• Tuesday, 17 September 2019
  • Billy Setiadi
  • 0

Sudah menjadi rahasia umum jika Gunung Lawu dijadikan sebagai gunung keramat. Konon Lawu merupakan gunung angker yang disegani para pendaki dan pencari jejak spiritual. Bahkan jika malam satu suro atau perayaan pergantian tahun Saka atau Tahun Jawa, Lawu bagai pasar malam yang ramai dikunjungi orang.

Sekadar memberikan sesajen dan kemenyan untuk para penunggu Gunung Lawu. Konon menurut cerita masyarakat sekitar, Lawu dahulu menjadi gunung yang paling tinggi dan akhinya roboh. Kata Lawu berakronim “Lakone Wuwu” yang artinya konon katanya. Tak heran jika Brawijaya V melakukan pertapaan terakhir di gunung tersebut dan akhirnya jasadnya hilang tidak ditemukan sampai sekarang. Banyak titik-titik orang melakukan semedi mengejar pesugihan atau ilmu kesaktian di Gunung Lawu.

Ada pula kesaksian Pak Suroto salah seorang warga desa di Dukuh Sale, Kel. Plaosan, Kec. Plason, Kab. Magetan. Pak Suroto bercerita bagaimana banyak orang yang memeluk agama Buddha di sekitaran Gunung Lawu dikarenakan perjalanan spiritual kebatinan yang dilakukan dengan pertapaan. Pak Suroto menceritakan bagaimana saat itu kakak iparnya Pak Yatno melakukan perjalan spiritual bertahun-tahun untuk mencari ajaran kebenaran dan keadilan.

Sebelum memeluk agama Buddha, Pak Yatno merupakan guru spiritual yang mempunyai banyak pengikut. Nama Pak Yatno kala itu cukup tersohor di daerah sekitaran Gunung Lawu. Pak Yatno mempunyai pengikut sekitaran 70 orang. Ia rutin melakukan pertapaan di Gunung Lawu selama puluhan tahun.

Terakhir Pak Yatno mengajak para pengikutnya untuk bertapa di dekat puncak Gunung Lawu bersama para pengikutnya. Menurut cerita Pak Suroto, Pak Yatno terakhir mengatakan bahwa dirinya mendapat firasat untuk segera naik ke Gunung Lawu dan melakukan pertapaan selama dua bulan. Sang adik yang juga istri Pak Suroto juga mengatakan bahwa dirinya kala itu mengingat betul kejadian pada Oktober 1989. Pak Yatno dan para pengikutnya akhirnya melakukan perjalan dan pertapaan. Tujuan Pak Yatno tak lain dan tak bukan adalah mencari ajaran kebenaran yang menjunjung tinggi keadilan.

Baru 2 hari bertapa tiba-tiba Pak Yatno menghentikan aktivitas pertapaannya, dia mengaku telah mendapat wangsit atau wahyu dari Eyang Lawu (konon sosok yang menjaga Gunung Lawu) untuk mencari agama Buddha. Menurut pengakuan istri Pak Suroto, Pak Yatno sudah mendapat petunjuk sebelumnya selama dua kali, namun tidak digrubris dan hanya dianggap kekeliruan oleh Pak Yatno sendiri. Pada kesempatan yang ketiga, Pak Yatno mendapat petunjuk yang jelas dengan bisikan kejadian-kejadian yang akan datang serta ajaran Buddha.

Ada juga cerita dari Pak Tasmo, pengikut spiritual Pak Yatno. Pak Tasmo waktu itu ikut berguru dengan Pak Yatno karena keadaan Pak Tasmo yang frustasi setelah mengalami kebangkrutan. Bukan kekayaan yang dijanjikan Pak Yatno, namun malah nasihat-nasihat hidup. Hal ini yang membuat Pak Tasmo terkesan. Selain itu dirinya juga bercerita bagaimana pengalamannya melakukan semedi 7 hari 7 malam di dalam kamar dan akhirnya ikut Pak Yatno melakukan pertapaan di Gunung Lawu. Pak Tasmo mengikuti aktivitas itu selama 3 tahun lamanya sebelum memeluk agama Buddha.

Dari 70 pengikut Pak Yatno hanya 19 orang yang akhirnya memeluk agama Buddha. Waktu itu banyak yang ragu untuk memeluk agama Buddha karena faktor lingkungan dan intimidasi lingkungannya masing-masing. Banyak pengikutnya yang belum siap untuk menerima kenyataan itu. Dianggap minoritas dan dianggap aneh.

Akhirnya sampai sekarang baik keluarga Pak Suroto dan keluarga Pak Tasmo masih teguh terhadap kepercayaan ajaran Buddha. Mereka menghentikan aktivitas pertapaannya dari Gunung Lawu sejak 1989 sampai sekarang setelah mempelajari Buddhis. Bahkan Pak Suroto sedang berusaha mendirikan vihara di sebelah rumahnya yang sudah tiga tahun lamanya terkendala masalah perizinan dan administrasi. Namun Pak Suroto beserta istri yakin jika kebenaran dan kebajikan selalu akan menemukan jalannya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *