang! Liar! Kan asyik to? Kalau naik becak motor jalannya nggronjal-nggronjal apalagi jalannya sama pacar, kan makin romantis. Bayangin, kalau jalan di Kompleks Candi Muaro Jambi itu mulus?

Jadi, para jomblo, tidak disarankan ke sini, kenapa? Kalau becak motor sedang mengalami turbulensi, tubuh Anda akan tergoncang-goncang, seperti luka hatimu saat mengenang mantan. Love you Jambi!

Andre Sam

Penggemar dangdut, seorang Vianisty tapi bukan pembenci Nella Lovers.

Mengurusi band yang sama sekali tidak ndangdut. Motto hidup, “Opo kowe kuat dadi aku?”

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *