Hal-hal yang berkesan terkadang muncul justru ketika kita melakukan sesuatu tanpa harapan apa pun, dan itulah yang terjadi saat saya berkunjung ke Nusantara Dharma Book Festival pada tanggal 24 Februari kemarin.
Sebagai seorang “penikmat buku”, saya merasa bahwa event tersebut tentu sayang dilewatkan. Sebab, di sana, saya mungkin bisa menemukan buku bagus, yang mampu memberi pikiran saya lebih banyak inspirasi, terutama soal ajaran Buddha.
Sebagai umat awam, saya merasa perlu memperkaya wawasan saya tentang Buddhis. Ajaran Buddha adalah sebuah ajaran yang sudah saya praktikkan sejak masih kecil.
Kalau saya mengenal Buddhis lebih dalam, tentu saya bisa mempraktikkan ajaran-Nya sebaik mungkin, dan cara saya untuk “menyelami” Buddhis, di antaranya, adalah dengan membaca buku-buku Dhamma, dan buku-buku semacam itu bisa ditemukan di festival tersebut.
Makanya, bersama seorang rekan yang juga “hobi” belajar Dhamma, saya pun datang mengunjungi festival buku tersebut. Oleh karena diadakan di Baywalk Mall, Jakarta, saya melihat beragam stand penerbit yang didirikan menghadap laut. Jadi, selain berkeliling melihat buku di sejumlah stand, saya juga bisa menikmati hembusan angin sejuk dan mendengar suara deru ombak yang memecah karang.
Di antara sekian stand yang berbaris, kaki saya sempat berhenti di depan beberapa stand penerbit Buddhis. Di antaranya ialah Dhammavihari Buddhist Studies. Saya tertarik mampir ke stand tersebut karena stand itu menawarkan buku-buku karangan Bhante Kheminda.
Bhante Kheminda adalah seorang guru Abhidhamma. Saya sudah beberapa kali menyimak ceramah beliau di youtube, dan beliau mampu menyampaikan konsep-konsep Buddhis yang agak teknis dengan bahasa yang sederhana.
Baca juga: Seluk Beluk Festival Musim Semi
Oleh karena tertarik, saya pun memilih satu buku beliau, yang berjudul “Kamma Pusaran Kelahiran & Kematian Tanpa Awal”. Bagi saya, isi buku itu tak hanya bisa membuka wawasan, tetapi juga “meluruskan” pandangan saya tentang cara kerja hukum kamma.
Hal itu jelas penting dipelajari. Sebab, pemahaman soal hukum kamma adalah bagian dari pandangan benar, dan pandangan benar adalah “pangkal” dari Jalan Mulia yang diajarkan Buddha.
Kalau kita mengerti hukum kamma dengan benar, tentu kita bisa melaksanakan Jalan Mulia dengan lebih tepat, dan kalau dipraktikkan dengan tepat, Jalan Mulia dapat mengantar kita ke pembebasan.
Buku lain yang juga saya bawa pulang ialah Buddha Brain karangan Rick Hanson, Ph.D. dan Richard Mendius, M.D. Buku terbitan Ehipassiko Foundation ini menarik disimak karena isinya “membedah” efek-efek neurologis yang muncul dari praktik meditasi.
Biarpun belum membacanya secara keseluruhan, di beberapa bagian, saya sempat mencermati meditasi relaksasi dan cinta kasih yang diajarkan setahap demi setahap di dalamnya. Dengan didukung hasil riset kontemporer, metode meditasi yang diajarkan di dalamnya bisa meredakan emosi-emosi negatif yang muncul.
Isi buku ini jelas relevan dengan kehidupan manusia modern. Saat kehidupan kita dipenuhi tuntutan ini-itu yang bisa membuat batin stres, praktik meditasi yang ditawarkan di dalamnya bisa dicoba. Dengan latihan yang tekun, kita akan terampil mengelola perasaan yang muncul sehingga kita bisa tetap tenang menghadapi badai kehidupan yang menerpa batin kita.
Hal lain yang juga cukup berkesan adalah saat saya berkunjung ke stand Penerbit Karaniya. Di sana, tanpa disengaja, saya bertemu dengan Bro Andre Sam, pengelola situs BuddhaZine.
Itu adalah pertemuan pertama kami. Sebelumnya, kami hanya berkomunikasi via whatsapp untuk urusan publikasi artikel di BuddhaZine. Makanya, saya agak penasaran dengan sosok Bro Andre, yang cuma bisa saya kenal di dunia maya, dan rasa penasaran itu akhirnya tuntas terjawab setelah kami berjumpa dan berdiskusi sejenak.
Dari situ saya baru tahu kalau kantor BuddhaZine telah pindah ke Temanggung. Bro Andre kemudian menjelaskan visi BuddhaZine untuk menghadirkan kekayaan lokal yang “bernapaskan” ajaran Buddha di daerah-daerah.
Makanya, dengan berpindah kantor ke Temanggung, pengelola BuddhaZine berharap bisa membina penulis-penulis Buddhis di daerah supaya bisa mengangkat kearifan setempat di dalam tulisan-tulisannya.
Oleh karena keterbatasan waktu, sayangnya, saya tidak sempat menyimak talkshow di festival tersebut. Padahal, festival itu menghadirkan sejumlah narasumber yang membawakan topik yang menarik dicermati, seperti Noviana Kusumawardhani dengan tema “Parenting by Reading” & “Pengenalan Tarot”; Avianti Armand “Open Your Mind with Reading and Writing”; dan, Yasa Singgih “Today Reader Tomorrow Leader”.
Walaupun begitu, saya merasa beruntung telah “berjodoh” dengan buku-buku Dhamma yang bagus, serta bersua dengan Bro Andre. Saya berharap event-event demikian bisa diselenggarakan secara rutin setiap tahunnya.
Adica Wirawan
Founder of Gerairasa
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara