• Friday, 13 April 2018
  • Hendrick Tanu
  • 0

“Pikirkan balik. Ingat apa yang dilakukannya (Voldemort), dalam ketidaktahuannya (moha), dalam ketamakan (lobha) dan kekejamannya (dvesa).”– Albus Dumbledore, Harry Potter and Relikui Kematian

Mereka yang lahir di tahun 80-an dan 90-an pasti tidak asing dengan game-game perang bernuansa fantasi dan sihir. Akar dari semua ini sebenarnya adalah JRR Tolkien, namun akar juga berasal dari bibit. Apa bibitnya? Inilah yang akan kita bahas.


Wagner

Wagner

JRR Tolkien terkenal akan karyanya yaitu Lord of The Rings dan The Hobbit, sedangkan sahabat karibnya, CS Lewis, terkenal akan karyanya yaitu seri Narnia. Masa muda mereka dihidupkan oleh satu hal yang sama yaitu drama Ring Cycle dari Richard Wagner. Ketika muda mereka sama-sama pergi ke opera tersebut dan menerjemahkan karya Wagner, Die Walkure.

CS Lewis akhirnya menjadi salah satu fans terbesar Wagner dan menjadi alasan penting mengapa ia akhirnya menyukai dan menjadi penulis fantasi laris Narnia. Sedangkan bagi Tolkien, cincin dari opera Wagner menjadi inspirasi benda paling penting dalam cerita Lord of The Rings.

Menariknya, Wagner membuat cerita-cerita operanya didasarkan atas Buddhadharma yang dipelajarinya lewat karya Schopenhauer dan Eugene Burnouf (Schopenhauer dan Burnouf mengenal Buddhadharma lewat Mahayana Tiongkok, dan Tibet), bahkan ia juga membuat opera Die Sieger yang menceritakan Sardulakarnavadana dari kitab Buddhis Divyavadana.

Nafsu keinginan sebagai sumber penderitaan dan pembebasan Nirvana menjadi keyakinan Wagner akan kisah-kisah Ring Cycle.

Sang pencipta Ring Cyle ini juga sebenarnya tidak asing bagi orang Indonesia dan seluruh dunia. Sebagai komposer, Wagner membuat Bridal Chorus yang dipakai oleh para pengantin di seluruh dunia di era tahun 80-an dan 90-an dan mungkin hingga kini.


JRR Tolkien

JRR Tolkien

Tidak hanya Wagner, Buddhadharma mempengaruhi Tolkien lewat seni cetak blok kayu Jepang yang dibelinya saat kuliah di Exeter dan dipajang di kamarnya.

Humphrey Carpenter yang mengoleksi surat-surat Tolkien menyebutkan bahwa sang penulis banyak mengambil inspirasi seninya dari seni cetak Jepang. Tolkien tampaknya juga sangat puas dan memuji ilustrasi Jepang dari novel The Hobbit yang diterjemahkan ke negara itu.

Seni cetak blok kayu Jepang pada masa Tolkien biasanya menggambarkan karya dari biksu aliran Nichiren-shu bernama Hokusai.

Lukisan-lukisannya yang menggambarkan Gunung Fuji dan naganya diduga kuat mempengaruhi desain dan cerita Tolkien akan The Hobbit, ia menggambarkan naga Smaug dan Erebor mirip dengan karya Hokusai tersebut. Naga dari Gunung Fuji ini dipercaya sebagai manifestasi dari Mahavairocana Buddha.

Karya sang biksu yang lain adalah pedang Acalanatha dan naganya Kulika serta ombak besar yang legendaris itu. Keduanya juga diduga mempengaruhi kisah-kisah yang diciptakan Tolkien.


CS Lewis

CS Lewis

Tanpa Wagner tidak ada Narnia karena sedemikian besar ketakjuban yang diciptakan olehnya pada CS Lewis sehingga serta merta mengubah sudut pandangnya akan dunia. Tanpa Tao juga tidak akan ada Narnia, karena keyakinannya akan Tao yang membuatnya menulisnya.

Baca juga: Zen dari Wakanda

Di kalangan teologian, CS Lewis sangat terkenal dengan bukunya Mere Christianity. Di luar kritiknya terhadap keyakinan lain, CS Lewis percaya bahwa rencana Tuhan itu dapat ditemukan di semua keyakinan agama. Ia menyebutnya sebagai “Tao” yang sering dipakai oleh Buddhis Chan, Taois dan Konfusianis:

“Mau  Platonis, Aristotelian, Stoik, Kristen, dan Oriental, dasar semua konsep ini, saya singkatnya mengacu pada “Tao.” . . . Apa yang sama dari mereka semua? . . doktrin akan nilai objektif, keyakinan bahwa sikap tertentu sesungguhnya benar, dan yang lainnya sesungguhnya salah, sampai pada apa alam semesta itu dan apa diri kita ini. Saya sebut ini Tao dan orang lain bisa menyebutnya sebagai Prinsip Alamiah.” The Abolition of Man


JK Rowling

JK Rowling

Semua hal di dunia ini memang saling terhubung. Rowling menyebutkan bahwa CS Lewis dan Tolkien adalah dua penulis yang menjadi inspirasinya menulis Harry Potter.

Pengaruh Asia Timur juga sangat banyak ditemukan dalam saga Harry Potter. Mulai dari alkemis Tao bernama Zouyan dan ahli naga Bonan Shushi yang masuk dalam kartu penyihir terkenal buatan JK Rowling sampai pada batang ramalan Tiongkok yang menjadi inspirasi divisi ramalan Hogwarts sebagaimana yang dinyatakan dalam pameran “Harry Potter: A History of Magic“. Belakangan juga disebutkan adanya sekolah sihir di Jepang yang dinamakan Mahoutokoro berarsitektur stupa pagoda.

Sebelumnya dalam wawancara dengan The Times (2000), JK Rowling mengaku sangat setuju dan tertarik dengan kata-kata Buddha yaitu bahwa hidup adalah penderitaan. Perjalanan hidupnya benar-benar sejalan dengan kata-kata Buddha ini.

Penderitaan dan jalan keluarnya juga menjadi tema sentral dari karya-karya Wagner, Tolkien dan CS Lewis. Pesan Buddha tampak benar-benar universal, bukankah begitu?

Hendrick Tanuwidjaja

Penulis dan executive editor majalah Buddhis Sinar Dharma, aktivis komunitas Chan Indonesia, dan co-founder dari Mindful Project

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *