Saat ini kita sangat mudah menjumpai restoran-restoran yang menyajikan masakan dari negeri gingseng, Korea.
Terlebih dengan semakin populernya Kpop pada dekade terakhir, semakin banyak pula masyarakat yang mengenal dan mencicipi masakan khas Korea.
Nah, biasa ketika kita makan di restoran Korea, kita akan disajikan dengan beragam menu pendamping yang cukup beragam dan biasanya gratis. Set menu dalam porsi kecil ini disebut banchan dalam bahasa Korea. Dan ternyata ada lho pengaruh Buddhadharma dalam masakan ini.
Baca juga: Buddha, Dharma, dan Cinta Kasih
Pada zaman kerajaan, para raja dan ratu Korea biasa dilayani dengan jamuan makan lengkap dengan banchan (pelengkap) sebanyak 12 jenis atau disebut 12 cheop. Hal ini dikenal sebagai hidangan kerajaan Korea.
Banchan sendiri muncul dalam sejarah masakan Korea pada pertengahan masa Tiga Kerajaan Korea (57 SM – 668 M) seiring dengan pertumbuhan Buddhadharma pada masa itu.
Dubu Jorim, berbahan dasar tahu (Angela N)
Berkat pengaruh Buddhadharma di kerajaan, para raja melarang masyarakatnya untuk menyantap daging. Hasilnya, muncullah beragam variasi masakan berbahan dasar sayuran dan buah di hidangan Korea.
Dapur istana mulai bereksperimen dalam menyiapkan, memasak, dan menyajikan masakan-masakan berbahan dasar sayuran tersebut agar lezat dan enak dipandang.
Demikian pula untuk masyarakat awam di Korea. Mereka akan memasak banchan sebagai lauk, teman nasi, namun dengan variasi yang lebih sedikit dan tampilan yang lebih sederhana.
Baca juga: Ajnagarbha, Biksu Jawa Arsitek Mandala Agung Borobudur
Meskipun pada akhirnya invansi Mongol ke Korea mengakhiri pelarangan menyantap daging di Korea, banchan yang telah berevolusi dan hadir dalam menu masakan Korea selama 600 tahun telah mendapat tempat tersendiri dalam hidangan Korea.
Banchan paling terkenal dan mesti ada dalam setiap hidangan Korea adalah kimchi. Kimchi bahkan dianggap sebagai makanan nasional Korea.
Selain itu ada pula Jeon atau Korean Pancake. Meskipun pada awalnya set menu banchan berbahan dasar sayuran, saat ini tidak jarang ditemukan menu non-sayuran.
Jadi, lain kali kalau Anda sedang menyantap masakan di restoran Korea, jangan lupa untuk mengingat sejarah ini dan menceritakannya kepada keluarga atau teman Anda. (kcet.org)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara