
Secara umum, kita memang terbiasa menilai orang dari tampilan fisiknya. Banyak contoh untuk hal ini. Wanita cantik dan wanita jelek bertanya atau minta tolong, mana yang lebih banyak mendapat respon?
Atau ada 2 orang yang masuk ke toko. Satu berpenampilan biasa (sederhana), dan satu lagi pakai kemeja dan jas rapi, mana yang lebih disambut dan dilayani dengan baik? Kita tidak perlu munafik, itu memang hal yang lumrah terjadi.
Dimanfaatkan orang jahat
Para pelaku kriminal mengetahui keadaan ini, tampilan luar yang bagus cenderung lebih dihargai dan tidak dicurigai. Jadi, jika ingin melakukan pencurian atau penipuan, mereka datang ke toko dengan tampilan keren.
Ada calon pembeli yang tampil keren, kita akan melayani dengan sangat baik dan berpikiran bahwa calon pembeli ini pasti punya uang banyak, nggak mungkin menipu. Dari pakaian, jam tangan, ponselnya terlihat sangat mahal, masa’ iya orang ini akan mencuri atau menipu?
Faktanya, teman penulis pernah tertipu oleh tampilan bagus seperti ini. Tampang keren luar biasa, ternyata penipu.
Pelajaran dari kotak penyok
Anda yang termasuk kids zaman old, tentu tahu tabung pasta gigi zaman dulu. Zaman dulu, tabung pasta gigi terbuat dari logam (aluminium), bukan dari bahan plastik seperti sekarang ini. Kotak luarnya sih tetap sama, dari karton.
Waktu kecil, penulis main ke rumah teman yang ortunya buka toko yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari, salah satunya pasta gigi. Dalam proses pengiriman pasta gigi, ada beberapa kotak pasta gigi yang penyok (mungkin terbanting saat proses pengirimannya). Isinya juga penyok dan tidak bisa dibuat mulus kembali karena kemasan bukan dari plastik yang fleksibel.
Pembeli umumnya tidak mau mendapatkan produk jelek, meski hanya sekedar kemasannya. Apa solusinya? Kalau sedikit, pasta gigi yang kotaknya penyok itu bisa dipakai sendiri. Kalau banyak atau tidak biasa menggunakan produk itu?
Ortu teman punya solusi sederhana. Tukarkan saja tabung pasta (tabung pasta yang penyok dimasukkan ke kotak pasta yang mulus, tabung mulus dimasukkan ke kotak yang penyok).
Saat pembeli diberi pasta dengan kotak mulus, umumnya langsung terima saja (cover luarnya mulus sih). Pembeli yang diberi pasta dengan kotak penyok umumnya komplain, tolong tukar yang lain dong. Penjual langsung bilang, “Yang penyok cuma kotaknya, dalamnya mulus kok,” sambil mengeluarkan tabung pasta yang memang mulus. Aman deh… yang penyok pun terjual dengan mudah.
Cover atau isi?
Disadari atau tidak, kita sering tertipu oleh cover, kemasan, tampilan luar seperti halnya kotak pasta gigi yang penyok tadi. Seorang yang tampil dengan pakaian rapi apalagi dengan kemasan yang agamis atau jabatan penting di bidang keagamaan, sering membuat kita berpikir mereka pasti “orang bener” dan tidak mungkin berbuat hal buruk.
Penulis tidak akan bicara tentang agama lain, bicara agama Buddha saja. Sifat baik dan buruk, bukan didominasi orang agama tertentu saja. Semua suku, semua agama, semua ras, dan semua golongan, ada yang baik dan ada oknum yang berbuat tidak baik.
Urusan harta, takhta, dan nafsu memang bisa membutakan, bukan hanya umat awam, pemuka atau pemimpin agama yang “ilmunya tinggi pun” bisa tergoda.
Penulis tidak mengatakan umat awam pasti sifatnya lebih baik atau sebaliknya. Semua tergantung kepada manusianya. Jadi, kita jangan mudah tertipu oleh tampilan luar (cover) semata.
Pakaian mahal dan rapi, wajah penuh senyum, jabatan di bidang agama, bukan jaminan orang tersebut pasti baik. Kita harus selalu waspada, bukan curiga. Dalamnya laut dapat diduga, dalam hati siapa tahu.
Penulis jadi teringat sebuah kalimat yang ditulis Mas Maman Suherman (No Tulen ILK) dalam Kata Pengantar di buku souvenir pernikahan kami, “Don’t judge the book by its cover.”
Ilustrasi: Agung Wijaya
Suami Linda Muditavati, ayah 2 putra dari Anathapindika Dravichi Jan dan Revata Dracozwei Jan.Pembuat apps Buddhapedia, suka sulap dan menulis, tinggal di Bandung.