Perguruan Tinggi Agama Buddha (PTAB) yang ada di Indonesia sekitar 13 perguruan tinggi. Sebagian besar berada di Pulau Jawa. Dua dikelola oleh negeri di bawah Kemenag (Kementerian Agama) Republik Indonesia, sisanya dikelola oleh pihak swasta.
PTAB merger?
Umumnya PTAB mempunyai 2 program studi, yakni Dharma Acariya (Keguruan Agama Buddha) dan Dharmaduta (Bimbingan Penyuluh Agama Buddha). PTAB yang ada di Indonesia masih berjenis Sekolah Tinggi, sebab hanya terdiri dari 1 fakultas.
Kehadiran PTAB sudah lebih dari satu dekade, namun belum memberikan dampak yang signifikan untuk perkembangan umat. Menjadi kontradiktif ketika semakin banyak PTAB, jumlah umat Buddha malah semakin menurun. PTAB pun tidak menjadi pilihan favorit umat Buddha yang akan berkuliah. Tak jarang banyak mahasiswa Buddhis yang tidak mengerti dengan keberadaan PTAB.
Permasalahan PTAB selalu sama, yakni kekurangan mahasiswa, bahkan parahnya ada PTAB yang harus mencari mahasiswa sampai blusukan ke desa-desa. Mahasiswa yang mengisi bangku perkuliah PTAB umumnya berasal dari desa dengan keadaan ekonomi menengah ke bawah. Biasanya PTAB yang ada, menunjang biaya perkuliahan maupun asrama yang ditempati mahasiswanya.
Baca juga: Pemuda Buddhis di Desa Jangan Takut Punya Impian
Selain masalah itu jumlah tenaga pengajar berbanding terbalik dengan jumlah mahasiswanya. Karena mengacu syarat pusat data dari Dikti (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi), tenaga pengajar di PTAB mengikuti standar umum. Menjadi jomplang ketika Perguruan Tinggi kelebihan tenaga pengajar dibanding jumlah peserta didik.
Anggaran cukup besar ketika jumlah PTAB semakin bertambah, tapi jumlah mahasiswa tidak memenuhi standar. Perlu adanya perhatian khusus dari internal komunitas Buddhis untuk melebur bersama merumuskan soal pendidikan tinggi.
Apakah memungkinkan adanya pengurangan PTAB yang ada? Atau apakah pihak-pihak swasta yang mengelola PTAB akan bersedia melakukan merger (penggabungan) untuk bersama-sama memajukan sistem pendidikan Buddhis?
Sampai hari ini masih banyak sekolah-sekolah yang masih kekurangan guru agama Buddha. Banyak di antara lulusan PTAB dengan jurusan keguruan tidak memilih profesi menjadi guru agama Buddha. Bahkan tak jarang juga banyak lulusannya pindah agama.
Pengelolaan PTAB tidak murah, apalagi dengan jumlah belasan. Kesimpulan sementara jumlah PTAB yang semakin banyak menjadi kontradiktif dengan perkembangan SDM Buddhis yang ada. Ini menjadi pemborosan yang sudah biasa dilakukan komunitas Buddhis?
Billy Setiadi
Ketua HIKMAHBUDHI PC Malang 2016-2018
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara