Kita sebagai manusia pastinya tidak asing lagi mendengar atau melihat kata warisan, karena hal itu tidak asing lagi dan cukup umum di kalangan masyarakat Indonesia.
Pada umumnya kebanyakan masyarakat luas mengenal warisan adalah benda, harta peninggalan, bisa berupa uang, emas, mobil, rumah bahkan tanah yang akan di berikan kepada pewaris ketika yang mewariskan hendak meninggal atau sudah meninggal.
Namun dalam konteks kata wari
san kita tidak hanya mengenal harta benda, uang, mobil dan tanah saja tetapi dalam segi budaya Indonesia bahkan umat Buddha itu sendiri juga mendapatkan warisan dari nenek moyang yang terdahulu, kita sebagai warga Indonesia dan juga sebagai umat Buddha banyak yang telah kita warisi ada prasasti dan juga candi-candi Budhha yang tersebar di wilayah Jawa dan sekitarnya.
Salah satunya adalah Candi Borobudur yang menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini, Candi Borobudur adalah warisan dari Kerajaan Mataram yang pada waktu itu dipimpin oleh Smaratungga.
Apakah warisan itu harus berupa harta benda? tentu saja tidak dalam Buddhis kita perlu ketahui sebuah petikan Majhima Nikaya 135 Kammadayada yaitu semua makhluk adalah pewaris karmanya sendiri. Bahkan pada zaman Buddha ketika Rahula merengek minta warisan harta pusaka kepada Buddha, Buddha merenung bahwa semua harta dunia penuh dengan penderitaan.
Kemudian Buddha memutuskan memberi sebuah warisan yaitu berupa Tujuh Faktor Penerangan Agung yang Buddha peroleh ketika mencapai penerangan sempurna. Dengan demikian Rahula akan menjadi pewaris harta pusaka yang paling mulia di dunia ini.
Kemudian Buddha meminta kepada Yang Arya Sariputta untuk menahbiskan Rahula menjadi seorang samanera pada umur tujuh tahun. Setelah ditahbiskan Buddha kemudian mengajarkan Rahula tentang arti pentingnya mengatakan sebuah kebenaran. Hingga saat ini khotbah tersebut di kenal dengan nama Rahulavada Sutta.
Harta
Bagaimana dengan orangtua yang tidak memiliki harta benda pada kehidupan ini? setiap manusia yang terlahir dalam kehidupan ini pasti memiliki kelebihan begitupun juga kekurangan. Ketika orangtua tidak punya kekayaan yang berlimpah yang digunakan untuk memberikan warisan kepada seorang anak mungkin saja orang tua tersebut memiliki kebijaksanaan, kemurahan hati, dan kesabaran.
Kebaikan-kebaikan itulah yang seharusnya di wariskan kepada seorang anak, mungkin saja hal tersebut bisa menjadi pondasi dasar atau pendukung kesuksesan anak-anaknya. Guru agung Buddha sebenarnya telah banyak memberikan warisan kepada kita, namun saat ini tergantung kepada diri masing-masing setiap orang untuk belajar Dhamma. Karena Dhamma Buddha tak lapuk oleh waktu, mengundang untuk dibuktikan dalam batin kita masing-masing.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara