• Friday, 9 March 2018
  • Didik Susilo
  • 0

Ambisi dan obsesi merupakan dua istilah yang sering kali dipandang oleh sebagian orang memiliki makna yang sama.  Kedua istilah ini pada hakikatnya memiliki persamaan yaitu keinginan atau kemauan seseorang. Kemudian, apakah yang menjadi perbedaan antara ambisi dan obsesi?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ambisi merupakan keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk menjadi (memperoleh, mencapai) sesuatu (seperti pangkat, kedudukan) atau melakukan sesuatu. Dari pengertian tentang ambisi di atas penulis memaknai ambisi sebagai keinginan (hasrat, nafsu) yang kuat untuk mencapai suatu tujuan tertentu, seperti kesuksesan, kekuasaan atau kemasyhuran.

Jadi jika Anda memiliki kemauan atau hasrat besar untuk mencapai kesuksesan, kekuasaan, atau kemasyhuran dalam hidup berdasarkan dengan apa yang dicita-citakan, berarti Anda merupakan orang yang memiliki ambisi atau berambisi.

Obsesi merupakan bagian dari Anxietas

Anxietas secara umum merupakan respon terhadap suatu tekanan atau ketegangan. Dilihat dari sudut pandang psikologi, Davidson, Neale dan Kring (2012) menyatakan bahwa anxietas merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelompok ganguan kejiwaan (neurosis) dalam psikologi abnormal.

Istilah anxietas ini pun dapat digunakan untuk menjelaskan tentang sekelompok gangguan yang menurut kategorinya yaitu: gangguan fobia, gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif, dan gangguan pascatrauma.

Dalam hubungannya dengan anxietas, obsesi termasuk dalam kategori gangguan obsesif kompulsif. Menurut Freud dalam Minderop (2010), Davidson Neale and Kring (2012), gangguan obsesif-kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder) merupakan ganguan anxietas, pikiran dipenuhi dengan pikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan dan individu dipaksa untuk terus-menerus mengulang tindakan tersebut.

Baca juga: Mythomania atau Kebohongan Biasa?

Obsesi adalah pikiran, ide, atau citra yang muncul dengan sendirinya serta tidak dapat dikendalikan, sedangkan kompulsi sendiri merupakan perilaku atau tindakan mental repetitif (seseorang merasa didorong untuk melakukannya dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh pikiran-pikiran obsesif).

Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa obsesi merupakan kemauan atau hasrat untuk mencapai suatu tujuan yang didasari pikiran, ide, atau citra yang tidak dapat dikendalikan. Jadi apabila Anda memiliki kemauan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan namun didasari pikiran, ide, atau citra yang tidak terkendali maka Anda dapat dikatakan sebagai orang yang terobsesi.

Obsesi juga dapat diartikan sebagai kemauan yang besar untuk mencapai atau meraih kedudukan, jabatan, kesuksesan, dan kemasyhuran dengan menghalalkan segala cara karena pikirannya tidak terkendali.

Perbedaan antara ambisi dengan obsesi

Perbedaan antara ambisi dengan obsesi juga dapat dilihat dari ciri dan sifatnya. Berdasarkan sifatnya, ambisi memiliki sifat positif, sedangkan obsesi lebih bersifat negatif.

Tokan dalam bukunya yang berjudul Sumber Kecerdasan (2016) mengartikan obsesi sebagai ambisi yang tidak sehat. Lebih lanjut Tokan (2016: 207) menjelaskan bahwa ciri dan perilaku orang yang memiliki ambisi yang tidak sehat adalah selalu berniat buruk dengan orang lain yang menjadi kompetitornya, suka mencari muka atau menjual wajah atau tunjuk rupa (istilah umum), suka menjelek-jelekkan orang yang menjadi kompetitornya, selalu menabur kebencian untuk menjatuhkan saingannya, selalu menjadi resistor untuk orang lain yang memiliki ambisi yang sama, serta selalu menunjuk dirinya bahwa ia akan lebih hebat daripada orang lain.

Sedangkan ciri dan perilaku yang ditunjukkan dari orang yang memiliki ambisi sehat adalah selalu terus berbenah diri, memampukan dirinya dan membangun kepercayaan dengan menunjukkan potensi dan kinerja, dedikasi, integritas diri, dan moralnya yang baik tanpa batas waktu.

Dalam urusan duniawi, cara untuk mendapatkan suatu kedudukan atau jabatan dengan mengandalkan ambisi yang sehat seperti tergambar di atas, akan terasa sangat tidak populer dan akan memiliki peluang lebih besar untuk gagal.

Ambisi yang sehat memiliki peluang sukses lebih besar pada sistem rekrutmen yang lebih prosedural dan lebih sistemik. Sebaliknya, ambisi yang tidak sehat cukup populer dan berpeluang sukses lebih besar pada sistem rekrutmen yang jelek atau otoriter, tidak prosedural, dan tidak sistemik, atau sistem balas jasa, dan lain sebagainya.

Perilaku negatif siswa dan mahasiswa

Sebagai ilustrasi, mengapa terdapat siswa dan mahasiswa memiliki perilaku negatif seperti melakukan kecurangan pada saat mengerjakan tugas, ujian, atau tes? Jawabannya adalah karena siswa dan mahasiswa memiliki obsesi yang menyesatkan, sehingga melakukan berbagai cara agar mendapatkan nilai yang tinggi.

Kecurangan yang sering dilakukan oleh siswa dan mahasiswa misalnya, adalah mencotek dan melakukan plagiat agar tugasnya mendapatkan nilai yang bagus.  Perilaku negatif yang tergambar dari ilustrasi di atas, menunjukan siswa dan mahasiswa tidak memiliki kecerdasan berambisi.

Baca juga: Stop Chasing Happiness and Start Living Your Life!

Siswa dan mahasiswa yang selalu melakukan kecurangan dalam setiap mengerjakan tugas, ujian, atau tes akan menimbulkan pelaziman yang negatif pada dirinya. Ia menghalalkan berbagai cara untuk merealisasikan obsesinya untuk memperoleh nilai yang tinggi. Jenis siswa dan mahasiswa seperti ini akan melihat guru atau dosen yang mengawasi ruangan ujian secara ketat sebagai penghalang obsesinya.

Perilaku siswa dan mahasiswa yang curang ini akan terbawa terus karena sudah terjadi pelaziman dalam dirinya dan akan terakumulasi menjadi masalah besar bagi bangsa ini. Bagi penulis, perilaku curang seperti ini kalau sudah dianggap lazim sejak pembelajar atau siswa masih kecil maka tidak mengherankan bahwa ketika mereka menjadi pejabat pun sifat ini terbawa, dan inilah yang menjadi cikal bakal terjadinya tindakan korupsi.

Pemilik hati nurani, berambisi tanpa terobsesi

Beberapa catatan untuk para siswa dan mahasiswa adalah perilaku curang untuk mendapatkan nilai yang tinggi merupakan tindakan obsesi atau ambisi yang tidak sehat.

Ambisi yang tidak sehat ini sering melibatkan emosi pribadi untuk melenyapkan atau menyingkirkan faktor resistensinya, seperti sangat jengkel terhadap guru/dosen yang mengawasi ujian dengan sangat ketat, membenci guru atau dosen yang memberikan penilaian sangat objektif serta tindakan lainnya. Oleh karena itu, jadilah siswa atau mahasiswa yang memiliki ambisi sehat yang memiliki perilaku sehat dalam berupaya merealisasikan apa yang dicita-citakan.

Perilaku sehat seperti rajin belajar, percaya diri, terus membina diri, tidak berlaku curang, menerima hasil apa adanya, gemar membaca, tidak takut mencoba hal baru, serta perilaku positif lainnya.

Siswa atau mahasiswa yang memiliki ambisi yang sehat adalah siswa atau mahasiswa yang mengejar cita-cita atau mengejar apa yang diinginkannya dengan cara yang sehat dan bermartabat seperti bekerja keras atau rajin belajar, memiliki target kerja, percaya diri, memiliki motivasi pribadi yang kuat dan memiliki disiplin pribadi yang ketat.

Selanjutnya, siswa atau mahasiswa yang selalu memiliki ambisi yang sehat adalah siswa atau mahasiswa yang sedang mengalami proses pelaziman dalam hal terbiasa untuk melibatkan hati nurani dalam berbagai aktivitasnya. Sebagai motivasi dalam menempa diri, penulis mengutip dari Verses of the Senior Monks (2014: 46) yang menjelaskan bahwa:

“Keinginan untuk belajar akan meningkatkan pengetahuan, pengetahuan meningkatkan pemahaman atau kebijaksanaan. Dengan pemahaman atau kebijaksanaan, tujuan dapat diketahui, mengetahui tujuan akan membawa kebahagiaan.”

Akhirnya penulis mengajak kepada pembaca untuk berambisi tanpa terobsesi terhadap suatu tujuan dan tempalah dirimu dengan berkeinginan untuk terus belajar setiap saat.

Didik Susilo

Mengambil Progam Studi Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *