Jawaban rubrik konsultasi psikologi BuddhaZine.com
Bu Maharani Yth.
Saya Prajna. Sukhi hotu,
Saya 25 tahun, perempuan tinggal di Bandung. Sudah pacaran kurang lebih 2 tahun, hubungan kami serius. Kami berencana menikah. Tetapi bu, saya kan Buddhis, pacar saya beda keyakinan.
Sebagai perempuan, katanya, saya disuruh ngalah, “Iya kamu ngalah aja, kan kamu cewek.” Kurang lebih kek gitu lah. Menurut saya ya nggak bisa gitu dong, agama kan bukan soal urusan cewek atau cowok, ini prinsip!
Bu, kalau memang pacar saya tetap maksa untuk pindah agama, mending saya putusin aja, ngapain?! Emang dia juga mau kalau saya suruh pindah agama? Kan nggak juga kan? Gimana Bu?
Mettacittena,
Terima kasih Bu.
Dear Prajna…
Menanggapi pertanyaan Prajna mengenai perbedaan agama dan diminta pindah agama oleh pacar itu adalah masalah yang sangat sensitif sebetulnya.
Hal ini bisa ditanggapi dengan sangat luas dan dari berbagai sudut pandang. Kita bisa melihatnya dari sudut pandang hukum di Indonesia, catatan sipil saat ini memang mengharuskan pernikahan dengan agama yang sama, berbeda dengan zaman dahulu yang masih membolehkan menikah dengan berbeda agama, meskipun di beberapa kota dan beberapa instansi keagamaan di Indonesia saat ini tetap mengizinkan pernikahan dengan berbeda agama.
Jika dipandang dari sudut pandang psikologis, sesungguhnya beragama adalah hak setiap individu, dan tidak ada satu orang pun di dunia ini yang boleh mengatur atau memaksa kita untuk memilih satu agama tertentu, ataupun berpindah ke agama lain tanpa adanya niatan dari dalam diri sendiri.
Jika calon suami Prajna sudah mengatakan hal demikian, atau dalam kata lain memaksa Prajna untuk berpindah agama tanpa ada niatan alami dari diri Prajna sendiri, itu bisa dinamakan pemaksaan dan diskriminasi agama. Dan sebetulnya hal tersebut sudah melanggar pasal di negara kita mengenai kebebasan beragama dan menjalankan ibadah sesuai agama dan keyakinan kita.
Kunci dari sebuah hubungan pacaran itu sebetulnya adalah komunikasi antara kedua belah pihak, apakah ketika memulai hubungan pacaran 2 tahun yang lalu, sudah pernah ada komunikasi mengenai perbedaan agama tersebut dan akan bagaimana melanjutkan hubungan jika ternyata suatu saat kalian berdua akan menikah?
Kemudian apakah sudah dicapai sebuah kesepakatan bersama mengenai perbedaan agama kalian berdua? Atau apakah wacana mengenai perbedaan agama ini baru muncul belakangan karena kalian berdua memutuskan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan?
Karena sesungguhnya hal yang hakiki dalam sebuah hubungan selain komunikasi itu tadi, yaitu sikap saling menghargai dan menjunjung tinggi pilihan serta keyakinan pasangan kita.
Nah apakah selama menjalani hubungan 2 tahun ini sikap saling menghargai tersebut sudah ada di dalam diri kalian masing-masing? Atau apakah salah satu pihak merasa lebih berkuasa dan harus dihormati keyakinannya, namun tidak mau melakukan hal yang sama terhadap pasangannya? Tentu saja sebuah hubungan yang sehat tidak bisa berjalan lama dan selaras jika tidak terdapat sikap yang saling menghargai tersebut.
Sebaiknya jika Prajna memang ingin melanjutkan hubungan ini lebih serius, harus dibicarakan secara serius mengenai masalah perbedaan agama ini.
Pindah agama
Jika memang Prajna tidak bersedia berpindah agama, karena sudah yakin dengan agama yang sebelumnya, tidak ada satu orang pun yang berhak memaksa Prajna untuk berpindah agama loh… Jangan sampai Prajna melakukan sesuatu yang sebetulnya tidak Prajna inginkan hanya demi cinta atau demi sebuah kelangsungan hubungan saja.
Karena melakukan pilihan apa pun dalam hidup, harus dilandasi dengan keikhlasan, keyakinan dan kemantapan hati tanpa tekanan dari pihak mana pun.
Prajna juga harus lebih jeli dan objektif dalam menilai, apakah hubungan ini masih layak untuk dipertahankan, selain masalah agama tersebut. Apakah kualitas hubungan kalian berdua sudah membawa kebaikan dan kemajuan untuk kalian berdua?
Jika memang sudah, dan hubungan tersebut layak untuk dipertahankan, maka Prajna bisa berpikir sekali lagi apakah hubungan tersebut bisa berjalan dengan baik jika berbeda agama, dan mengkomunikasikan masalah tersebut dengan calon suami.
Seharusnya jika hubungan tersebut sehat dan saling mendukung, masalah perbedaan agama tidak akan menjadi masalah besar. Karena hidup di Indonesia pun kita harusnya sudah terbiasa dengan adanya perbedaan agama, kultur, budaya, bahasa, dan lain sebagainya.
Jadi tanpa sadar sebetulnya kita sudah dilatih untuk bertoleransi dengan sesama manusia, termasuk orang-orang terdekat kita sejak dini. Juga banyak sekali contoh di luar sana pernikahan-pernikahan yang dilandasi perbedaan agama, dan ternyata tetap bisa berjalan dengan baik hingga maut memisahkan. Jadi sesungguhnya perbedaan agama bukanlah masalah yang terlalu besar dalam sebuah hubungan pacaran ataupun rumah tangga.
Ada sebuah cerita tentang Ratu Pramodhawardani yang bisa Prajna baca Ratu Pramodhawardani: Kawin Beda Agama, Menganjurkan Toleransi. Pernikahan keduanya justru melahirkan kolaborasi indah antara agama Buddha Hindu di kala itu. Bahkan mereka berdua menjadi pelopor dibangunnya candi-candi Hindu Buddha di kala itu.
Contoh pernikahan berbeda agama tersebut membuat dua insan, dua keluarga, dan dua kerajaan menjadi saling dukung satu sama lain, saling melengkapi satu sama lain, dan saling belajar satu sama lain. Karena dengan adanya perbedaan, kita akan belajar lebih baik dengan menghadapi perbedaan yang ada, lebih toleran, dan menjadi manusia yang lebih bijak lagi.
Keindahan di dunia ini juga tercipta karena adanya perbedaan, bukan karena persamaan. Jadi perbedaan bukanlah hal yang harus diributkan, namun jadikanlah perbedaan sebagai jembatan untuk kita melangkah ke hal-hal yang lebih tinggi lagi dalam kehidupan ini.
Kira-kira demikian tanggapan dari saya untuk Prajna, semoga bermanfaat dan bisa diambil intisarinya serta diterapkan untuk kelangsungan hubungan kalian berdua.
Salam hangat selalu.
*Bagi yang hendak mengajukan konsultasi psikologi, silakan kirim ke Redaksi@buddhazine.com | Ilustrasi: Agung Wijaya
Maharani K.,M.Psi
Psikolog keluarga, Hipnoterapis, dan Trainer
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara