• Monday, 2 January 2012
  • Sutar Soemitro
  • 0

Di antara beberapa resolusi tahun baru –menjadi orang yang lebih baik? mengumpulkan uang lebih banyak? –Anda mungkin memiliki resolusi untuk memiliki pola makan lebih baik, walaupun konsep ini biasanya berubah menjadi “mengurangi berat tubuh”.

Obsesi mengurangi berat badan sepertinya menjadi obsesi semua manusia modern di seluruh dunia yang akan terus bertambah setiap tahun. Padahal yang kita butuhkan sebenarnya adalah “makan lebih baik”. Mark Bittman, seorang kolumnis tentang makanan di The Times Magazine menawarkan sebuah ide diet vegetarian yang mungkin bisa Anda coba.

Menurutnya, ide untuk makan yang lebih sehat saat ini makin sulit untuk ditempuh, termasuk bagi orang yang diet sekalipun. “Separuh dari buku diet yang berserakan di meja saya selama bulan Desember menekankan pada bebas gluten. Dan jawabannya semua orang tahu: makan lebih banyak sayuran,” terang Bittman.

Pola diet yang hanya memakan sayuran –biasa disebut vegan– saat ini bukanlah hal yang asing, namun sebaliknya juga bukan pola diet yang banyak dipilih orang. Sebagai catatan, diet vegan bukan hanya tidak memakan daging, namun juga semua produk makanan yang dihasilkan dari hewan, termasuk susu, telur, dan bahkan madu.

Sebenarnya banyak menu makanan vegan yang selama ini banyak disukai orang, misalnya salad. Dan di Indonesia daftar itu malah mungkin akan lebih bertambah panjang, sebut saja lalap, gado-gado, ketoprak, sayur kangkung, sayur asem, tempe, tahu, emping, atau malah semur jengkol! “Masalahnya adalah kita menempatkan piring dengan pusatnya berupa makanan dari hewan (baca: daging) yang lebih menarik daripada makanan vegan yang cenderung tradisional, karena disajikan dengan kreatif, penuh, menarik, dan menjadi kurang menggugah selera jika dicampur (dengan makanan vegan),” beber Bittman.

“Maksud tulisan saya di sini adalah agar ide semi vegan bisa Anda terapkan,” tambahnya. “Seminggu sekali, gantilah hamburger dengan burger kacang, singkirkan daging dari saus pasta, bikinlah risotto seperti yang belum pernah Anda bikin sebelumnya, maka Anda pun akan mendapati diri Anda ‘makan lebih baik’.”

Garam atau lada boleh tetap dipakai. “Ini bukan tipuan, bukan pula diet. Ini adalah sebuah langkah, dan resolusi yang cerdas mungkin akan tercapai,” tutup Bittman. (new york times)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *