Siapa yang tak kenal dengan Mara? Dalam banyak cerita buddhis, Mara digambarkan sebagai sesosok dewa kematian yang terus mengganggu upaya Pangeran Siddhartha mencapai kebebasan. Bahkan setelah Pangeran telah menjadi seorang Buddha, Mara tetap mengganggu murid-murid Buddha dalam upaya mereka mencapai kebebasan sempurna. Namun jarang kita dengar cerita tentang Mara yang kemudian bertobat dan menjadi penganut agama Buddha. Catatan Jingde tentang Transmisi Lampu dan Denkoroku, keduanya berisi kisah pertobatan Mara menjadi pemeluk agama Buddha di bawah naungan Bhikkhu Upagupta.
Menurut cerita, Bhikkhu Upagupta melakukan perjalanan ke Kerajaan Mathura dan membabarkan Dharma dengan sukses besar disana. Hal ini menyebabkan istana Mara bergetar, mendorong Dewa Mara untuk menggunakan kekuatan penghancurnya melawan Dharma. Dikisahkan ketika bhikkhu Upagupta sedang samadhi, Mara mendekatinya dan menyelipkan kalung batu giok di lehernya.
Menyadari hal ini, bhikkhu Upagupta berusaha untuk menyadarkan Mara dari perbuatan salahnya yang terus mengganggu murid-murid Buddha. Bhikkhu Upagupta kemudian mengubah mayat manusia, anjing, dan ular menjadi karangan bunga dan memberikannya kepada Mara. Ketika Mara menemukan sifat sejati dari hadiah itu, dia meminta bantuan Dewa Brahma untuk melenyapkannya. Sayangnya Dewa Brahma gagal dan memberitahu Mara bahwa karena kalung itu dianugerahkan oleh seorang siswa Buddha tingkat lanjut, efeknya hanya dapat diredakan dengan menjadi murid Bhikkhu Upagupta.
Menyadari kekuatan murid Buddha, Dewa Mara kembali ke dunia manusia di mana ia bersujud di hadapan Bhikkhu Upagupta dan bertobat. Bhikkhu Upagupta kemudian menyarankan Mara untuk tidak pernah lagi menyakiti Dharma dan mengambil perindungan di dalam Tiga Permata.
Catatan pertobatan Mara juga memuat sebuah gatha yang diucapkan Mara ketika bertobat dan memeluk agama Buddha sebagai berikut:
Pemujaan kepada guru dari tiga samādhi,
Kepada murid sang bijak dari sepuluh kekuatan.
Hari ini aku ingin berpaling padanya
Tanpa meneruskan keberadaan
dari segala kekejaman atau kelemahan.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara