Foto : Agus Santoso
Pada bulan Juni yang penuh berkah, sekelompok kawan Chan berkesempatan langka untuk mengikuti dua retret dengan guru besar Early Buddhism, Ajahn Sujato dan Ajahn Brahm. Dalam tradisi Chan DDM, menulis laporan-retret dianggap sebagai tindakan Bodhisattva, dimana pengalaman meditasi dibagikan kepada publik. Berikut adalah laporan retret Ajahn Brahm yang berlangsung di Hotel Yasmin, Karawaci, pada tanggal 29 Juni hingga 1 Juli 2023.
Para peserta retret ini terdiri dari lebih dari 280 orang, hampir mencapai angka 300 peserta. Mom Handaka, yang menjadi pengarah retret, memiliki tekad untuk meningkatkan jumlah peserta menjadi 999 orang pada kesempatan berikutnya. Bagi sebagian peserta, tantangan utama adalah mengatasi rasa kantuk, tetapi mereka yakin bahwa dengan lebih banyak waktu, mereka dapat membangun momentum praktik meskipun dalam situasi dengan banyak peserta.
Di dalam ceramahnya, Ajahn Brahm mengungkapkan bahwa meskipun banyak umat memberikan berdana dalam bentuk coklat dan lainnya, yang sebenarnya diinginkan oleh guru adalah bahwa murid-muridnya dapat berbagi kemajuan dalam pengalaman meditasi mereka daripada coklat yang berlimpah. Beliau bahkan mengungkapkan tentang peringkat guru-guru jhana Theravada yang paling ketat dalam memverifikasi pengalaman meditasi, dimana dirinya menduduki peringkat pertama.
Di satu kesempatan, seorang peserta bertanya tentang makna Nibbana dalam bahasa yang sangat sederhana, dan Ajahn Brahm dengan lembut menjawab bahwa Nibbana adalah seperti api lentera yang padam ketika minyak dan sumbu habis, menjelaskan konsep tersebut dengan sangat jelas. Pada hari terakhir retret, mereka diberi kesempatan untuk menghadiri sebuah audiensi bersama Ajahn Brahm, yang merupakan momen yang sangat dinanti-nantikan.
Selama audiensi ini, peserta juga memiliki kesempatan untuk bertanya tentang pengalaman meditasi mereka. Salah satu peserta, Agus Santoso, membagikan pengalaman meditasi dan pertanyaannya tentang pengalaman tersebut kepada Ajahn Brahm. Pengalaman meditasi yang ia alami dijelaskan sebagai pengalaman “Hukum sebab akibat tidak berlaku. Tak ada hal yang bisa memproduksi apapun. Absolut. Mahakuasa. Tak ada lagi hal yang bisa menyentuhmu. Selesai.” Ajahn Brahm menjawab dengan menggambarkan hal tersebut sebagai seperti api lentera yang padam, sebuah penjelasan yang sangat memukau bagi peserta yang mendengarkannya.
Ajahn Brahm mengkonfirmasi pengalaman meditasi Agus Santoso sebagai jhanas, nirodha, dan nibbana, yang merupakan pengalaman yang sangat luar biasa. Peserta merasa terharu dan bersyukur atas konfirmasi tersebut, dan mereka melihat ini sebagai bukti bahwa pengalaman meditasi dalam tradisi Chan dan Early Buddhism memiliki kesamaan, meskipun masing-masing individu memiliki ikrar yang personal. Ajahn Brahm mengingatkan mereka tentang pentingnya persatuan dalam perjalanan spiritual mereka.
Selama retret ini, peserta menggali lebih dalam tentang pengalaman meditasi mereka dan menemukan bahwa tradisi Chan dan Early Buddhism memiliki banyak kesamaan dalam pandangan mereka tentang pengalaman seperti jhanas, nirodha, dan nibbana. Mereka juga menemukan bahwa ikrar personal dalam perjalanan spiritual sangat penting.
Semoga pengalaman ini juga dapat menginspirasi kita semua dalam pencarian makna dan pemahaman dalam hidup ini.
*Teks oleh Agus Santoso
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara