“Saya terima info mengenai beasiswa. Ini beneran? Gimana cara daftarnya?” Tak jarang tuit-tuit rentetan pertanyaan melalui whatsapp dan telepon bertanya dengan nada penuh harap. Seakan-akan mungkinkah ini adalah kenyataan? Jawabannya: iya, memang benar.
Namanya Beasiswa Guru Buddhis. Khusus untuk remaja Buddhis Indonesia yang bercita-cita menjadi guru dan punya potensi, tapi tidak bisa kuliah karena kurang biaya.
“Selalu kami bilang, ini bukan proyek kasihan. Anak-anak mesti memang punya kemampuan. Guru adalah profesi yang spesial karena guru harus mampu secara akademis dan secara kemampuan komunikasi. Di sini, kami ada tambahan lagi, yaitu dia mesti juga paham Dhamma,” Vera Lestari, ketua tim Program Beasiswa Guru Buddhis, sering menjelaskan.
Ada anak kami yang sudah kami terima sempat bertanya dengan tidak pede, “Bu, kenapa saya diterima?” “Kamu diterima karena kamu bisa. Jadi belajarlah sungguh-sungguh biar kamu bisa jadi hebat.”
Ada kebutuhan guru? Ada!
Di Indonesia, porsi sekolah berbasis Buddhadharma sangatlah kecil. Di seluruh Indonesia, total jumlahnya hanya puluhan saja. Dan lebih ironisnya lagi, hampir semua sekolah ini kekurangan guru pelajaran umum yang beragama Buddha.
Ada yang satu sekolah hanya ada satu guru Buddhis-nya. Padahal apa pun bakat dan minat, sebenarnya ada mata pelajaran yang cocok untuk diampu, mulai dari jadi guru TK, guru SD, guru bahasa, guru matematika/fisika/kimia/biologi, guru geografi/sejarah/ekonomi/kewarganegaraan, informatika, olahraga, kesejahteraan, konseling, seni dan lain-lain. Tapi guru-guru jenis ini bisa dibilang spesies langka.
“Sudah lama. Sudah kronis. Sudah puluhan tahun. Sudah ada yang mau mengubah tapi gagal,” begitulah tanggapan umum. Dan ini sudah pengetahuan umum di berbagai kalangan.
Mengapa guru Buddhis? Karena kita semua pun sudah tahu dan mengalami sendiri bahwa belajar Dhamma—Sila, Samadhi, dan Panna—tidak bisa hanya lewat ucapan, tapi juga lewat mengamati dan mencontoh perilaku panutan kita. Bagaimana bisa mencontoh sila yang baik jika orangnya saja tak ada? Bagaimana mengajarkan samadhi kalau meditasi saja tak pernah? Bagaimana mengajarkan memecahkan masalah berdasarkan Buddhadharma jika sama sekali tak paham Buddhadharma?
Jadi kebutuhan guru jelas-jelas ada, dan banyak! Tapi adakah yang mau jadi guru?
Baca juga: Memuliakan Guru adalah Keniscayaan
Ada yang mau jadi guru? Ternyata ada!
Ada yang bilang, “Ngimpi kali kalau kamu harapin ada umat Buddha mau jadi guru.” Kalau didengar sekilas, mungkin kira itu benar; tapi setelah informasi mengenai Beasiswa Guru Buddhis disebarkan, selalu ada yang bertanya mengenai kesempatan ini.
Bukan mimpi, bukan sulap, ternyata ada anak-anak muda Buddhis yang ingin jadi guru; dan di antara mereka, banyak yang tidak bisa mewujudkan impian mereka karena tidak bisa bayar uang kuliah. Anak-anak yang didukung Program Beasiswa, ada yang jika tidak kuliah maka harus jadi montir atau pegawai toko, padahal mereka punya talenta untuk jadi guru, hanya perlu kesempatan kuliah saja. Karena zaman now ini, untuk jadi guru perlu gelar sarjana S1 di jurusan Pendidikan.
Ada caranya? Ada!
Salah satu caranya adalah dengan beasiswa. Jadi tercetuslah Program Beasiswa Guru Buddhis yang punya misi untuk menguliahkan anak-anak Buddhis cerdas yang ingin jadi guru. Setelah lulus, mereka wajib bekerja di sekolah-sekolah berbasis Buddhadharma di Indonesia—tapi sekolahnya mereka bisa pilih sendiri sesuai kondisi mereka. Mau melayani di kampung halaman, silakan.
Mau menggali ilmu di kota, silakan. Mau mengajar di sekolah aliran mana pun, silakan. Yang penting adalah membagikan ilmu pengetahuan dan ilmu Dharmanya, dengan baik dan benar, kepada adik-adik kecil yang bersekolah.
Tapi tentu ada kriterianya dong. Penerima beasiswa mesti punya karakter baik, dan antusias dengan kehidupan Buddhadharma, yang terbukti dengan reputasi dan keaktifan di kegiatan-kegiatan Buddhis. Dia juga harus cerdas dan punya passion mengajar. Syarat terpenting, dia harus bisa tembus ke universitas bagus.
Baca juga: Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Buddha Didorong untuk Kembali ke Daerah Asal Setelah Lulus
It takes a village to raise a child
Tahun ajaran lalu, Program Beasiswa mengasuh 5 orang mahasiswa/i. Tahun ajaran depan mungkin akan meningkat karena jumlah penanya dan pendaftaran yang masuk sudah meningkat.
Karena uang kuliah itu jumlahnya jauh lebih besar daripada beasiswa sekolah lainnya, ini butuh upaya ekstra. Untuk seorang mahasiswa/i, hingga lulus perlu sekitar Rp 40-70 juta tergantung universitasnya.
Guru-guru sekolah adalah profesi yang sangat spesial karena cahaya seorang guru akan menghidupi ratusan, ribuan cahaya-cahaya anak didik mereka. Bersama-sama, cahaya-cahaya ini menerangi dunia. Pepatah mengatakan “Butuh orang sekampung untuk membesarkan satu anak.” Situasi kita ini, anak kita banyak. Jadi pastinya butuh orang berkampung-kampung dan berkota-kota. Bisakah cahaya guru ini bersinar? Ini tergantung kita semua.
Informasi mengenai Program Beasiswa Guru Buddhis bisa diakses di www.gurubuddhis.org
Mariani Dewi
Bekerja sebagai admin, dosen, penerjemah, dan copywriter. Mencoba belajar dan menerapkan Buddhadharma dalam kehidupan sehari-hari.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara