Jika Anda menemukan diri Anda emosional setelah seminggu kerja, Anda mungkin perlu untuk mempraktekkan sebuah tradisi Buddhis kuno yang bernama meditasi kesadaran penuh.
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa kesadaran penuh saat kerja dapat mengurangi tingkat kepenatan emosional, membantu menjaga emosi tetap stabil, dan meningkatkan kepuasan kerja. Kabar baiknya: Anda dapat memperoleh manfaatnya hanya dalam satu atau dua minggu latihan.
Apa sih sebenarnya kesadaran penuh? Menurut Dr. Ute Hulsheger dan penulis lain dalam sebuah studi di Belanda, kesadaran penuh dijelaskan sebagai “keadaan dimana perhatian tidak memiliki tendensi dan kesadaran terhadap apa yang sedang dialami dari waktu ke waktu”.
Kondisi ini berupa adanya kesadaran terhadap emosi dalam diri dan pikiran, tanpa mengevaluasi, menganalisa, atau bereaksi kepadanya. Dengan secara sederhana mengamati emosi, Anda benar-benar telah membantu menenangkannya.
Studi yang semakin banyak membuktikan bahwa melatih kesadaran dapat mengurangi gejala-gejala kelainan emosi dan kebiasaan semisal depresi dan rasa cemas. Selama beberapa tahun, sejumlah studi tentang kesadaran penuh di tempat kerja menunjukkan adanya peningkatan dalam literatur psikologi organisasi.
Laporan terkini yang diterbitkan oleh Journal of Applied Psychology mencakup dua studi. Yang pertama adalah sebuah studi penelitian, yang menanyakan kepada 219 pekerja untuk menulis dalam sebuah buku harian dua kali sehari dalam lima hari. Peserta studi adalah mereka yang bekerja dalam bidang jasa, seperti rumah sakit, sekolah, tempat perawatan, toko retail, dan kantor publik –pekerjaan yang kerap memancing emosi.
Peserta studi mengisi buku harian usai kerja dan sebelum tidur, dan menuliskan hal-hal khusus, seperti: “Hari ini saya menemukan bahwa sungguh sulit untuk tetap fokus pada apa yang terjadi saat ini,” dan “Hari ini saya memberanikan diri memiliki emosi yang tidak pernah saya benar-benar miliki.”
Mereka juga menilai tingkat kepuasan kerja dan kepenatan emosional.
Buku harian menunjukkan bahwa orang-orang yang secara alami memiliki perhatian penuh memiliki tingkat kepenatan emosional rendah dan tingkat kepuasan kerja yang tinggi.
Bagian kedua studi adalah pengalaman. Para peserta studi mengikuti sebuah program pelatihan kesadaran penuh. Mereka diberikan bahan tertulis dan diminta untuk mengikuti program selama 10 hari kerja. Pelatihan dapat dengan mudah diikuti oleh para pekerja. Program ini mengajarkan mereka bagaimana mengamati dan menjadi sadar terhadap pikiran dan emosi tanpa terjebak untuk bereaksi kepadanya. Intervensi juga termasuk latihan informal harian yang menaruh perhatian pada cara berpikir, bereaksi, dan merasakan. Pelatihan ini berasal dari terapi kognitif berbasis kesadaran penuh dan program mengurangi stres berbasis kesadaran penuh. Sebuah kelompok pengawas juga dimasukkan dalam buku harian, namun tidak mengikuti pelatihan kesadaran penuh.
Peneliti menemukan bahwa peserta program yang melibatkan praktek kesadaran penuh secara signifikan memiliki tingkat kesadaran penuh lebih tinggi daripada kelompok pengawas. Para peserta program ini juga memiliki tingkat kepuasan kerja lebih tinggi dan tingkat kepenatan emosional lebih rendah.
Kepenatan emosional terjadi ketika kita berusaha untuk menekan atau mengontrol emosi kita. “Makin kita berusaha menekan emosi-emosi ini atau pikiran-pikiran yang berasosiasi kepadanya (‘Saya tidak dapat membuatnya, Saya akan gagal, Saya akan meledak’), maka makin banyak energi kita yang terkuras,” kata Hugo Alberts, salah satu penulis dalam studi. “Malahan dengan berusaha menolak atau mengurangi emosi negatif, kesadaran penuh memerlukan kemauan untuk tetap berhubungan dengan emosi dan membiarkannya terjadi.”
Banyak orang merasakan kesadaran penuh, tapi tingkatnya bervariasi. Untuk meningkatkan kesadaran penuh perlu latihan, tapi para peserta studi mampu memperlihatkan peningkatan hanya dalam 10 hari.
Alberts merekomendasikan Anda untuk berhenti sejenak 5 menit dalam sehari dan langsung memberi perhatian pada hal-hal berikut:
1. Sadari
Duduk dalam posisi tegak dan jika memungkinkan tutup mata Anda. Bawa kesadaran Anda pada pengalaman dalam diri Anda dan sadari dengan bertanya: “Apa yang sedang saya pikirkan?” Sebisa mungkin sadari pikiran sebagai proses mental.
Perasaan apa yang timbul? Arahkan pada perasaan tidak menyenangkan, sadari namun tanpa berusaha untuk mengubahnya. Apa sensasi yang sedang dirasakan tubuh? Secepatnya amati sensasi yang menekan atau menguatkan, sadari sensasi yang ada, namun jangan berusaha mengubahnya.
2. Fokus
Alihkan perhatian dari sensasi jasmani pindah ke nafas. Fokus pada perut, perhatikan saat nafas masuk dan keluar. Gunakan setiap tarikan nafas sebagai kesempatan bagi diri Anda untuk berada dalam kekinian. Dan jika pikiran mengembara, arahkan kembali perhatian kepada nafas secara lembut.
Nafas membantu Anda untuk terhubung dengan momen saat ini. Jika Anda memperhatikan nafas secara langsung, maka Anda tidak memikirkan apa pun. Sebaliknya, jika Anda memikirkan sesuatu, maka Anda tidak berada dalam momen saat ini. (foxnews/wildmind)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara