• Wednesday, 8 November 2017
  • Bintoro Gunadi
  • 0

Burung hantu memiliki cerita yang menarik dan peran penting dalam ekosistem untuk mendukung cara bertani alami atau organic farming dengan mengurangi penggunaan bahan kimia sebagai racun tikus. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip agama Buddha, kembali ke alam.

Orang Barat menggunakan burung hantu sebagai simbol ilmuwan: Burung hantu dapat memutar kepalanya sampai mendekati 360 derajat, matanya tajam, terlihat serius, bekerja keras di malam hari, dan semuanya adalah pemangsa (predator). Orang Timur menggunakan Ganesha sebagai simbol ilmuwan: Ganesha adalah Dewa berkepala gajah putih, memiliki telinga yang besar, tangannya empat, nakal, kuat, dan salah satu gadingnya patah.

Ketika saya masih kecil, salah satu cerita paling menakutkan di kampung halaman saya Temanggung, Jawa Tengah adalah tentang suara burung hantu di malam hari. Banyak cerita turun-temurun yang mengatakan suara burung hantu adalah semacam tanda atau sinyal bahwa seseorang akan meninggal dunia di lingkungan sekitar.

Saya sering melihat burung hantu di masa lalu dan banyak anak-anak yang saat itu takut melihat burung hantu bahkan di siang hari. Mitos tentang burung hantu sebenarnya mendukung pelestarian burung ini yang paling banyak tersebar yang aktif di malam hari.

Burung hantu kandang (barn owl) nama Latinnya Tyto alba, disebut burung piyak (berdasarkan suaranya) dalam Bahasa Jawa. Jenis burung hantu ini ditemukan hampir di seluruh dunia kecuali di daerah kutub dan gurun. Burung hantu adalah burung pemangsa pada malam hari (nocturnal) yang mengkhususkan diri dalam berburu mamalia kecil dan serangga di tanah.

Jenis burung ini menggunakan suaranya untuk mengetahui lokasi mangsanya dan memiliki cakar yang tajam. Penglihatannya juga tajam di malam hari karena letak sepasang matanya di depan wajah, dan bulunya beradaptasi berbentuk seperti rambut sehingga saat terbang tidak berisik. Semua kelebihan ini mendukung aktivitas berburunya.

Temanggung

Tahun lalu saat musim hujan di bulan November-Desember 2016 saya berkesempatan mengunjungi kota asal saya di Jawa Tengah dan menemukan foto “Dilarang menangkap atau membunuh burung Tyto alba (piyak) sesuai dengan instruksi bupati Temanggung.”

Hama terbesar dan paling merusak di sawah adalah tikus. Burung hantu adalah pemangsa alami tikus. Dilaporkan oleh surat kabar lokal bahwa untuk menjaga keseimbangan alam dan meminimalkan penggunaan bahan kimia di sekitar persawahan, bupati Temanggung mendukung petani yang ingin menggunakan burung hantu sebagai predator alami tikus. Kegiatan ini, mengendalikan tikus dengan musuh alami burung hantu, telah berlangsung secara intensif sejak tahun 2012.

Pada tahap awal, petani menangkap sepasang burung hantu, mereka ditempatkan dalam kandang yang tinggi. Sepasang burung hantu akan menghasilkan enam sampai delapan keturunan per tahun.

Burung hantu dewasa dapat berburu empat sampai delapan ekor tikus per hari. Seorang petani mengatakan bahwa penggunaan burung hantu untuk membasmi tikus adalah ide yang sangat cerdas karena aktivitas burung hantu adalah pada malam hari dan pada saat yang sama tikus juga berkeliaran, keluar dari sarangnya di malam hari.

Foto di atas adalah tentang rumah burung hantu (di kanan atas) yang dapat ditemukan di mana-mana di daerah pertanian di banyak desa di Temanggung. (Foto Nuswantoro).

Penduduk mencoba mencari burung hantu yang masih liar dan belum memiliki rumah. Mereka berusaha menemukan burung hantu yang bersembunyi di bangunan yang rusak dan tidak dirawat, kemudian menempatkannya di kandang yang telah disiapkan. Dilaporkan oleh masyarakat setempat bahwa sejauh ini lebih dari seribu burung hantu membantu petani menangkap dan membunuh tikus.

Mereka yang sengaja membunuh, menembak, atau mengganggu sampai mati burung hantu di Jawa Tengah akan mendapat hukuman ganti biaya perawatan sebesar Rp 1.2 juta (sekitar $ 100) per burung. (Foto Bintoro Gunadi). Silakan kunjungi link ini untuk mendengar suara burung hantu di malam hari. Https://en.wikipedia.org/wiki/Barn_owl

Bintoro Gunadi

Peminat sosiobiologi, lintas agama/aliran kepercayaan, dan ilmu pengetahuan.

Penggiat becocok tanam alami melalui daur ulang sampah organik. Pendiri www.burnabyredwigglers.com

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *