• Tuesday, 24 April 2018
  • Ronaldo Ongki
  • 0

Dalam perkembangan ilmu kesehatan, khususnya bidang kefarmasian, banyak eksperimen yang menggunakan hewan sebagai objek uji coba. Hewan yang biasanya digunakan sebagai uji coba adalah tikus dan mencit.

Umumnya hewat tersebut akan disuntikkan dengan suatu zat dan akan dilihat bagaimana efek fisiologis yang timbul, baik melalui tingkah laku maupun pengambilan sampel darah untuk diuji.

Bolehkah gunakan kelinci percobaan?

Hewan sering digunakan sebagai bahas eksperimen karena hewan memiliki DNA dan gen yang mirip dengan manusia, sehingga untuk melihat efek suatu obat secara langsung pada manusia dapat digunakan terlebih dahulu pada hewan. Efek yang ditimbulkan tidak selalu baik. Hewan uji coba umumnya akan menderita hingga menyebabkan kematian.

Tindakan ini sama saja dengan menyiksa dan membunuh makhluk hidup. Terlebih eksperimen menggunakan hewan menjadi salah satu hal wajib yang harus dilakukan oleh mahasiswa pada jurusan kesehatan. Lalu pantaskah eksperimen menggunakan hewan untuk kepentingan kemajuan ilmu kesehatan di dunia?

Baca juga: Bagi Semua Makhluk, Kehidupan Sungguh Berharga

Dalam Dhamma ajaran Buddha selalu ditekankan untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup dan dianjurkan untuk selalu memancarkan cinta kasih.

Pada sila pertama Pancasila Buddhis kita selalu diingatkan untuk bertekad melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup. Akibat yang ditimbulkan jika selalu menyakiti dan membunuh makhluk hidup adalah usia pendek, sakit-sakitan, dan dapat terlahir di alam menderita. Apakah orang yang melakukan eksperimen dengan menggunakan hewan dapat dikatakan melanggar sila pertama Pancasila Buddhis?

Ada lima syarat agar dapat dikatakan melanggar sila pertama, yaitu ada makhluk, sadar ada makhluk tersebut, muncul niat membunuh, melakukan pembunuhan, makhluk tersebut terbunuh. Perbuatan membunuh ditentukan dari tahap ketiga, yaitu niat (cetana). Semua kembali pada niat saat ingin berbuat sesuatu.

Solusi bagi mahasiswa kedokteran

Maka saat melakukan eksperimen menggunakan hewan, usahakan agar tidak muncul niat membunuh yang disertai kebencian, terlebih bagi mahasiswa bidang kesehatan yang wajib untuk melakukannya sebagai pemenuhan mata kuliah.

Lalu jika hewan tersebut mati, kita dapat melakukan pelimpahan jasa sekaligus meminta maaf atas perbuatan kita. Sebagai timbal balik kita dapat melakukan fang shen untuk menambah perbuatan baik kita untuk mengurangi akibat buruk akibat membunuh hewan uji coba, ibarat rasa garam kurang terasa asin bila dalam air yang banyak.

Demikianlah sikap yang dapat dilakukan jika terpaksa melakukan eksperimen dengan hewan, terutama bagi mahasiswa yang sebenarnya tidak ingin melakukannya.

Ronaldo Ongki Winata

Universitas Indonesia. Semester II

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *