• Saturday, 5 January 2019
  • Gustriya Wijayanto
  • 0

Meditasi merupakan salah satu aspek yang cukup mendasar bagi agama Buddha. Meskipun meditasi sudah ditemukan jauh sebelum kehidupan Buddha Gotama, tetapi Buddha menyebarkan ajaranNya setelah mencapai penerangan sempurna juga mulai menyebarkan meditasi. Meditasi menjadi salah satu ajaran inti dalam agama Buddha.

Terbukti bahwa Buddha mengajarkan tiga hal, yaitu: Sila, Samadhi, dan Panna. Ketiga hal itu yang dikenal oleh masyarakat pada umumnya bahwa agama Buddha adalah agama yang terkenal dengan meditasi. Namun bagaimana praktik meditasi di era modern, khususnya bagi umat Buddha di Desa Candigaron, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.

Penulis sejauh ini telah mengamati praktik meditasi di Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, khususnya di Desa Cadigaron. Dalam pengamatan penulis, sebagian besar umat Buddha di Desa Candigaron masih rendah kurang begitu bersemangat dalam mempraktikan meditasi. Hal tersebut nampaknya bukan tanpa sebab, dalam beberapa kali perbincangan setelah pujabhakti, penulis bisa menarik kesimpulan mengenai penyebab kurangnya antusias dalam meditasi.

Dalam perbincangan tersebut, sering ditemukan kurangnya pengetahuan umat tentang meditasi. Mereka hanya mengetahui bahwa meditasi harus duduk diam dalam waktu yang lama untuk mendapatkan konsentrasi dan ketenangan. Mereka menjadi kurang suka bermeditasi karena itu dan sering mengeluh kaki sering sakit karena duduk bersila terlalu lama. Padahal, meditasi bisa dilakukan dengan berbagai cara, selain dengan duduk bersila meditasi juga bisa dilaksanakan dengan berjalan, berdiri, bahkan berbaring.

Teknik

Selain itu, pengetahuan tentang teknik pelaksanaan meditasi juga kurang mendalam. Semisal mereka sering mendengar tentang meditasi cinta kasih, tetapi mereka sejatinya belum mengerti betul bagaimana melaksanakan meditasi cinta kasih yang benar. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya pengetahuan dalam teknik pelaksanaan meditasi adalah kurangnya pembimbing yang memiliki kemampuan meditasi.

Kerap kali yang menjadi pembimbing adalah bhikkhu yang sedang berkunjung ke wihara-wihara. Namun karena bhikkhu yang berkunjung waktunya terbatas, sehingga ilmu yang diberikan juga sangat minim.

Baca juga: Teknik Meditasi Universal oleh S.N. Goenka

Buddha sendiri mengajarkan ada 2 jenis meditasi, yaitu Samatha Bhavana dan Vipassana Bhawana. Samtha Bhavana adalah meditasi dengan tujuan utama untuk mendapatkan ketenangan dengan cara mengamati dan fokus pada objek yang digunakan. Sedangkan Vipassana Bhavana ada meditasi dengan mengamati seluruh fenomena yang dirasakan oleh tubuh, dan dalam meditasi ini tugas utamanya adalah untuk mengamati segala fenomena yang terjadi baik di jasmani maupun di pikiran, bukan unntuk memegang kuat-kuat objek seperti Samatha Bhavana. Tujuan akhir dari Vipassana Bhavana adalah untuk mencapai tingkat kesucian

Dalam meditasi Samatha Bhavana mengenal ada 40 objek meditasi yang dapat dipilih. Namun yang kerap dijumpai  hanya beberapa objek yang diajarkan dan diulang-ulang. Padahal dalam meditasi sering ditekankan agar memilih objek yang sesuai dengan karakter masing-masing.

Praktik

Ketika umat mempraktikan meditasi cinta kasih, tetapi karakternya tak sesuai tentunya akan sulit untuk mencapai tujuan meditasi. Pada saat-saat semacam itu, maka orang akan merasa bosan karena tujuannya dalam meditasi sulit tercapai.

Hal-hal tadi nampaknya yang menjadi penyebab kebingungan dan rendahnya tingkat kesadaran umat Buddha di Desa Candigaron untuk berlatih meditasi. Selain itu, beberapa hal tadi justru menjadikan trauma bagi umat yang belum mengenal lebih jauh tentang meditasi.

Selain karena ilmu yang diajarkan juga sedikit, mereka juga memiliki sedikit kesadaran untuk mencari ilmu dari luar seperti mengikuti retret meditasi atau yang lain. Lagi-lagi itu dikarenakan mereka  mengalami traumatis saat harus bermeditasi dalam jangka waktu yang cukup lama.

Nampaknya, umat perlu diberikan dorongan dan pembiasaan mengenai meditasi. Umat perlu diberikan pengertian bahwa meditasi bukan sesuatu yang menakutkan dan membosankan. Salah satu metode lain adalah mendatangkan seorang guru meditasi yang memang sudah benar-benar menguasai berbagai teknik meditasi namun yang bukan seorang bhikkhu. Karena biasanya umat menganggap bahwa bhikkhu biasa bersikap kaku.

Jika sama-sama masih umat awam maka kedekatan akan lebih mudah terjalin. Selain itu waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan umat, artinya tidak terlalu lama dan berikan waktu yang cukup lama agar umat bisa bertanya mengenai yang kebingungan mereka dalam meditasi.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *