• Thursday, 5 April 2018
  • Adica Wirawan
  • 0

Di antara banyak siswa Buddha, saya selalu merasa tertarik dengan sosok Hatthaka dari Alawi. Pasalnya, dalam sejumlah sutta, seperti Angutara Nikaya, Buddha sering menyebut Hatthaka sebagai panutan bagi para Upasaka. Bahkan, pada suatu kesempatan, Buddha “menganugerahkan” Hatthaka gelar Upasaka Utama, yang terkenal dengan Empat Perbuatan Simpati (Catu Sangahavatthu).

Lantas, apa “keistimewaan” yang dimiliki Hatthaka sehingga ia berhak menyandang gelar kehormatan tersebut? Keistimewaannya terletak pada kemampuannya dalam membuat banyak orang simpatik

Pernah Hatthaka datang mengunjungi Buddha bersama lima ratus pengikutnya. Berbeda dengan orang lain yang datang membawa “kegaduhan”, rombongan yang menyertai Hatthaka bersikap sangat tenang. Mereka memasuki Dharmasala, melakukan penghormatan kepada Buddha, dan mengambil tempat duduk yang tersedia dengan tertib. Semua itu dilakukan dengan penuh ketenangan.

Buddha yang melihat ketenangan yang ditunjukkan oleh rombongan Hatthaka kemudian bertanya, “Hatthaka, kamu datang dengan kerumunan yang besar dan tertib. Perbuatan apa yang kamu tunjukkan kepada mereka sehingga mereka patuh kepadamu?”

Empat Dasar Perbuatan Simpati

Dengan sikap hormat, Hatthaka kemudian menjawab, “Buddha yang Agung, saya melaksanakan Empat Dasar Perbuatan Simpati, yaitu kemurahan hati (dana), ucapan yang penuh kasih (piyavaca), perbuatan yang bermanfaat (atthacariya), dan perlakuan yang setara (samanatatha). Karena sudah melaksanakan Empat Dasar Perbuatan Simpati itulah, saya mempunyai banyak pengikut, seperti yang datang bersama saya saat ini.”

Dari kisah tersebut, kita tentu bisa “memetik” hikmah bahwa Empat Dasar Perbuatan Simpati ialah “resep” untuk membuat kita tumbuh dan lingkungan kita tumbuh. Buddha menegaskan bahwa siapa pun yang menerapkan Empat Dasar Perbuatan Simpati akan mendapat simpati dan menjadi seorang teladan, dan hal itu berlaku sepanjang waktu baik itu pada masa lalu, masa kini, maupun masa depan.

Namun demikian, apakah Empat Dasar Perbuatan Simpati benar-benar “ampuh” menjadikan kita seorang teladan? Apakah konsep tersebut bisa dibuktikan lewat penelitian ilmiah? Pertanyaan itulah yang kemudian mengingatkan saya pada konsep Psikologi Persuasif yang dicetuskan oleh Robert Cialdini.

Robert Cialdini adalah ilmuwan psikologi yang teorinya paling banyak dikutip dan disebut terutama soal pengaruh. Pada tahun 1984, ia menerbitkan buku Influence: The Psychology of Persuasion. Buku itu merangkum hasil penelitiannya tentang perbuatan-perbuatan persuasi baik yang terdapat di dunia manusia maupun di dunia hewan.

Dalam buku tersebut, Cialdini menyebutkan enam prinsip untuk memengaruhi dan menjadi teladan, yaitu timbal-balik (reciprocity), perbuatan konsisten (consistency), pembuktian sosial (social proof), ototitas (authority), perilaku yang disukai (liking), dan kelangkaan (scarcity).

Baca juga: Cinta Kasih pada Diri Sendiri: Awal untuk Mencintai yang Lain

Kalau mencermati setiap bagian, kita akan menemukan kesamaan antara Empat Dasar Perbuatan Simpati dan enam prinsip persuasi yang dijabarkan oleh Cialdini. Kemurahan hati (dana) identik dengan prinsip timbal-balik (reciprocity). Sebab, sewaktu kita berbuat baik kepada orang lain, orang itu cenderung akan melakukan hal serupa kepada kita.

Kemudian, ucapan yang penuh kasih (piyavaca) dan perbuatan yang bermanfaat (atthacariya) bisa disamakan dengan prinsip perilaku yang disukai (liking). Siapa pun yang terbiasa bertutur kata yang baik dan rajin melakukan pekerjaan demi kebaikan orang lain akan disukai masyarakat.

Sementara itu, perlakuan yang setara (samanatatha) mempunyai kaitan dengan perbuatan konsisten (consistency) dan ototitas (authority). Orang yang melaksanakan perlakukan yang setara akan konsisten berlaku secara adil dan memperlakukan setiap orang secara sama.

Berdasarkan uraian di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa ajaran Buddha tentang Empat Dasar Perbuatan Simpati (Catu Sangahavatthu) sudah sesuai dan bisa dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Namun demikian, itu barulah sebatas wawasan. Kita harus melaksanakan Empat Dasar Simpati untuk merasakan sendiri manfaatnya. Jadi, kalau berminat menjadi seorang teladan, mari laksanakan Empat Dasar Perbuatan Simpati, dan lihat sendiri pengaruhnya.

Adica Wirawan

Seorang yang suka menulis

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *