Jawaban rubrik konsultasi psikologi BuddhaZine.com
Kepada Yth.
Ibu MaharaniSaya baru saja putus dengan kekasih saya. Sehingga akhir-akhir ini sering memiliki rasa bersalah karena saya yang memutuskan dia. Jadi, kondisinya, kekasih saya punya permasalahan mengenai kecemasan. Saya sudah menjalani hubungan dengannya selama kurang lebih dua tahun belakangan. Tapi beberapa bulan terakhir sebelum kami putus, dia mulai cuek dan agak ketus.
Setelah putus, saya baru tau kalau kekasih saya itu merasa tertekan karena saya sering bertanya apa dia mencintai saya? Karena dia hampir tidak pernah, bahkan baru dua kali mengatakan kalau dia sayang pada saya.
Sementara itu, kekasih saya ternyata tipe yang sulit mengungkapkan perasaannya. Saya jadi merasa bersalah telah mutusin dia tapi saya benar-benar merasa dia udah ngga sayang saya lagi.
Akhir-akhir ini saya benar-benar down seakan dunia menjauh dari saya. Dua bulan lalu, ibu saya meninggal dunia, dan sahabat saya mulai menjauh dari saya. Saya benar-benar merasa bersalah dan kesepian. Bagaimana cara saya menghadapinya?
Dear miss NN,
Dalam sebuah hubungan percintaan, sangatlah wajar jika seseorang ingin mendapatkan pengakuan atau pernyataan cinta dari pasangannya. Karena hal itu merupakan salah satu pembuktian bahwa kekasihnya masih mencintai dirinya. Kebutuhan dasar setiap manusia adalah untuk mencintai dan dicintai tentunya.
Namun ada yang perlu diingat bahwa gaya komunikasi setiap orang itu berbeda-beda, apalagi gaya komunikasi pria dan wanita dalam sebuah hubungan. Biasanya pria adalah makhluk yang sulit untuk mengungkapkan perasaan dan pemikirannya secara verbal (melalui kata-kata), beda halnya dengan wanita yang mudah mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaannya secara verbal dengan orang-orang terdekatnya. Hal itulah yang sering menjadi pemicu konflik dalam sebuah hubungan percintaan.
Sehingga perlu dipahami bahwa seorang pria biasanya akan menyatakan dan mengungkapkan rasa sayangnya dalam bentuk tindakan-tindakan nyata, belum tentu dalam bentuk kata-kata ”Aku Sayang Kamu”. Coba Anda cek kembali apakah selama ini pacar Anda ini telah melakukan berbagai hal dan tindakan nyata seperti menolong Anda di saat Anda mengalami kesulitan, memberikan dukungan emosional dan sosial, memberikan kabar kepada Anda ketika berjauhan, menanyakan kabar Anda, mengantarkan Anda pergi, dan lain sebagainya. Dari perhatian-perhatian itu kita bisa melihat apakah seorang pria benar-benar mencintai kita atau tidak, meskipun tidak pernah mengungkapkan kata-kata “Aku Sayang Kamu”.
Apalagi jika Miss NN bercerita bahwa pacar Anda adalah seseorang yang mengalami kecemasan pada lingkungan sosial dan traumatik akan kehidupan percintaan. Diperlukan waktu, proses, dan kesabaran untuk dapat pulih dari sebuah peristiwa traumatik, apalagi gejala kecemasan itu sendiri.
Sebagai pasangan sudah sewajarnya kita mendukung dan memberikan support agar kekasih merasa terbantu, didukung dan tidak tertekan, baik melalui kata-kata, sikap dan kepercayaan kita terhadap dia.
Dengan adanya anxiety tersebut, seseorang akan lebih mudah merasa tertekan, merasa dipojokkan dengan adanya tuntutan tertentu yang terus menerus dari orang terdekatnya, apalagi jika itu adalah sebuah tuntutan yang sulit untuk dipenuhi dirinya.
Misalnya sulit untuk mengatakan, ”Aku Sayang Kamu”, padahal kekasih Anda sudah mati-matian menunjukkan dalam sikapnya selama ini, namun karena anda berfokus pada hal itu saja, kebaikan-kebaikan lain yang dilakukannya seolah-olah tidak tampak di mata Anda. Dengan perlakuan ini, bisa saja membuat anxiety dalam diri kekasih Anda semakin berat.
Jadi dalam sebuah hubungan, yang terpenting bukanlah kata-kata “Aku Cinta Kamu”, tapi lebih ke dalam bentuk perhatian yang sesungguhnya, saling mendukung, saling memberikan support di saat yang satu pihak membutuhkannya, dan sebaliknya.
Nah apakah selama ini Anda dan kekasih sudah melakukan hal tersebut satu sama lain? Jika memang iya, berarti ia adalah orang yang layak untuk Anda pertahankan. Hubungan kalian memiliki kemungkinan bisa berkembang dan terus berlanjut ke arah yang lebih baik.
Satu hal lagi yang perlu diketahui adalah jangan mencari seorang kekasih hanya untuk mengisi kesepian atau kekosongan dalam diri kita, karena jika kita mencari pasangan untuk tujuan tersebut, akhirnya kita akan menjadi pasangan yang selalu menuntut dan berharap terlalu tinggi terhadap pasangan. Sedangkan pasangan kita adalah manusia biasa yang juga memiliki hal dan urusan lain untuk dipikirkan selain diri kita.
Penyebab
Kita tidak mengetahui pasti apa penyebab sikap pasangan Anda berubah menjadi cuek dan ketus beberapa waktu belakangan ini, tapi terkadang manusia (terutama pria) membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri, dan menjadi sedikit menjauh dari lingkungan dan orang-orang terdekatnya sesekali. Terutama ketika mereka memiliki pikiran atau beban tertentu atau permasalahan yang belum bisa terselesaikan. Pada dasarnya pria tidak ingin membuat pasangan atau orang terdekatnya ikut terbeban memikirkan masalahnya.
Berikan dia waktu sejenak tanpa harus mendesak atau menuntutnya untuk menceritakan permasalahan atau penyebab perubahan sikapnya, cukup dukung dia, berikan support dan perhatian seperti biasa. Jika permasalahannya selesai nanti, ia pasti akan menceritakannya kepada Anda dan sikapnya kembali seperti biasa lagi.
Baca juga: Mengapa Aku Berbeda?
Selama waktu-waktu itu, sibukkanlah dan isilah hari-hari Anda dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat, misalnya melakukan hobi-hobi lama yang selama ini sudah jarang dilakukan, atau melakukan aksi sosial kepada orang-orang yang membutuhkan. Sehingga waktu-waktu Anda dapat terisi secara positif dan tidak lagi mengalami rasa bersalah atau kesepian yang berlebihan.
Mengenai kematian ibu Anda, saya ikut berdukacita sedalam-dalamnya dan berharap ibu Anda bisa terlahir kembali di alam yang lebih berbahagia dan semua jasa kebajikannya dapat melimpah kepada Anda dan keluarga. Tentu saja suatu kehilangan yang luar biasa ketika ibu kita meninggal, dan membuat Anda sangat bersedih.
Wajar sekali jika dalam masa-masa berkabung ini Anda merasa down, tidak bersemangat, dan seakan-akan hidup tiada artinya lagi. Tapi Anda tetap harus mengingat tujuan anda dalam kehidupan ini, dan orang-orang yang masih menyayangi dan membutuhkan Anda. Jika waktunya sudah tiba nanti, Anda harus tetap kembali bangkit dan melanjutkan perjalanan kehidupan ini dengan penuh manfaat.
Terakhir, pikirkanlah hal-hal positif yang masih bisa Anda miliki dan nikmati dalam hidup ini, dan bukan sisi yang negative yang justru melemahkan Anda. Misalnya Anda masih memiliki saudara, tempat tinggal untuk berteduh, masih memiliki pekerjaan/masih bisa menikmati pendidikan, masih memiliki uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mulailah dari hal-hal terkecil, dan bukan berfokus pada hal-hal yang membuat Anda sedih/kecewa.
Maharani K.,M.Psi
Psikolog keluarga, Hipnoterapis, dan Trainer
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara