• Wednesday, 23 December 2020
  • Reza Wattimena
  • 0

Menteri yang mencuri. Sayangnya, ia bukan barang langka. Akhirnya, ia tertangkap. Ini namanya bertindak tidak dengan akal sehat.

Presiden yang memilih menteri sembarangan. Tak ada kompetensi. Yang ada hanya persekongkolan politik. Kinerja berantakan. Rakyat akhirnya hidup susah. Ini namanya bertindak tidak dengan akal sehat.

Pemerintah yang mendiamkan rakyatnya miskin dan tertindas. Pemerintah yang membiarkan rakyatnya tenggelam dalam kebodohan. Ini namanya bertindak tidak dengan akal sehat. Jika rakyat hancur, maka negara dan pemerintah juga akan hancur.

Memuja orang bejat yang berjubah agama. Hobinya menyebar kekacauan. Mulutnya kotor, dan tindakannya pengecut. Ini namanya bertindak tidak dengan akal sehat.

Jika begitu, apa itu hidup dengan akal sehat? Ada banyak pengertian. Saya coba merangkumnya disini, dan mengajukan pandangan saya tentangnya. Ada delapan hal yang perlu diperhatikan.

Anatomi akal sehat

Pertama, akal sehat mengandaikan keterbukaan. Orang bisa mendengar orang lain, termasuk yang berbeda darinya. Jika perlu, ia mengubah pendapatnya. Bahkan, jika keadaan memerlukan, orang bisa mengubah dirinya.

Dua, akal sehat juga mengandaikan sikap inklusif. Tidak ada satu pun pihak yang diabaikan. Semua yang terkait direngkuh dan dijadikan unsur di dalam keputusan. Sedapat mungkin, di dalam sebuah keputusan, tak ada pihak yang dirugikan.

Tiga, akal sehat juga mengandaikan sikap membumi. Orang diajak untuk rendah hati. Pencapaian tidak membuahkan kesombongan, melainkan solidaritas untuk membantu orang lain, maupun makhluk hidup lain. Kesombongan adalah awal dari kehancuran, itu yang terus harus diingat.

Empat, hidup dengan akal sehat berarti hidup yang bisa diandalkan. Janji ditepati. Hutang dibayar. Kata-kata menjadi acuan utama tindakan, dan tak akan diingkari, kecuali ada alasan cukup kuat.

Lima, akal sehat mengandaikan sikap pragmatis yang seimbang. Artinya, orang bekerja untuk menyelesaikan masalah. Tak ada ideologi yang menghalangi. Tak ada kesempitan berpikir yang justru memperbesar masalah.

Hidup seimbang berarti, olahraga dijalani secukupnya. Makan makanan bergizi menjadi suatu kebiasaan sehari-hari. Praktik spiritual dijalankan dengan seksama, tanpa merugikan kepentingan orang lain, ataupun makhluk hidup lain. Orang menjadi seimbang jiwa, raga dan hubungan antar makhluk yang ada.

Enam, pada dasarnya, hidup dengan akal sehat berarti hidup sejalan dengan kenyataan yang ada. Orang tidak punya harapan berlebihan tentang kehidupan. Ia juga tak lemas pesimis di hadapan tantangan. Inilah dasar sikap pragmatis yang sehat, sehingga berbagai tantangan bisa dilampaui perlahan, namun pasti.

Tujuh, kehidupan itu adalah jaringan dari segala yang ada. Segalanya terhubung. Tak ada yang berdiri sendiri. Dengan menyadari ini, sikap hormat terhadap segala makhluk pun tumbuh. Toleransi dan sikap saling menghargai menjadi hal yang alami.

Delapan, kehidupan itu mengalir. Tak ada hal yang tetap. Maka, orang perlu belajar melepas setiap saat. Kelekatan, baik kepada orang lain, benda ataupun pikiran, hanya akan bermuara pada nestapa.

Ada saatnya, rezeki dan kekuasaan tiba. Namun, mereka hanya sementara. Jika waktunya tiba, mereka harus dilepas dengan rasa lega. Inilah hukum kehidupan yang terus ada.

Hidup dengan akal sehat berarti hidup seturut ke delapan prinsip tersebut. Ia tak datang alami, melainkan harus dilatih dalam keseharian. Ia juga perlu dijadikan nilai dan teladan di dalam pendidikan. Hanya dengan begini, bangsa kita bisa menjadi bangsa yang berakal sehat.

Akal sehat juga mengajak orang mencari apa yang sejati di dalam hidup. Ia tidak terpesona dengan harta dan tahta yang akan lenyap seketika. Ia mencari Tuhan di dalam dirinya. Disana terdapat kebahagiaan hidup yang sesungguhnya.

Bangsa berakal sehat

Jelaslah kita membutuhkan politik akal sehat. Inilah politik yang dibangun di atas dasar kompetensi, bukan persekongkolan politik. Inilah politik yang tidak mempermainkan agama, melainkan mengembangkan kebudayaan. Politik yang bisa menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien, serta membangun rasa aman dan percaya dari seluruh rakyat, inilah politik akal sehat yang kita butuhkan.

Tata ekonomi pun membutuhkan akal sehat. Ini amat sangat mendesak. Kemiskinan dan kesenjangan sosial telah lama menjadi alat pengembang radikalisme agama dan berbagai masalah sosial. Pada akhirnya, kekayaan yang hanya berpusat pada beberapa orang semata akan menghancurkan seluruh bangsa.

Di Indonesia, agama menjadi amat penting untuk diperhatikan. Sudah terlalu lama, agama digunakan untuk memecah belah. Sudah terlalu lama, agama digunakan untuk memperbodoh bangsa, dan merusak ketertiban sosial. Sudah waktunya, akal sehat disuntikan ke dalam hidup semua agama, tanpa kecuali.

Maka, pendidikan akal sehat menjadi mutlak diperlukan. Pendidikan tidak boleh hanya menjadi hafalan buta belaka. Ia juga tidak boleh menjadi ajang gila hormat semata. Ia harus mengembangkan sikap kritis, akal sehat dan hati nurani.

Seturut dengan namanya, hidup dengan akal sehat adalah hidup yang sehat. Orang menemukan kelegaan di hatinya. Badannya pun sehat. Hubungan dengan orang lain menjadi bermakna.

Surga tak perlu menunggu mati. Ia bisa diwujudkan disini dan saat ini. Asal, kita mau hidup dengan akal sehat. Tunggu apa lagi?

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *