“Tidak ada sesuatu apapun yang abadi dalam kehidupan ini, kecuali ketidakabadian itu sendiri”
Pernahkah anda mendengar pernyataan tersebut?
Kadang merinding dan takut rasanya mendengar pernyataan itu, namun itulah fakta kehidupan yang memang harus kita hadapi bersama, berlaku untuk setiap hal tanpa terkecuali, seberapapun kita menyayangi dan menggenggami sesuatu, suatu saat dia tetap akan pergi dan meninggalkan kita, atau kita yang akan meninggalkannya.
Inginnya sih selalu kita duluan yang meninggalkan, tapi kadang hidup tidak bisa diajak berkompromi. Mau tidak mau, rela tidak rela, suka tidak suka, pasti ada saatnya untuk berpisah dengan yang terkasih, baik itu benda-benda kesayangan kita, hewan kesayangan kita, maupun orang-orang terkasih dalam hidup kita.
Tidak peduli berapa lamapun kita bersama dengan hal tersebut, kalau sudah saatnya berpisah ya pasti akan berpisah. Itulah prinsip kerja alam semesta ini yang terkadang sulit diterima logika dan ego manusia seperti kita ini. Sepertinya baru sebentar kebersamaan ini, tapi tiba-tiba sudha harus berpisah untuk selamanya.
Ya sedih sih memang, tapi apa mau dikata…
Banyak orang mengatakan bahwa setiap orang/hal apapun yang datang dalam kehidupan kita ini bersifat sementara, mereka hanya didatangkan dan diperkenalkan pada kita untuk membawa suatu makna/pelajaran, dan kemudian meninggalkan kita jika saatnya telah tiba, membiarkan kita berdiri sendiri di atas kaki ini agar tetap melangkah maju ke depan dengan pelajaran-pelajaran yang sudah diberikan oleh mereka.
Jika saatnya sudah tiba, kita akan bertransformasi menjadi pribadi yang lebih kuat, mandiri, memahami arti kehilangan, dewasa, dan tidak akan sama lagi seperti sebelumnya.
Namun saya rasa sebagai manusia biasa kadang-kadang kita masih sangat sulit menerima hal tersebut, nyatanya masih banyak orang tidak bisa move on dari mantan kekasih/suami/istrinya? Betul begitu khan?
Teringat sebuah fakta penting, dimana orang Tibet itu selalu dilatih dan diajarkan sejak kecil untuk merenungkan arti kematian setiap harinya. Baik kematian mereka sendiri maupun kematian orang-orang di sekelilingnya. Lucu juga ya kalau dipikir-pikir.
Tapi kenyataannya, mereka terbukti menurut survey adalah penduduk paling bahagia di dunia. Kok bisa sih banyak memikirkan kematian malah jadi manusia paling bahagia di dunia?
Mungkin jawabannya karena mereka sudah tidak lagi melekat terhadap ‘rasa kehilangan’ itu sendiri. Bisa jadi begitu.. ketika manusia bisa melepaskan keterikatannya dengan rasa sakitnya akibat kehilangan itu, mungkin kita sebagai manusia biasa bisa menjadi lebih bahagia.
Sebuah kehilangan/kepergian tidak lagi dimaknai sebagai peristiwa yang menyedihkan, harus ditangisi dan disesali. Namun kepergian dan kematian adalah suatu siklus alamiah dalam kehidupan ini yang pasti nantinya akan dialami semua makluk dan insan tanpa terkecuali.
Kematian/kepergian diartikan sebagai perpisahan sementara saja sebelum akhirnya mereka akan bertemu lagi suatu saat nanti. Nah cobalah kita berlatih mulai dari diri sendiri, membiasakan berpikir dan merenungkan mengenai kematian, perpisahan dan arti kehilangan terhadap apapun yang kita sayangi/cintai. Tidak mudah memang, dan butuh pembiasaan bertahun-tahun mungkin.
Tapi jelas, latihan ini pasti akan membawa dampak tertentu dalam hidup anda, entah menjadi semakin ikhlas, semakin santai menjalani kehidupan, atau apapun. Sadarilah sejak awal, bahwa suatu ketika nanti kapanpun itu, kita pasti akan berpisah dengan benda,hewan, dan orang-orang kesayangan kita, jika pemikiran ini sudah tertanam dalam benak, pasti akan mempermudah ketika kita betul-betul kehilangan hal tersebut.
Ini tidak hanya berlaku untuk hal-hal yang kita sayangi, begitu juga dengan hal-hal yang kita benci/tidak sukai. Percayalah bahwa suatu saat nanti kapanpun itu, kita akan berpisah dengannya, namun pasti ada makna di balik itu semua yang harus kita petik dan pelajari agar menjadi pribadi yang lebih matang dan dewasa.
Menarik kan ngikutin artikel dan tulisan di laman ini. Kalau masih penasaran, kami menyediakan tulisan-tulisan lain yang juga asik untuk dibaca mengenai dunia Psychology, Love, Life and Beauty dari Kak Rani dan Tim. Simak terus yah update artikel terbaru dari kami…
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara