• Tuesday, 17 November 2015
  • Komala Somadevi
  • 0

“Amati pikiranmu dan pelajari cara membedakan antara pikiran yang bermanfaat dengan pikiran yang merugikan. Pahami bagaimana pikiran menciptakan emosi. Beri ruang bagi hati kita untuk menerima dan menghargai diri apa adanya.”

Terkadang ketika kita sedang sendiri, kita memiliki pemikiran seperti, “Oh, aku adalah orang yang gagal! Aku tidak bisa melakukan apa pun dengan benar! Aku tidak berharga, aku tidak heran jika tidak ada orang yang menyukaiku!” Rasa rendah diri ini merupakan salah satu halangan terbesar dalam jalan menuju pencerahan.

Kita hidup dengan diri sendiri setiap saat, tetapi kita bahkan tidak tahu siapakah diri kita atau bagaimana berteman dengan diri sendiri. Kita selalu menilai diri sendiri menggunakan tolok ukur yang tidak pernah kita renungkan apakah batasan tersebut nyata bagi kita atau tidak. Kita membandingkan diri dengan orang lain dan kita selalu menjadi orang yang kalah.

Di antara kita, tidak ada yang sempurna, kita semua memiliki kekurangan. Ini adalah hal yang wajar dan kita tidak perlu mencaci diri sendiri atas kesalahan kita atau berpikir bahwa kita adalah kesalahan. Kita suka membesar-besarkan karena kita tidak tahu siapa diri kita yang sebenarnya.

Kita perlu belajar untuk menerima dan berteman dengan diri sendiri, “Saya memiliki kesalahan dan saya berusaha memperbaikinya, saya memiliki bibit, kemampuan dan bakat yang baik juga. Saya adalah orang yang berharga karena memiliki sifat ke-Buddha-an, berpotensi untuk menjadi Buddha yang tercerahkan sepenuhnya. Bahkan pada saat ini, dengan niatan tulus ini saya bisa membantu kesejahteraan sesama.”

Meditasi dan mempelajari ajaran Buddha membantu kita berteman dengan diri sendiri. Untuk mengatasi rasa rendah diri, kita harus merenungi kehidupan manusia yang berharga serta sifat ke-Buddha-an yang kita miliki. Dengan itu, kita dapat memahami bahwa sifat dasar pikiran kita adalah murni dan tidak ternodai. Sifat alami pikiran kita itu seperti langit yang luas−sungguh-sungguh lapang dan bebas.

Kotoran batin seperti ketidakpedulian, kemarahan, kemelekatan, kesombongan, kecemburuan, kemalasan, kebingungan, keangkuhan dan sebagainya seperti awan di langit. Ketika ada awan di langit, kita tidak dapat melihat langit yang sesungguhnya yang bersih, terbuka, luas, dan lapang. Langit masih ada di atas sana, namun ia tertutup dari pandangan kita pada saat itu. Sama halnya, saat kita merasa berkecil hati atau bingung, seluruh emosi dan pikiran tersebut bukanlah diri kita yang sesungguhnya. Mereka seperti awan di langit. Sifat alami langit masih ada. Sifat tersebut tersembunyikan sementara, namun ketika angin kebijaksanaan dan welas asih datang serta meniup awan emosi-emosi mengganggu itu, maka kita dapat melihat langit yang terbentang luas dan bebas.

Luangkan waktu setiap hari untuk duduk dengan tenang dan melaksanakan latihan spiritual. Untuk melakukan latihan meditasi harian, pelajari ajaran-ajaran Buddha dan luangkan waktu setiap hari untuk merenungkan kehidupanmu. Amati pikiranmu dan pelajari cara membedakan antara pikiran yang bermanfaat dengan pikiran yang merugikan. Pelajari bagaimana pikiranmu menciptakan emosimu. Beri hatimu ruang untuk menerima dan menghargai diri apa adanya. Kita perlu menjadi diri kita sendiri. Engkau bisa menerima dan menjadi dirimu apa adanya.

Kemudian engkau bisa mengembangkan potensimu dan membuka pintu apa pun guna membantu memahami diri sendiri. Buddha mengajarkan sejumlah cara untuk mengatasi pikiran-pikiran negatif dan menyingkirkan pandangan salah. Engkau bisa mempelajari hal-hal tersebut serta bagaimana cara menerapkannya di dalam pikiran, bagaimana melatih pikiran sehingga menjadi lebih jernih dan tenang, bagaimana membuka hatimu dalam kebaikan hati untuk diri sendiri dan orang lain. Dalam proses melakukan hal ini, engkau akan menjadi teman bagi diri sendiri. (www.thubtenchodron.org)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Komala Somadevi

Perempuan. Lulusan perguruan tinggi di Bandung jurusan komunikasi internasional. Volunteer di thubtenchodron[dot]org. Kini menetap di Jogja. Mengelola tempat makan sederhana, "Angon".

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *