• Wednesday, 27 September 2017
  • Andre Sam
  • 0

“Semeton (saudara) bukan pengungsi. Semeton bukan sengaja meminta bantuan. Semeton bukan peminta belas kasihan. Semeton adalah utusan Bhatara Sesuunan untuk menguji rasa menyama braya (gotong royong)”

Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta.

Toh Langkir dahulu dikenal dengan nama demikian, kini masyarakat mengenalnya dengan Gunung Agung, gunung tertinggi di pulau terindah, Bali. Berketinggian 3.031 mdpl, berlokasi di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Setelah 1963, kini gunung suci tersebut menampakkan aktivitas vulkaniknya kembali.

Sebagaimana kita ketahui di berbagai media, ribuan penduduk meninggalkan rumah dan harta benda berharga. Berbagai bantuan, baik yang dikoordinir pemerintah maupun masyarakat atau individu datang silih berganti secara spontan.

Bantuan materi yang sering dijumpai ketika terjadi peristiwa alam adalah, mie instan (rendah gizi ) dan air mineral dalam gelas kemasan (gelas kemasan memperbanyak sampah) bisa diganti air dalam galon. Dua poin itu sah-sah saja.

Akan lebih baik sumbangan kebutuhan sehari-hari dalam bentuk lain, semisal beras, buah, sayuran segar yang tahan lama, susu untuk anak-anak, pembalut untuk keperluan perempuan, popok dewasa untuk lansia, baju, dan obat-obatan.

I Kembar mengatakan kucingnya Si Putih sedih karena meninggalkan rumah.
(ABC News: Adam Harvey)

Pulau Bali bisa memancar indah karena masyarakat Bali, dan masyarakat Bali telah memberi contoh yang banyak sekali dari soal toleransi, anti kekerasan, dan tentu saja keramahan masyarakatnya. Saya tidak akan menyebutkannya satu persatu, karena saking banyaknya.

Salah satu pokok ajaran yang dianut oleh masyarakat Bali secara turun temurun adalah bakti. Bakti pada Tuhan, Dewa, leluhur, manusia, dan alamnya. Apakah dengan peristiwa Gunung Agung kali ini, dilihat dari kaca mata bencana?

Ada seorang ibu yang berkabar begini, “Nak, Gunung Agung tidak sedang mengamuk atau hendak mencelakai manusia, tidak… sama sekali tidak begitu. Ia sedang mengundang kita untuk hening, ia sedang ingin hening.”

Gunung Agung mengajak kita untuk hening dalam doa, mengirimkan vibrasi dukungan pada pulau Bali beserta seluruh isinya. Bagi yang bisa membantu materi membantu materi, bagi yang bisa membantu memberi tempat, memberi tempat. Bagi yang bisa membantu tenaga, memberi tenaga. Tetapi jangan lupa, pemberian terindah adalah doa yang tulus.

Om Shanti, Shanti, Shanti… Om. Damai… Damai… Damai… (Buda Kliwon Gumbreg)

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *