• Thursday, 14 May 2020
  • Indri Sutrisna
  • 0

Sejak kecil, sebagian besar diantara kita terbiasa untuk meraih, menggenggam, menggapai atau mencapai sehingga sangat sedikit diantara kita yang akhirnya terbiasa untuk melepaskan atau menerima.

Termasuk didalamnya kemauan dan kesiapan diri untuk menyambut luka jiwa yang hadir. Mengenai hal ini, perlu disadari bawasanya dalam kadar yang berbeda setiap orang memiliki luka jiwa.

Psikologi Transpersonal pun menyebutkan bahwa setiap individu memiliki luka yang mendalam pada masa kanak-kanak. Luka pada masa kanak-kanak inilah yang kemudian disebut sebagai luka dasar.

Luka dasar merupakan hasil dari kekerasan atau ketidaknyamanan yang dirasakan individu atas dirinya. Luka dasar yang paling sering dijumpai adalah akibat penganiyayaan fisik, pelecehan seksual, tekanan emosional maupun ketidakadaan empati dari orang sekitar terhadap diri seseorang serta penolakan lingkungan yang pernah dialami secara langsung maupun tidak langsung maupun ketidakadaan empati dari orang sekitar terhadap diri seseorang.

Selain itu, luka dapat dipahami sebagai hal yang disebabkan oleh kurangnya empati kepada diri sendiri dan orang lain atau kegagalan untuk memahami diri sendiri dan orang lain (Firman & Gila, 2002).

Luka-luka ini pun dapat berkembang menjadi ganguan psikologis. Seperti yang disebutkan oleh Firman dan Gila (2002) bahwa sebagian besar gangguan psikologis merupakan akibat dari adanya luka.

Luka-luka ini pun tidak akan pernah pergi atau pulih sampai kita mampu belajar dan memaknai sesuatu darinya. Luka-luka ini akan selalu menghadapkan atau mengingatkan kita untuk berani mengambil langkah untuk memulihkannya.

Contohnya, ketika aku kecil, mama dan papa karena sibuk bekerja aku pun sering kali dititipkan kepada saudara atau anak tinggal yang saat itu tinggal di rumah kami. Kondisi ini pun terekam dalam diriku sebagai luka yang hadir dalam bentuk perasaan kesepian.

Seiring pertumbuhanku, aku tidak menyadari bahwa aku memiliki luka ini karena aku begitu berusaha menutupinya dengan banyak memiliki teman. Walaupun dalam pergaulan tersebut aku pun sering berkonflik dengan teman-temanku dan aku kurang mampu untuk menjalin hubungan yang hangat dengan teman-temanku.

Hal ini pun terus terulang hingga aku kuliah. Hingga suatu ketika aku dihadapkan dengan kenyataan yang mengharuskanku untuk memulihkan luka itu. Sakit itu pasti karena aku tidak pernah diajarkan untuk melepas dan menerima luka.

Aku belajar tertatih-tatih untuk menyambut luka. Perlahan-lahan dengan bantuan para dosen dan teman-teman kuliah, aku pun perlahan-lahan bersedia dan siap tumbuh dari luka tersebut. Kini aku pun memahami bahwa luka hadir untuk mempercantik dan memperindah jiwa manusia.

Aku mengatakan pada diri dan setiap luka-luka aku yang mampu aku kenali seperti ini, “Tidak apa-apa semuanya akan tetap baik-baik saja. Karena semua yang telah, sedang, dan akan berlangsung aku tetap akan baik-baik saja. Aku pun tahu bahwa tidak ada rasa sakit yang tidak berguna. Jadi tidak apa-apa.”

Aku mengulang-ulangi kalimat tersebut. Ini adalah cara bagiku untuk menyambut luka jiwaku. Sesekali aku katakan juga ketika luka muncul, “Selamat datang luka.” Ketika luka itu perlahan pulih, “Terima kasih untuk ajarannya.”

Kondisi ini pun dapat memulihkan luka yang hadir karena mulai terjalin hubungan yang utuh dan penuh cinta empati kepada diri sendiri. Karena pemulihan hanya dapat terjadi melalui cinta yang penuh empati sebagai keseluruhan pribadi (Firman dan Gila, 2007). Jadi tidak apa-apa bila merasa terluka dan sambutlah luka itu dengan cinta yang penuh empati.

Kondisi seperti ini pun kemudian dapat memperparah kondisi psikologis seseorang. membuka luka lama, tidak ada yang pergi sampai kita belajar sesuatu darinya. Luka selalu mengingatkan kita untuk memulihkannya. Ambil langkah berani. Luka mengundang orang-orang yang bermasalah bagi kita. Bukan hanya luka saja yang sembuh tetapi tubuh kita juga sembuh.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *