• Friday, 1 March 2019
  • Clesia Lay
  • 0

Bicara soal relaks, beliau membuka ceramahnya dengan mengingatkan kita pada dua kata yaitu, “Kebaikan Hati” yang harus kita lakukan sehari-hari.

Lebih mendalam dari kebaikan hati, Ajahn mengungkapkan rahasianya yaitu dengan melakukan meditasi. Di sini, beliau mengilustrasikannya dengan satu cerita tentang bhante yang duduk bermeditasi tanpa bergerak sedikit pun seperti batu. Dia tidak bergeming sama sekali dan seperti tidak bernapas. Melihat hal ini, murid-muridnya pun mengkremasikannya. Bhante itu diangkat lalu dikremasi.

Tapi keesokan harinya, bhante itu berkeliling melakukan pindapatta. Orang-orang pun bingung, mengira itu hantu. Padahal bhante itu tidak meninggal ketika dikremasi karena ia masuk dalam meditasi mendalam di mana ia mengalami keadaan sunyata dan ia kebal terhadap api. Itulah yang dimaksud dengan relaks serelaks-relaksnya.

Setelah kisah itu, Ajahn Brahmali juga menceritakan tentang cerita Ajahn Brahm saat masih muda, walaupun masih muda Ajahn Brahm sudah terkenal sebagai bhikkhu yang bisa bermeditasi secara mendalam. Jadi biasanya bhikkhu duduk meditasi di kursi yang lebih tinggi dan umat awam duduk di kursi yang lebih rendah. Lalu satu demi satu meninggalkan ruangan. Hingga tinggal wanita tua dan Ajahn Brahm.

Wanita tua itu menatap Ajahn yang dari jam ke jam tidak bergerak sama sekali. Dan bila melihat keadaan seperti itu, umumnya kita bingung bagaimana bisa seseorang tidak bergerak selama berjam-jam. Demikianlah, perempuan tua itu pun bertanya-tanya. Setelah 4 jam berlalu, ia pun menghampiri seorang bhikkhu di vihara dan mengatakan bahwa ada 1 bhikkhu (maksudnya Ajahn Brahm) yang mungkin sudah meninggal karena tidak bergerak.

Jadi demikianlah, kalau Anda ingin santai sesantai santainya, Anda harus melakukan meditasi karena setelah Anda melakukannya, maka Anda akan penuh dengan energi dan kebahagiaan. Tapi bicara memang mudah, namun bagaimana melakukannya?

Di sini Ajahn ingin menyarankan kita untuk fokus pada perenungan tentang, anicca (betapa hidup itu tidak kekal), dan metta (cinta kasih). Ajahn mengingatkan kita bahwa yang paling utama dalam Buddhis adalah empat kebenaran mulia dan pandangan benar.

Jadi kita harus merenungi anicca secara mendalam dan secara bertahap anicca itu akan masuk dalam pemahaman dan hidup kita. Itulah cara merenung yang benar.

Anicca itu sering diterjemahkan sebagai “tidak kekal”. Namun Ajahn lebih suka menerjemahkan dengan kata-kata lain atau dengan memberi contoh. Seperti misalnya ada seseorang yang berjanji, tapi ternyata tidak menepati janjinya karena suatu hal. Itulah yang disebut dengan anicca, yaitu hidup ini tidak bisa dipastikan atau ditentukan oleh kita, dan tidak dapat diandalkan.

Apa yang terpenting dari semua itu adalah kita memasukkan anicca dalam kehidupan sehari-hari agar jangan menjadi umat Buddhis yang hanya tahu secara konsep tapi tidak mempraktikkannya dalam hidup sehari-hari.

Seperti yang kita ketahui sekarang banyak umat Buddhis yang sering curhat ke bhante dan bhante berkata bahwa para bhante itu seperti tong sampah yang bagian dasarnya bolong. Mereka menjaga agar tidak terpengaruh. Karena inti dari curhatan seseorang biasanya tentang masalah dunia dan mereka mengatakan seakan-akan dunia sangat penuh masalah. Padahal tidak selalu demikian adanya.

Di sini Ajahn memberi contoh kondisi saat Donald Trump terpilih jadi presiden dan orang-orang mengeluhkan hal itu. Jadi, setiap kali Anda melihat berita, Anda sudah larut dalam hal itu dan Anda lupa tentang anicca. Padahal pada dasarnya, dunia ini di luar kendali kita, semua ada di luar kendali kita. Tidak ada yang bisa diandalkan. Alasan kenapa Anda kesal, sedih pada dunia, itu karena Anda berlindung pada dunia, pada hal di luar diri Anda. Padahal kita seharusnya berlindung di tempat lain, yaitu pada diri kita sendiri.

Perlindungan

Karena kita salah mengambil perlindungan, itulah sebabnya kita memiliki masalah. Jadi kita harus mengubah pola pikir kita. Bila kita melihat secara mendalam mengapa dunia begitu mengecewakan kita, saat itulah kita harus kembali pada dalam diri kita, itulah yang seharusnya kita lakukan.

Saat kita berpaling dari dunia, dan mengambil perlindungan ke dalam diri, maka itulah caranya kita dapat duduk dengan hening. Itulah cara yang benar. Jadi kita tidak hanya berfokus pada kejadian sehari-hari, tapi kita harus merenungkan tentang diri kita, relasi kita dan semua hal yang terus berubah. Itulah tanda dunia tidak bisa diandalkan. Pada saat Anda menyadari semua hal tidak dapat diandalkan, dan semua itu mengarah pada penderitaan (dukkha) maka itulah yang dapat mengubah pola pandang Anda.

Baca juga: Talk Show Ajahn Brahmali di Surabaya

Namun, ini bukan berarti Ajahn menyuruh kita untuk menjadi bhikkhu dan bhikkhuni. Tapi yang harus dilakukan adalah setahap demi setahap, sehingga Anda menyadarinya dan bisa keluar dari kondisi dukkha. Pun, ini bukan berarti membuat kita menjadi orang yang  tidak perduli, mengabaikan dunia.  Sebaliknya, kita harus menjadi orang yang lebih perduli karena menyadari betapa dunia ini rapuh dan tidak dapat diandalkan.

Ada satu perumpamaan dari Ajahn Chah yang mengatakan ada retakan di gelas dan menanyakan pada muridnya apakah mereka melihat dan dijawab tidak. Lalu Ajahn Chah menjelaskan bahwa retakan gelas itu sebenarnya ada dan sejak awal sudah terkandung dalam gelas itu secara alami sebagai sifat gelas, dan oleh karenanya kita harus menjaganya dengan hati-hati. Demikian pula dengan dunia ini, kita selayaknya menyadari bahwa dunia ini sifat alaminya memang rapuh, karenanya kita harus menjaganya dengan lebih baik dan berhati-hati.

Membabar Dhamma

Seperti juga Buddha yang sudah demikian tercerahkan dan berkeliling begitu lama menyebarkan Dhamma, namun satu hari tetap saja Beliau meninggal. Saat itu, Bhikkhu Ananda cemas dan menanyakan apakah Buddha bisa hidup selama 1 kalpa lagi di mana hal itu sebenarnya merupakan penderitaan.

Jadi, ketika Buddha menjawab tidak bisa, itu merupakan sesuatu yang bagus sekali. Dan ketika melihat Ananda sedih, Buddha mengingatkan akan ajaran tentang anicca. Beliau mengingatkan hakikat dunia ini, tentang apa yang kita harapkan dari dunia ini karena memang rapuh sudah merupakan sifat dasarnya.

Oleh karena itu, janganlah mencari perlindungan dari dunia, tapi jadilah pelindung bagi diri kita sendiri yaitu dengan mempraktikkan empat satipatthana yang mana yang harus dilakukan hanyalah mengamati napas. Dan dengan demikian Anda sudah mempraktikkannya. Di situ Anda dapat menemukan apa yang Anda cari di dunia ini, yang sesungguhnya ada di dalam diri kita. Dan itu jauh lebih luar biasa dibanding apa yang Anda cari di luar.

Jadi itulah yang harus Anda ingat tentang kebaikan hati dan tentang melakukan meditasi. Dengan demikian Anda makin bisa bernaung pada diri sendiri. Anda bisa masuk dalam diri sendiri di mana itu seperti rumah dan akan menjadikan Anda lebih mandiri serta tidak bergantung pada dunia.

Ajahn lalu melanjutkan dengan mengatakan apa yang dimaksud Buddha dengan mengambil Dhamma sebagai perlindungan? Yaitu Dhamma sebagai 37 bodhikapiya. Dan semuanya itu sifatnya praktis, dapat diterapkan dalam hidup sehari-hari. Jadi, ingatlah bahwa semua yang ada dalam Buddhisme ini sifatnya praktis, dan jangan dijadikan filosofi. Melainkan harus dijalankan.

Sehingga sangatlah penting bahwa dhamma itu harus dipraktikkan sehari-hari. Dan kalau bingung mempraktikannya, tanyakan pada Bhante. Ajaran Buddhis itu semuanya praktis dan bila bertemu yang tidak praktis maka itu bukan ajaran Buddhisme. Ajaran Buddha itu semuanya harus dipraktikkan dalam hidup sehari-hari. Dan ajaran praktis yang telah diajarkan lebih dari 2500 tahun lalu ini kabar baiknya masih ada di dunia. Dan kita bisa menganalisanya benar atau tidak dengan melihat dari Sutta.

Pada saat Anda membaca Sutta, Anda bisa tahu Buddha memikirkan kita semua hingga ke saat ini. Itu yg membuat kita saat membaca Sutta akan merasa bahwa Buddha seperti sedang berkotbah pada kita saat ini. Dengan kalimat ini, Ajahn pun menutup ceramahnya dan mengingatkan kembali apa yang diajarkan di depan, yaitu kebaikan hati.

Disarikan dari talkshow Ajahn Brahmali, “Relax to The Max”, Sabtu (23/2) di Vihara Dharma Suci, Pantai Indah Kapuk, Jakarta.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *