• Sunday, 27 May 2018
  • Hendry F. Jan
  • 0

Tasya mengeluarkan semua yang ada di saku celananya. Semua benda yang ada di saku depan dan saku belakang celana jeans-nya sudah dikeluarkan dan diletakkannya di atas meja. Namun benda yang dicarinya tidak juga ditemukan. Semua isi tas tangannya juga sudah dikeluarkan, namun lagi-lagi, benda yang dicarinya tak juga ditemukan.

Tasya menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia mencoba mengingat kembali perjalanan dari tempat kost hingga sampai ke Vihara Vimala Dharma. Kok flashdisk-nya tidak ada? Apakah tertinggal di tempat kost atau justru terjatuh dalam perjalanan ke vihara? Bagaimana kalau hilang?

“Tasya, ada apa?” sebuah suara lembut menyapanya. Tasya melepaskan telapak tangan yang menutupi wajahnya. “Eh… Ci Renny,” jawab Tasya. “Ada apa Tasya, kok uang, tisu, kertas catatan, dan semua ini berantakan di atas meja?” tanya Ci Renny.

“Itu Ci, saya sedang mencari flashdisk saya. Hari ini ada latihan nyanyi anak-anak Taman Putra untuk Waisak Bersama se Jawa Barat nanti, tapi flashdisk yang berisi musiknya tidak ada. Tadi seingat saya, dari kost saya sudah bawa flashdisk-nya, tapi sampai vihara, saya cari, tidak ada,” terang Tasya dengan wajah seolah ingin menangis.

“Oh.. cuma hilang flashdisk. Nggak usah sampai panik gitu. Kita masih punya copy musiknya ‘kan?” tanya Ci Renny.

“Ada Ci, di laptop perpustakaan ada copy-nya,” jawab Tasya.

“Nah… beres ‘kan? Tinggal cari anak perpus, pinjam laptop-nya. Persoalannya selesai “kan?” kata Ci Renny sambil tersenyum.

“Bukan itu masalahnya Ci. Flashdisk itu juga berisi data saya yang penting, tugas kuliah saya. Sebenarnya, saya ada back up-nya d laptop. Tapi yang jadi masalah, laptop saya rusak terkena virus. Laptop sudah dibawa ke tempat service, tapi datanya tidak bisa diselamatkan. File tugas itu belum saya back up ke laptop,” kata Tasya sambil terisak.

Kali ini wajah Ci Renny ikut tegang. Entah harus bagaimana? Suasana di ruangan pemuda Buddhis itu jadi hening. Tasya dan Ci Renny diam. Keduanya sedang berusaha mencari jalan keluar.

Lalu suara Ci Renny memecah keheningan. “Tasya, nanti coba cari lagi di tempat kost. Mudah-mudahan flashdisk-nya bukan terjatuh di jalan, tapi masih tertinggal di tempat kost. Kalau memang terjatuh di jalan, kita berharap flashdisk itu ditemukan orang yang baik hati dan ia mengembalikannya,” hibur Ci Renny.

Tasya hanya diam dan menutup wajahnya. Air mata mengalir di pipinya.

* * * * *

Semua sudut kamar kost, sampai tempat sampah di kamarnya sudah diobrak-abrik, flashdisk yang dicari tidak juga ditemukan. Tasya mencoba menelusuri jalan yang tadi dilaluinya, flashdisk yang dicari tetap tidak ditemukan. Beberapa teman kost yang mengetahui masalah Tasya, segera ikut bantu mencari.

Waktu sudah menunjukkan pukul 22.30, Tasya masih belum juga tidur. Tubuh Tasya sudah lelah luar biasa, pikirannya juga. Tasya sudah berbaring di tempat tidurnya, tapi tetap saja ia tak dapat tidur. Pikirannya dipenuhi pertanyaan, bagaimana caranya menyelesaikan tugas yang demikian banyak dalam waktu singkat. Jika tidak selesai, bagaimana dengan nilainya? Apa kata dosen killer itu?

Cara keluar dari masalah ini hanya satu, flashdisk itu kembali. Apakah mungkin di zaman sekarang ini, sebuah flashdisk ditemukan dan penemunya mau bersusah payah mencari identitas pemiliknya dan berusaha mengembalikannya? Ah… rasanya mustahil.

Parahnya lagi, di flashdisk tidak ada tulisan nama pemiliknya. Isi flashdisk? Tasya mengingat-ingat isinya. Ada file tugas dari dosen yang hampir selesai dikerjakan, seingat Tasya, tidak ada namanya di sana. Cover depan tugas belum dikerjakan, jadi tidak ada nama pembuat, tidak ada nama universitas.

Ada file musik, lagu “Hadirkan Cinta” yang berisi petikan gitar Ko Nicksen. Itu musik pengiring anak-anak Taman Putra yang akan tampil di Waisak Bersama se-Jawa Barat. Ada beberapa lagu Buddhis yang tersimpan dalam folder Lagu Buddhis.

Tiba-tiba smartphone Tasya bergetar. Sebuah pesan WA masuk dari nomor tak dikenal. “Namo Buddhaya… saya Tommy. Maaf jika terganggu karena saya kirim pesan tengah malam. Saya menemukan flashdisk di angkot. Mungkinkah ini milik Anda? Lalu di bawahnya ada foto flashdisk.

Duh… betapa senangnya Tasya. Jika ini kamarnya, bukan tempat kost, pasti Tasya sudah berteriak sekencang-kencangnya. Berkali-kali Tasya mengucapkan terima kasih kepada Tommy, orang yang baru dikenalnya. Malam hingga dini hari keduanya asyik ngobrol via WA.

* * * * *

“Lakukan kebajikan sebanyak mungkin, percayalah… karma baik akan melindungimu,” begitu nasihat Mama Tasya.

Itu yang sekarang sedang Tasya alami. Flashdisk hilang dan rasanya mustahil akan kembali, tapi nyatanya flashdisk-nya kembali.

Penasaran gimana ceritanya flashdisk itu bisa balik? Begini ringkasan ceritanya…

“Saya menemukan flashdisk itu di angkot. Mungkin terjatuh saat kamu ambil uang dari saku celana. Di kamar kost, saya coba buka isinya untuk cari tau pemiliknya. Ada file tugas kuliah, tapi tak ada nama.  Lalu ada folder Lagu Buddhis yang berisi beberapa lagu Buddhis. Saya menebak, kemungkinan besar pemiliknya Buddhis. Sebagai penggemar cerita detektif, saya tertantang menemukan pemiliknya. Saya bagikan cerita dan foto flashdisk-nya ke beberapa group WA Buddhis. Inilah pengaruh teknologi zaman now, sebentar saja saya langsung dapat titik terang. Ada anggota group bernama Renny yang bilang temannya kehilangan flashdisk. Singkat cerita, saya minta nomor WA yang kehilangan flashdisk. Saking semangatnya untuk menuntaskan kasus ini, saya langsung WA, meski sudah malam,” begitu cerita Tommy.

Karma baik Tasya berbuah, semesta pun mendukung. Tasya semakin percaya ucapan Mama-nya. “Lakukan kebajikan sebanyak mungkin, percayalah… karma baik akan melindungimu.”

Rentetan peristiwa berikutnya seperti skenario yang sengaja ditulis untuk Tasya. Ko Nicksen dapat tugas ke luar kota dari kantornya sehingga tidak bisa tampil secara live untuk mengiringi anak-anak Taman Putra di Waisak Bersama nanti. Tommy, yang ternyata umat Vihara Karuna Mukti dan kebetulan mahir bermain gitar, tidak menolak saat diminta Tasya untuk main gitar menggantikan Ko Nicksen. Klop!

Flashdisk yang hilang menjadi awal kedekatan dua insan ini. Mereka semakin sering bertemu, jalan bersama tanpa ada yang cemburu karena status keduanya sama, jomblo. Kalau tak punya waktu bertemu langsung, mereka ngobrol via WA.

Sudah 2 minggu ini, setiap Minggu sore, Tommy hadir dan mengiringi anak-anak Taman Putra latihan menyanyikan lagu “Hadirkan Cinta” dengan petikan gitarnya. Tasya sekarang  lebih bersemangat melatih anak-anak Taman Putra sejak ada  Tommy.

Suara anak-anak menyanyikan lagu “Hadirkan Cinta” terdengar bagaikan simfoni cinta bagi dua insan yang tengah dekat ini.

“… Hadirkan cinta, satukan rasa di dada, pancarkan kasih pada sesama, bahagialah semesta…”

Bagaimana akhir kisah Tommy dan Tasya? Biarlah waktu yang akan menjawabnya…

Catatan:

Selamat menyambut Hari Trisuci Waisak 2562 BE – 2018

Ssst… buat yang jomblo, tidak usah dengan sengaja menjatuhkan flashdisk di angkot, tabungan karma baik Anda belum tentu sama dengan tabungan karma baik Tasya dan Tommy.

Hendry Filcozwei Jan

Suami Linda Muditavati, ayah 2 putra dari Anathapindika Dravichi Jan dan Revata Dracozwei Jan.Pembuat apps Buddhapedia, suka sulap dan menulis, tinggal di Bandung.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Hendry F. Jan

Hendry Filcozwei Jan adalah suami Linda Muditavati, ayah 2 putra dari Anathapindika Dravichi Jan dan Revata Dracozwei Jan.

Pembuat apps Buddhapedia, suka sulap dan menulis, tinggal di Bandung.

http://www.vihara.blogspot.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *