• Sunday, 4 July 2021
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Di dunia ini terdapat banyak ragam teh yang dapat dinikmati. Salah satunya adalah Tieguanyin, atau Teh Kuanyin.

Teh yang tergolong jenis teh oolong ini diyakini berasal dari Anxi di Propinsi Fujian. Uniknya, teh Kuanyin yang diproduksi di lokasi yang berbeda akan memiliki karakteristik gastronomi yang berbeda pula.

Tak dapat dipungkiri, penamaan teh ini merujuk pada salah satu Bodhisattwa dalam agama Buddha, yaitu Avalokiteshvara atau lebih dikenal dengan sebutan Dewi Welas Asih Kuanyin. Di Jepang, beliau disebut Kannon sedangkan di Korea disebut Gwan-eum. Sedangkan teh Kuanyin sendiri juga sering disebut tieguanyin, tit kwun yum, atau Buddha Besi karena penampakannya yang menyerupai warna besi berkarat. Lantas bagaimana ceritanya sehingga teh ini dinamakan teh Kuanyin?

Terdapat sebuah legenda yang dipercaya oleh masyarakat Anxi di Fujian turun temurun. Menurut cerita, di daerah itu terdapat sebuah kuil dengan patung Kuanyin besi di dalamnya. Seorang petani bermarga Wei setiap hari melintas dan merenungi kondisi kuil yang semakin memburuk. “Aku harus melakukan sesuatu,” pikirnya.

Namun karena dirinya sendiri miskin, Wei tidak bisa memperbaiki kondisi bangunan kuil yang lapuk. Jadi, pada suatu hari dia mengambil sapu, membersihkan kuil dan menyalakan dupa sebagai persembahan kepada Dewi Kuanyin. “Setidaknya inilah yang bisa kulakukan,” tegasnya dalam hati. Aktivitas ini dilakukannya dua kali sebulan selama berbulan-bulan lamanya.

Hingga pada suatu malam, Dewi Kuanyin muncul dalam mimpi Wei dan menyuruhnya untuk pergi ke gua di belakang kuil dan menemukan harta. Harta itu harus diambil dan dibaginya dengan orang-orang lain. Meyakini mimpi itu, Wei pun menuruti perintah dan berhasil menemukan tunas teh. Dia kemudian menanam dan memeliharanya hingga menjadi pohon yang menghasilkan teh berkualitas terbaik. Dia pun mulai membagikan tanaman langka ini kepada semua tetangganya dan mulai menjual teh yang dihasilkan dengan nama Tieguanyin.

Karena semakin makmur, Wei dan semua tetangganya merasa bakti untuk memperbaiki kuil Kuanyin yang dulu dirawat Wei. Sejak itu pula, Wei menikmati hidupnya sebagai petani teh. Hingga kini, keturunan Wei masih berprofesi sebagai petani teh Kuanyin yang tak pernah lalai mengapresiasi keindahan dari cerita ini.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *