• Saturday, 25 April 2020
  • Reza Wattimena
  • 0

April 2020, dunia didera oleh Pandemik. Virus kecil yang tidak hanya mengancam nyawa manusia, tetapi juga ekonomi dunia. Kemiskinan dan krisis ekonomi siap menghantam, setelah pandemik tiba. Dunia dilanda ketakutan mendalam.

April 2020, dunia hidup dalam era penyakit. Setiap detiknya, jutaan orang meninggal, karena penyakit yang disebabkan oleh tubuhnya sendiri. Virus tak perlu datang. Tak perlu bakteri berkunjung. Cukup kelainan fungsi organ, mulai dari jantung, kanker, diabetes sampai gagal ginjal, karena gaya hidup yang merusak, jutaan manusia menuju ajalnya.

April 2020, kita hidup di era kecemasan. Jutaan orang hidup dalam kecemasan akan ketidakpastian. Ekonomi akan ambruk. Alam akan rusak. Kehidupan manusia dicekam ketidakpastian tanpa henti, dan amat mencemaskan.

Pekerjaan akan bankrut. Orang dipecat dari perjalanan karir. Hubungan cinta dan rumah tangga akan berakhir. Kematian akan menjemput mendadak. Semuanya menciptakan kecemasan hidup yang mencekam.

Banyak pula yang sakit dan bahkan meninggal, karena kecemasan berlebihan. Karena cemas, daya tahun tubuh melemah. Virus dan bakteri masuk dan menguasai tubuh dengan mudah. Inilah kiranya yang banyak terjadi di masa pandemik ini.

Kebutuhan akan keseimbangan

Media juga memperparah keadaan. Berita pandemik disampaikan secara berlebihan. Berita konflik dan bencana mengisi hari-hari manusia di abad 21. Bayangkan, betapa besar kecemasan dan ketakutan yang disebarkan oleh media beracun tersebut.

Pemerintah juga menjadi korban media beracun. Pemerintah yang tak kritis dengan mudah jatuh ke dalam kepanikan. Inilah akibatnya, jika pemerintah diisi oleh orang-orang dangkal yang korup. Bencana dikelola dengan kepanikan, dan membuat keadaan menjadi lebih parah.

Di masa-masa semacam ini, orang perlu keseimbangan. Ia memerlukan ketenangan batin, tetapi tidak jatuh pada sikap pasrah dan masa bodoh. Ia perlu aktif berjuang memperbaiki keadaan, namun tetap tenang dan damai di dalam hatinya. Disinilah jalan spiritual menjadi amat penting.

Di abad 21 ini, berbagai gerakan spiritual tumbuh menjamur. Orang menoleh ke gerakan meditasi, Zen, Vipassana dan Yoga. Tujuannya adalah menemukan keseimbangan hidup di tengah keadaan yang tak pernah pasti. Ini sebuah tanda yang baik dan penting bagi perkembangan peradaban manusia.

Salah paham spiritualitas

Namun, karena menjamur, kesalahpahaman juga tercipta. Meditasi dikira duduk diam berjam-jam, seperti batu. Zen dikira hidup tenang dan damai, tanpa kesulitan. Spiritualitas dianggap membuat hidup jadi lemah, siap diinjak-injak oleh ketidakadilan.

Jalan spiritual lalu dianggap sebagai jalan orang-orang lemah. Mereka takut pada pertarungan. Mereka takut pada kenyataan yang kejam. Mereka melarikan diri ke dalam ruangan tertutup, lalu asik duduk, sambil mimpi di siang bolong.

Yoga juga begitu banyak disalahpahami. Yoga dikira soal menekuk tubuh, seperti kertas lipat. Tujuannya adalah membangun tubuh yang seksi dan sehat. Si pengajar Yoga pun biasanya orang-orang seksi yang mengenakan pakaian seksi pula.

Yoga menjadi gaya hidup tante-tante masa sekarang. Tidak ada perubahan sudut pandang di dalamnya. Tidak ada kedalaman spiritual. Yang ada hanya tampilan luar nan seksi, dibalut dengan foto-foto yang siap dimuat di media sosial.

Ini semua adalah pandangan yang salah tentang spiritualitas. Tidak hanya salah, pandangan tersebut juga merusak. Ini yang disebut sebagai “korupsi”. Sesuatu yang luhur, namun membusuk, karena ketololan kita sendiri.

Dekonstruksi Yoga

Pada 2016 lalu, Sadhguru, Yogi asal India, menulis sebuah buku yang kemudian menjadi “best seller” di Amerika Serikat. Judulnya adalah Inner Engineering: Yogi’s Guide to Joy (Rekayasa Diri Manusia: Jalan Yoga Menuju Kebahagiaan). Buku itu menawarkan intisari dari Yoga yang diajarkannya kepada jutaan orang di dunia. Yoga yang sejati lebih dari sekadar menekuk tubuh untuk menjadi sehat dan seksi.

Bagi Sadhguru, Yoga adalah ilmu pengetahuan untuk menjadi satu dengan seluruh alam semesta. Yoga, secara harafiah, berarti kesatuan. Dengan Yoga, manusia membongkar batas-batas dirinya, dan kemudian menjadi dirinya yang sejati, yakni satu dengan segala yang ada. Setelah sampai di titik ini, kebahagiaan dan kesehatan yang sejati akan secara alami muncul.

Moralitas menjadi tak berguna. Agama menjadi hampa makna. Keduanya digunakan untuk mengatur hidup manusia. Dengan Yoga, manusia tak perlu lagi diatur, karena ia sudah memiliki kesadaran utuh di dalam dirinya sendiri, bahwa ia satu dan sama dengan semua. Dengan Yoga, manusia akan mencapai kepuasan yang sejati yang tak bisa diubah dengan keadaan apapun.

Yoga adalah suatu sistem yang menyeluruh. Ia berbicara soal tubuh, batin dan energi manusia. Ia juga berbicara soal laku spiritual nyata. Ia tidak terjebak pada analisis filosofis yang membuat pusing kepala.

Tubuh manusia

Tubuh manusia adalah komputer paling canggih yang pernah ada. Ia begitu seimbang, mulai dari sistem input sampai outputnya. Ia begitu efisien di dalam pengaturan energinya. Namun, banyak orang tak paham soal tubuhnya sendiri.

Tubuh manusia adalah kumpulan makanan. Sebelumnya, ia kecil, hampir tak ada. Namun, ketika dewasa, tubuhnya menjulang. Manusia bukanlah tubuhnya. Ia lebih dari sekedar tubuhnya.

Di dalam Yoga, ada beberapa pose yang bisa membantu manusia melepaskan batas-batas dirinya. Pose ini harus dilakukan dengan kesadaran yang tepat. Tidak bisa sembarangan begitu saja, apalagi untuk foto di media sosial. Dengan posisi yang tepat, tubuh manusia bisa menyatu dengan segala yang ada.

Yoga juga berbicara soal makanan. Daging jelas sama sekali dilarang, karena pengaruhnya yang amat jelek terhadap tubuh manusia. Orang juga disarankan makan dengan selang waktu 5 sampai 6 jam antar jam makan. Dengan pola ini, tubuh menjadi “kendaraan” yang sehat, dan siap membantu manusia untuk mencapai tujuannya, yakni pembebasan seutuhnya.

Batin manusia

Batin manusia juga amat unik. Ia adalah hasil dari evolusi jutaan tahun. Ia begitu canggih dan kompleks. Namun, ia bisa menciptakan penderitaan yang amat berat, bahkan mendorong manusia untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Batin juga kumpulan impresi manusia dari lingkungan. Semua yang didengar dan dilihat membentuk batin manusia. Batin manusia, sejatinya, kosong, bahkan tidak ada. Dengan berlalunya waktu, dan banyaknya hubungan dengan dunia, batin manusia pun terbentuk.

Banyak orang tak paham soal ini. Mereka mengira, batin adalah diri mereka yang sebenarnya. Mereka mengira, batin adalah kenyataan yang tak bisa dibantah. Akibatnya, mereka terjebak di dalam naik turunnya batin yang selalu berubah.

Mereka terjebak pada analisis berlebihan. Mereka berpikir berlebihan. Ini menciptakan kekacauan di dalam diri. Batin, dan juga tubuh, akhirnya menjadi tidak sehat.

Batin yang tak terlatih sering mengajak manusia kembali ke masa lalu. Ia lalu menderita oleh apa yang telah terjadi. Batin yang sama juga menggiring manusia ke masa depan. Ia juga lalu menderita oleh apa yang belum terjadi.

Inilah yang disebut Sadhguru sebagai kenyataan psikologis. Ini sebenarnya ilusi. Ia hanya terjadi di dalam kepala kita. Ia sama sekali tidak nyata.

Kenyataan psikologis berbeda dengan kenyataan eksistensial. Kenyataan eksistensial adalah dunia sebagaimana adanya. Ia tidak dipahami atau dikurung dengan konsep-konsep yang dipunyai manusia. Kenyataan eksistensial berada sebelum konsep-konsep tersebut dirumuskan manusia.

Yoga, dan seluruh laku spiritual di muka bumi ini, hendak menciptakan jarak antara kehidupan seseorang dengan pikirannya. Ia hendak membuat batasan tegas antara kenyataan eksistensial dan kenyataan psikologis. Setelah jarak tercipta, orang tidak lagi terpengaruh oleh perubahan yang terjadi di dalam pikiran maupun perasaan. Ia pun terbebas dari penderitaan.

Laku spiritual

Untuk mencapai tujuan itu, Sadhguru mengembangkan beberapa bentuk laku spiritual. Ini adalah beberapa langkah nyata yang bisa dilakukan, supaya orang bisa mencapai “Yoga”, yakni terbebas dari penjajahan pikiran maupun perasaan, serta menemukan kesatuan dengan segala yang ada. Ada banyak yang ditawarkan. Ada dua yang cukup menarik untuk saya.

Pertama, coba bayangkan, bahwa di dunia ini, tidak ada orang lain. Tidak ada tuntutan sosial. Tidak ada karir yang harus dikejar. Tidak ada uang yang harus dikumpulkan, dan tidak ada pendidikan yang harus dijalani.

Apa yang muncul dalam batin anda? Inilah keadaan alami manusia. Inilah kenyataan yang sebenarnya, jauh sebelum dunia sosial masuk dengan segala ilusinya. Cara ini membantu kita membedakan antara kenyataan yang sesungguhnya, dan kenyataan relatif yang diciptakan masyarakat.

Dua, coba sadari kenyataan ini. Dulu, sewaktu bayi, tubuh kita kecil. Sekarang, setelah dewasa, tubuh membesar. Dulu, sewaktu bayi, kita tidak paham banyak hal. Sekarang, setelah menekuni berbagai proses, kita jadi paham lebih banyak hal.

Artinya, tubuh dan pikiran kita adalah sesuatu yang kita kumpulkan dalam perjalanan hidup. Keduanya bukanlah diri kita. Sebelum itu semua, siapa kita? Kita hanya sekedar kehidupan. Kehidupan tanpa derita, yang hidup dengan segala kekayaannya.

Dua hal ini membantu kita untuk hidup dengan relaks. Kita tidak diperbudak oleh hal-hal yang ada di luar diri kita. Ketika bisa relaks dengan cara ini, kita bisa membiarkan tubuh kita menyembuhkan dirinya sendiri. Daya tahan tubuh meningkat. “Relaks”, sebelum segala pikiran dan perasaan muncul, itulah keadaan alami kita sebagai manusia.

Yoga

Sejatinya, kebahagiaan adalah inti kehidupan. Ketika kita tidak terjebak pada pikiran maupun tubuh semata, maka kebahagiaan akan secara alami muncul. Inilah kebahagiaan tanpa syarat. Ia tidak membutuhkan uang, nama baik, kekuasaan dan sebagainya.

Orang bisa mendapatkan kenyamanan lewat uang, kemewahan, pengakuan dan kekuasaan. Namun, itu semua akan berlalu, dan menggiring orang pada penderitaan. Kenyamanan bukanlah kebahagiaan yang sesungguhnya. Kenyamanan membuat orang terlena, lalu kemudian menjebaknya dalam kelekatan dan derita.

Yoga adalah kesatuan dengan kehidupan itu sendiri. Secara alami, dengan Yoga, kebahagiaan juga akan datang. Kebahagiaan dan kehidupan tidak bisa dipisahkan. Yoga mendorong orang untuk hidup seutuhnya, sesuai dengan jati dirinya yang asli.

Segala kesulitan hidup lalu bisa ditanggapi dengan tepat. Apa yang perlu dilakukan bisa dilakukan dengan seksama. Tidak kurang, dan tidak berlebihan. Cemas dan takut masih datang, namun jarak dengannya sudah cukup besar, sehingga tidak menciptakan derita berkepanjangan.

Maka, Yoga bukan hanya jalan untuk tante seksi, supaya makin seksi dan sehat. Yoga juga bukan hanya jalan spiritual untuk orang-orang khusus semata. Yoga adalah jalan untuk orang yang ingin terbebaskan dari derita tak bermakna, dan ingin mengalami hidup seutuhnya.

Apakah anda ingin mengalami hidup seutuhnya?

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *