Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga) Republik Indonesia mengadakan ICABY (International Conference on Asean Buddhist Youth) 2018 dengan IDE (The Institute of Democracy and Education) Indonesia sebagai pelaksana. Kegiatan berlangsung dari tanggal 27-30 Mei 2018. Peserta acara ini terdiri dari Pemuda Indonesia dan Pelajar Asing yang sedang melakukan study di Indonesia.
Beberapa hari sebelum acara, para peserta mendapatkan pengumuman mendadak dari panitia via WA (Whatsapp) grup. Pengumuman berisikan pergantian tempat acara yang semula di Alana Hotel Jogjakarta menjadi Hotel Santika Jogjakarta. Sekelas acara berlabel internasional, menyampaikan pengumuman lewat WA grup menjadi sesuatu yang aneh karena biasanya lewat email resmi.
Pada hari pertama kegiatan ini, peserta dari luar kota dijemput di bandara atau stasiun. Setelah itu diantar sampai ke hotel. Anehnya sampai di hotel, beberapa peserta tidak langsung mendapatkan kamar tidur, karena alasan kamar penuh. Banyak peserta yang akhirnya menunggu di lobby hotel atau menumpang kamar ke peserta yang sudah mendapat hotel.
Lagi-lagi kami harus menyoroti acara berlabel internasional, sampai pada masalah teknis sederhana saja bisa terbengkalai. Ditambah lagi, peserta harus menunggu loading makan siang yang sebelumnya tidak disediakan panitia.
Dengan barang bawaan yang masih tergeletak di lobby hotel, kemudian peserta diarahkan menuju UGM (Universitas Gajah Mada) untuk melakukan pembukaan.
Baca juga: Borobudur Kembali Gelar Konferensi Internasional untuk Ketiga Kalinya
Acara tidak dibuka oleh Menteri Pemuda dan Olahraga langsung, melainkan diwakili oleh Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda, Faisal Abdullah. Turut hadir juga Rektor UGM dan perwakilan Gubernur D.I Yogyakarta, untuk memberi sambutan di Auditorium Graha Sabha Pramana UGM. Setelah pembukaan dilanjutkan dengan buka puasa bersama. Ada peserta yang vegetarian akhirnya tidak menyantap makan malam, karena panitia tidak menyediakannya. Padahal sebelumnya di form pendaftaran terlampir pilihan makanan vegetarian atau non vegetarian.
Setelah itu, peserta kembali ke Graha Sabha Pramana untuk melakukan FDG (Focus Grup Discussion). Kejanggalan kembali terjadi, dengan jumlah peserta yang tidak sampai 70 orang mengisi ruangan dengan kapasitas 3.000 orang. Padahal sebelumnya dilansir dari akun Instagram resmi Kemenpora (@kemenpora), pada postingan foto tanggal 24 Mei 2018 yang mem-posting pertemuan antara Menpora Imam Nahrowi dan WALUBI (Perwakilan Umat Buddha Indonesia) menyebutkan bahwa kegiatan ICABY akan diikuti 20.000 peserta dari berbagai negara. FGD berlangsung tak maksimal karena ruangan terlalu lengang dan jarak ke depan panggung terkesan sangat jauh.
FGD berakhir sampai jam 9 malam. Kemudian para peserta kembali ke hotel untuk istirahat. Sesampainya di hotel, permasalahan pembagian kamar hotel untuk peserta belum selesai juga. Panitia masih berkelit bahwa hotel dalam kondisi full booking (penuh).
Beberapa peserta yang belum mendapat kamar dipaksa untuk mengisi kamar yang kapasitasnya hanya dua orang, kemudian diisi 3 orang tanpa extra bed (kasur tambahan). Padahal ada salah satu peserta yang memesan kamar memakai dana pribadi langsung mendapatkan kamar. Hal ini membuat beberapa peserta protes kepada panitia. Perdebatan panas sempat terjadi di lobby hotel, baik dengan panitia pelaksana maupun pihak Kemenpora. Permasalahan kamar akhirnya baru terselesaikan jam 1 dini hari.
Di hari kedua
Ada dua tema yang menjadi fokus yakni “The Spirit of Buddha as a Spirit of Unity” dan “Interfaith Dialogue”. Adapun tema besar dari kegiatan ICABY 2018 adalah “Fostering World Peace Among Religious Community“.
Pemateri terdiri dari Bhikkhu Narongchai Thanajayo (Chief of The International Dhammadayada Training and Ordination Program), Pandita Suhandi Sendjaja (Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia), Zaenal Eko Putro (Director of Cenas of Indonesia; Researcher of Indonesian Buddhist-Muslim Harmony), dan Y.M Bhikkhu Santacitto (Sangha Theravada Indonesia).
Selain itu ada FGD yang dibawakan oleh Hastho Bramantyo (Dosen STAB Syailendra) dan Prajna Murdaya (Koordinator Buddhis Muda Indonesia). Kemudian peserta dibagi menjadi 5 kelompok untuk saling berdiskusi soal konflik dan upaya perdamaian, lalu dipaparkan di depan forum.
Di hari ketiga, para peserta berkegiatan mengikuti seluruh acara rangkaian Waisak di Candi Mendut dan Candi Borobudur. Pertama melakukan prosesi di Candi Mendut kemudian mengikuti iring-iringan dengan berjalan kaki menuju Candi Borobudur. Sebelum bergegas dari Candi Mendut, Menpora Imam Nahrowi sempat menyapa dan bersalaman dengan para peserta ICABY 2018 untuk melepas menuju Candi Borobudur.
Baca juga: Mindful Project: Sebuah Konferensi tentang Kebahagiaan
Sampai di Candi Borobudur peserta diberi jam bebas untuk melakukan ibadah atau sekadar foto-foto karena tidak semua peserta beragama Buddha. Pada jam makan malam peserta kemudian berkumpul di tenda yang telah disediakan panitia.
Panitia memberikan opsi untuk peserta yang ingin kembali ke hotel atau melanjutkan ritual detik-detik Waisak. Sebagian peserta kembali ke hotel, dan sebagian tetap melanjutkan detik-detik Waisak. Ritual detik-detik Waisak berlangsung khidmat sampai pada pelepasan lampion setelah detik-detik Waisak.
Ternyata panitia dan peserta yang kembali ke hotel melakukan penutupan acara. Ini tidak sesuai dengan jadwal acara yang diberikan kepada para peserta. Sementara sebagian peserta masih mengikuti ritual Waisak. Salah satu peserta, Prajna perwakilan dari Prov. Jawa Barat mengungkapkan kekecewaannya kepada panitia, “Saya rasa terlalu banyak hal yang tidak direncanakan terjadi dan sangat merugikan kami atau paling tidak saya sebagai peserta,” ungkapnya. Namun panitia acara tak memberikan penjelasan sama sekali mengenai hal tersebut.
Banyak kekurangan dan kejanggalan dalam acara bertajuk internasional ini. Dimulai dari jadwal acara yang terus berubah-ubah, masalah kamar hotel dan konsumsi peserta, hingga banyaknya peserta bukan berasal dari kalangan Buddhis.
Jika merujuk pada surat resmi Kemenpora yang turun ke Dispora (Dinas Pemuda dan Olahraga) atau Pembimas Buddha Kanwil Kemenag (Kementerian Agama) masing-masing provinsi, pada kolom syarat dan ketentuan peserta di dalam kriteria bertulis “Beragama Buddha”.
Dibandingkan dengan Asian Youth Day 2017 yang mempertemukan kaum muda Katolik lintas negara sejumlah ribuan orang, acara ICABY 2018 ini sangat jauh dari harapan. WALUBI yang menjembatani kegiatan ini pun tak bisa berbuat banyak. Panitia pelaksana juga harusnya bisa melibatkan dari kalangan Buddhis. Tak hanya melibatkan NGO (Non Govermental Organization) yang berasal dari kalangan non-Buddhis.
Billy Setiadi
Ketua HIKMAHBUDHI PC Malang 2016-2018
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara