• Saturday, 21 March 2020
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Menanggapi wabah COVID-19 (corona), beberapa pihak termasuk Sangha Theravada Indonesia (STI) maupun Sangha Agung Indonesia (SAGIN) memberikan beberapa himbauan kepada masyarakat khususnya umat Buddha. Salah satu himbauan tersebut berupa ajakan kepada umat untuk melafalkan Sutta Permata (Ratana Sutta). Ratana Sutta merupakan salah satu sutta yang dianggap penting terutama bagi umat Buddha tradisi Theravada. Kekinian, dengan merebaknya wabah COVID-19 yang merenggut nyawa banyak orang, umat serasa diingatkan kembali tentang peranan sutta ini di masa kehidupan Buddha.

Munculnya Ratana Sutta

Ratana Sutta berawal dari sebuah cerita merebaknya wabah kelaparan yang mengakibatkan kematian banyak orang di kota Vesali pada masa kehidupan Buddha. Wabah ini diikuti dengan wabah lainnya sehingga penduduk kota merasa kewalahan dan mencari bantuan kepada Buddha yang saat itu sedang berada di Rajagaha. Buddha yang mendengar permohonan itu kemudian datang ke kota Vesal bersama dengan sejumlah besar bhikkhu termasuk YM. Ananda. Setibanya Buddha di Kota Vesali, hujan lebat dan deras turun dan menyapi semua mayat yang membusuk sehingga kota menjadi bersih.

Buddha kemudian membabarkan Ratana Sutta kepada YM. Ananda dan memintanya untuk berkeliling kota bersama penduduk kota sembari membaca sutta ini sebagai tanda perlindungan bagi penduduk Vesali. YM. Ananda mengikuti arahan tersebut dan memercikkan air suci dari mangkok (patta) Buddha kepada penduduk kota. Kemudian YM. Ananda bersama penduduk Vesali kembali ke Balai Umum tempat Buddha menanti kedatangannya. Di sana, Buddha kembali membacakan Ratana Sutta kepada semua yang berkumpul.

Isi Ratana Sutta

Esensinya, Ratana Sutta ini merupakan pujian dan pengakuan terhadap kualitas agung yang ada pada Tiga Permata (Ti Ratana/Tri Ratna). Isi dari Ratana Sutta dapat dirangkum untuk menguraikan pujian kepada: (1) Buddha, yang tiada apa pun di alam semesta yang dapat menyamaiNya, (2) Dhamma, yang merupakan ajaran kebenaran yang membawa kebajikan dan menuntun pada Nibbana, dan (3) Sangha, yang menjadi tempat penyadar tentang Empat Kesunyataan Mulia. Total terdapat tujuh belas syair di dalam Ratana Sutta, yang merupakan bagian dari Suttanipata (Snp 2.1) dan Khuddakapatha (Khp 7).

Seberapa efektif Ratana Sutta?

Sepintas apa yang sedang kita hadapi saat ini, yaitu merebaknya wabah COVID-19 mirip seperti cerita latar belakang munculnya Ratana Sutta. Oleh karena itu, wajar bila terdapat anjuran bagi umat Buddha untuk melafalkan sutta ini. Meskipun demikian, sebaiknya umat Buddha memiliki pemahaman yang benar ketika melakukannya. Pertama, melafalkan Ratana Sutta dapat dilakukan kapan saja (tidak hanya pada saat wabah terjadi). Demikian pula melafalkan sutta lain juga dianjurkan (tidak hanya membaca Ratana Sutta saja). Semua sutta ini merupakan paritta yang menunjukkan permohonan “perlindungan” kita sebagai umat Buddha kepada Tiga Permata.

Kedua, hanya dengan membaca Ratana Sutta tidak berarti bahwa wabah yang ada akan lenyap. Ratana Sutta bukanlah sebuah mantra tokcer yang bila dibaca akan menghindarkan seseorang dari segala wabah dan penyakit. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keberlangsungan hidup seseorang, termasuk berbuahnya karma buruk. Membaca Ratana Sutta tapi masih melakukan perbuatan jahat tidak akan memberikan manfaat perlindungan. Demikian pula ketika melafalkan Ratana Sutta tanpa keyakinan, tidak akan membawa manfaat.

Terakhir, anjuran membaca Ratana Sutta lebih berperan untuk melengkapi anjuran-anjuran konkrit seperti mencuci tangan dan menjaga jarak sosial (social distancing). Apabila anjuran-anjuran konkrit ini lebih terkait dengan aspek badan jasmani, maka melafalkan Ratana Sutta berperan untuk menjaga kesehatan mental kita menghadapi wabah COVID-19. Sudah banyak kejadian dimana terjadi panic buying, masyarakat menjadi panik dan tidak berpikir panjang, ketakutan maupun kekhawatiran yang pada akhirnya membuat kesehatan mental kita menurun.

Disinilah peran dari membaca Ratana Sutta yang berfungsi mendamaikan pikiran kita. Menariknya, terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Gao dkk (2017) yang meneliti efek chanting (pelafalan paritta) terhadap respons pikiran 21 umat Buddha partisipan ketika diberikan gambar-gambar yang menstimulasi ketakutan dan stress. Mereka menyimpulkan bahwa praktek chanting mungkin membantu partisipan untuk menetralkan efek dari rangsangan negatif itu.

Manfaat membaca Ratana Sutta terletak pada pemahaman kita terhadap isi sutta tersebut. Dengan mengulang dan memahami isi sutta ini, kita diharapkan semakin teguh terhadap kualitas agung Tiga Permata, yang membawa kita pada keyakinan dan kedamaian batin ketika menghadapi apapun juga, termasuk wabah ataupun kematian.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *