• Saturday, 2 March 2019
  • Junarsih
  • 0

Tulisan ini ada karena kebetulan. Beberapa waktu lalu saya dan ibu sedang membereskan buku-buku lama yang tersimpan rapi di kardus. Kupilah-pilah buku mana yang masih saya gunakan. Dan dapatlah, sebuah majalah lama.

Di sana ada sebuah artikel tentang ceramah Thich Nhat Hanh tahun 2007 di Hotel Sandy Beach di Da Nang, Vietnam. Thich Nhat Hanh yang lahir pada 11 Oktober 1926 adalah seorang guru Zen dari Vietnam, penyair, dan juga pendiri gerakan Buddhis yang Berkesadaran Sosial.

Namun, di artikel tersebut tidak tertera jelas siapa penulisnya. Meski artikel ini sudah lama, tapi, isinya masih relevan sampai saat ini. Isi ceramah dari Thich Nhat Hanh cukup sederhana, yakni tiga kekuatan yang dapat kita bangkitkan dengan melatihnya. Di antaranya, kekuatan memotong penderitaan, kekuatan kebijaksanaan, dan kekuatan untuk memaafkan serta mencintai. Yang mana hasilnya nanti adalah kebahagiaan bagi diri kita dan juga orang-orang di sekitar kita.

Apa relevannya ketiga kekuatan ini dengan kehidupan sekarang?

Kalau dijawab, banyak sekali hubungannya, terutama dalam kehidupan sosial dan spiritual. Bukan hanya umat Buddha, seluruh umat di dunia juga dapat melatih tiga kekuatan itu. Ditambah akhir-akhir ini banyak sekali masalah yang menimpa Indonesia.

Banyaknya musibah bukan menjadi penghalang bagi seseorang untuk bahagia. Apalagi sekadar meratapi nasib karena kehilangan harta benda bahkan keluarga. Kalau kita ingat ajaran Buddha tentang ‘ketidakkekalan’, ratapan karena kehilangan seyogianya dimusnahkan. Memang tidak mudah untuk mempraktikkannya, tapi tidak ada salahnya kan untuk mencoba?

Baca juga: Membaca Buku Berjudul “Aku”

Maka dari itu, kita perlu mencoba membangun tiga kekuatan agar hidup bahagia. Pertama, kekuatan memotong penderitaan. Terperangkap dalam rasa sedih, susah, membenci pasti akan menderita. Tanpa disadari, semua itu muncul dari diri sendiri, pikiran, dan keinginan diri sendiri. Karena bermula dari diri sendiri, maka untuk mengakhirinya juga dari diri sendiri. Tidak mungkin dari orang lain.

Saat memiliki sebuah laptop bagus yang dapat menunjang pekerjaan, hati kita senang. Namun, ada merk laptop keluaran terbaru yang lebih canggih, dengan harga yang fantantis kita menjadi tergiur. Segala daya upaya kita lakukan untuk mendapatkan laptop tersebut. Mulai dari bekerja sampingan, tetapi suatu saat hasil yang diperoleh untuk membeli laptop baru malah hilang dicuri orang. Bertambah sudah kesedihan kita.

Karena keinginan yang berlebihan ini muncul dari diri sendiri, sehingga penderitaan juga turut bermunculan. Coba saja kita bisa bersyukur dengan laptop yang sudah dimiliki. Pasti rasanya lebih bahagia. Dengan bersyukur ini kita belajar untuk memotong penderitaan. Bersyukur dengan segala hal yang sudah dimiliki, pasangan, kesehatan, pekerjaan, dan sahabat.

Kalaupun sedang ditimpa bencana alam dan kita selamat, maka patut untuk bersyukur. Karena dengan keselamatan ini kita dapat menambah perbuatan bajik, baik bagi sesama umat manusia maupun dengan hewan di sekitar.

Kedua, kekuatan kebijaksanaan. Dalam ceramahnya Thich Nhat Hanh kala itu, kebijaksanaan adalah satu-satunya karir bagi seseorang yang berjalan di jalan spiritual. Kebijaksanaan dapat bangkit apabila kita mampu untuk menumbuhkan perasaan cinta kasih dan suka cita atas kebahagiaan orang lain. Dengan ini, kebahagiaan dapat tumbuh dalam benak kita.

Kebijaksanaan tidak akan tumbuh apabila diri ini masih diliputi oleh ketidaksukaan. Karena berawal dari ketidaksukaan maka kebencian akan tumbuh. Dengan rasa benci, maka hal-hal buruk dapat dilakukan untuk menghancurkan orang lain.

Biasanya kebencian muncul karena orang lain melakukan satu kesalahan, padahal, kita masih bisa melihat jutaan kebaikan orang lain. Seperti kasus-kasus artis, akankah setelah dia melakukan satu perbuatan yang kurang menyenangkan di hati masyarakat, lalu dengan sekejap kita membencinya? Harus dipikir-pikir dahulu, jutaan alasan seseorang melakukan suatu hal, dan jangan kita menghakiminya, lihat pula jutaan prestasinya.

Ketiga, kekuatan untuk memaafkan serta mencintai. Bukan hanya mencintai pasangan, bukan hanya memaafkan orang terdekat. Namun, kita harus mampu mencintai seluruh makhluk, seperti cinta kasih Buddha. Kita juga harus mampu memaafkan orang lain yang berbuat salah, bukan hanya keluarga. Apabila diri sendiri melakukan kesalahan juga harus kita maafkan. Tidak baik menyalahkan diri sendiri, nantinya hanya akan menimbulkan kekecewaan, penderitaan, dan berujung pada penyesalan.

Belajar memaafkan dan mencintai itu sangat mudah apabila kita benar-benar melakukannya. Apabila setulus hati mempraktikkannya, maka kebahagiaan menyertai kita semua.

Junarsih

Bahagia dengan alam, terutama gunung. Tinggal di Temanggung, Jawa Tengah.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *