Ada orang yang di dalam hidupmu yang terlalu kritis dan nyinyir membuatmu rendah diri dan kurang menikmati hidup. Psikolog Lynn Monteiro memberikan empat cara untuk menjaga dirimu.
Dicontohkan, manager Jason itu tipikal orang yang tidak terkontrol emosinya dan suka menghakiminya di muka umum. Waktu Jason mencoba memberitahukan uneg-unegnya, dia malah menyepelekannya dan malah berujar kalau dia hanya mencoba menyemangati Jason, yang menurut dia Jason terlalu “sensitif”.
Jason tidak mungkin berhenti kerja, tapi setiap hari rasanya makin sulit untuk bertahan. Ketakutannya adalah dia akan merespon dengan amarah akan siksaan bosnya dan berujung dipecat.
Banyak ditemui orang yang menderita hal yang sama seperti Jason, mereka memiliki rekan kerja, pasangan hidup, teman yang suka merendahkan dan agresif, menuduh dan nyinyir. Menghadapi orang-orang seperti itu harus dengan rasa cinta akan diri, memahami situasi, dan bertindak terampil.
Situasi yang saling sahut (konfrontatif) bisa mengarah ke agresivitas kasar ataupun halus. Agresivitas kasar langsung yang di ucapkan contohnya mengecilkan ide, mempertanyakan pengalamanmu, merespons negatif emosimu, atau menyepelekan kebutuhanmu.
Strategi konfrontasi
Berhubungan dengan orang yang suka menggunakan taktik ini sungguh melelahkan, menakutkan malah. Ketika seseorang terus menerus melecehkan kesungguhan dari tindakkan, pikiran dan ucapan, akan membuatmu merasa kebingungan dan tidak nyaman dalam hubungan.
“Tidak semua strategi konfrontasi berwujud kasar. Tapi bisa juga secara halus.”
Contohnya Sami. Dia lagi magang untuk gelar doktornya dan bersekolah di universitas ketika anak paling kecilnya mulai sekolah full time. Pasangannya, adalah seorang profesional yang terhormat di komunitasnya, mulai menyalahkan dan mempermalukannya.
Berbicara dalam nada pelan dan hening, dia menjelaskan kalau Sami tidak melakukan tugas rumah tangganya bahwa penampilannya yang stress (tidak menarik) merusak reputasi mereka.
Sami merasa bingung. Dia malah jadi merasa ragu akan kemampuannya mengurus keluarga dan menyelesaikan magangnya. Di sisi lain dia merasa percaya diri sudah berkontribusi baik dalam keluarga, tapi dia juga merasa kalau dia membodohi dirinya dan mengabaikan keluarganya.
Seperti yang kita lihat di masalahnya Sami, taktik yang halus sedang dipergunakan untuk menyerang. Cara penyerangannya halus : ucapan bisa terdengar mendukung dan tindakkan bisa terlihat membantu. Tapi cara mereka berinteraksi sengit, melebihi dari cara yang kasar.
Mereka juga menabur benih-benih ketidak percayaan diri, menghina, dan selalu saja ada yang kurang. Walaupun apa yang disampaikan coba perhatikan bagaimana itu disampaikan, jika kamu merasa terusik akan cara seorang berinteraksi yang membuatmu merasa rendah diri, maka coba telaah niatan orang itu.
Apa yang bisa Jason dan Sami – dan juga kita yang mengalaminya – lakukan untuk merubah perannya dalam hubungannya dengan orang seperti itu? Jika kamu menghadapinya, berikut adalah empat cara dan praktik yang bisa dilakukan untuk membangun rasa kenyamanan jika tidak mungkin memutuskan hubungan.
1. Buat Batasan.
Dalam hidup pasti ada masa kita melalui hal sulit. Hal yan lumrah jika kita menginginkan rasa nyaman dalam hubungan, dan jika itu tidak terpenuhi, kita harus berbuat sesuatu. Menjadi konfrontasi (lugas), menyingkir atau tidak peduli adalah reaksi yang umum. Namun cara itu tidak terampil dan bisa memperburuk situasi.
Cara yang terampil dan strategis adalah dengan menciptakan batas-batas yang jelas bagaimana kamu mau diperlakukan. Memberikan batasan bisa berupa dengan memberitahukan kalau kamu tidak ingin merespons saat ini karena kamu merasa kesal.
Belajar untuk mengenali tanda-tanda di dalam diri kalau kamu tidak peduli di dalam konfrontasi, gunakan teknik latihan kembali ke nafas dan menyadari diri (grounding) sampai kamu merasa bisa meninggalkan situasi.
Berlatih konsumsi berkesadaran : kamu bisa membatasi diri untuk menerima pesan yang merendahkan dirimu atau tetap berada di dalam kondisi yang tidak bisa di proses saat ini (tidak bisa di respon). Jadi ciptakan batasan sampai mana percakapan itu, jika sudah mulai menyakiti perasaan. Ambil waktu menyepi untuk menata perasaan dan menyepakati untuk membicarakannya lain waktu. Jika orang lain itu memaksa (sengit), baiknya tinggalkan situasi itu.
Konfrontasi yang lebih kasar akan bisa lebih berbahaya, dan dalam kasus seperti ini kamu harus menciptakan batasan yang lebih kuat. Jika kamu kesulitan menikmati hidup dan berpikir untuk melukai diri sendiri, segeralah mencari bantuan medis secepatnya.
2. Kamu bukan sebabnya.
Dalam konfrontasi sering terucap kalimat tidak enak dan itu bukan mengenai kamu. Kalimat itu muncul dari beragam sebab musabab, yang sebagian besarnya berada di luar kendali.
Tujuan dari agresifitas adalah untuk menolak agresifitas yang dipikir akan didapat, jadi maksudnya mendahului siapapun yang memberikan agresifitas. Itu adalah sebuah cara untuk menciptakan rasa aman dan nyaman melalui dirimu. Orang yang suka konfrontasi adalah orang yang melihat dunia ini sebagai tempat yang mengancam dan selalu siap tempur. Mereka menciptakan keamanan dan kenyamanan melalui paham “Sedia payung sebelum hujan”. Mereka menyerang untuk mencegah penyerangan.
3. Tidak perlu membalas.
Ingatlah : “tidak ada bensin, tidak terbakar.” Jika kita membalas akan menjadi perdebatan tanpa ujung. Bahkan jika kita memberikan kenyataan atau saran baik tetap akan membakar karena, bagi orang yang mengkonfrontasi, ingin menggantikan rasa yang dirasakannya (rasa takut, marah,dll), bukan mencari solusi. Cobalah untuk melihat konfrontasi adalah sebuah ombak dalam badai orang itu.
4. Berikan cinta kasih kepada diri sendiri.
Ajaran Buddha menasihati untuk tidak merespon rasa sakit hati dengan dengan sakit hati; namun respon seperti ini sering di anggap sebagai menerima pelecehan ini dengan pasrah. Menjadi welas asih kepada orang yang mengkonfrontasi bukan berarti menekan-nekan perasaan akan terluka dan sedih. Mencintai diri sendiri itu hal yang utama dan latihan ini dapat membantu:
* Sadar penuh : perhatikan perasaanmu; itu benar ada
* Rasa kemanusiaan : ketahui kalau normal untuk merasakan yang kamu rasakan. Kamu tidak sendiri merasakan marah, takut dan emosi lainnya
* Kebaikkan untuk diri sendiri : apa yang kamu butuhkan untuk bisa melalui situasi ini? Siapa yang bisa membantumu untuk melangkah di jalan ini?
Terjemahan dari: Lynette Monteiro; Buddhistdoor Global
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara