• Friday, 23 August 2019
  • Hartini
  • 0

Pada tahun 1995, Bruder David Steindl-Rast, OSB, menulis kata pengantar untuk buku Buddha yang Hidup, Kristus yang Hidup karya Thich Nhat Hanh, menyatakan, “Thich Nhat Hanh memiliki rasa hormat yang mendalam terhadap konsep-konsep, tetapi sebagai sebuah cara, bukan (sebagai) sebuah akhir.”

Bruder David memperjelas bahwa Thich Nhat Hanh merupakan seorang bhikkhu yang terampil. Pada tahun 1963, selama perang Vietnam, saat beliau menyaksikan penderitaan masyarakat di tanah airnya, Thich Nhat Hanh menciptakan istilah penting “agama Buddha yang membumi,” yang secara konseptual serupa dengan “agama Buddha yang manusiawi,” yang dianjurkan Master Hsing Yun.

Beliau melihat kebutuhan negaranya pada saat itu dan meneruskan dengan, “Mendesak para bhikkhu dan bhikkhuni untuk menangguhkan latihan penyepian pribadi demi meningkatkan perlawanan kekerasan tanpa kekerasan.”

Thich Nhat Hanh, memimpin protes anti perang, membangun kembali perdesaan, merelokasikan pengungsi, secara internasional melakukan lobi untuk pembicaraan-pembicaraan damai, serta mempublikasikan buku-buku dan artikel-artikel tentang krisis yang menghadang negaranya beserta tradisi Buddhis.

Agama Buddha yang membumi merupakan sebuah pendekatan terhadap masalah-masalah kontroversial modern, sementara agama Buddha yang manusiawi lebih merupakan cara-cara melalui pendidikan, promosi, dan pengabdian bagi agama Buddha dengan dasar keseharian. Keduanya merupakan cara-cara terampil yang berakar pada tradisi welas asih Mahayana, mencari serta berupaya untuk memperbaiki dunia dan membantu manusia membebaskan semua makhluk dari penderitaan.

Thich Nhat Hanh menciptakan istilah modern lain yang terkait, “Makhluk yang saling terhubung, Interbeing.” Pada tahun 1964, beliau mendirikan Ordo Interbeing, sebuah komunitas dari praktisi – aktivis, dan merancang 14 sila tambahan sebagai tambahan bagi lima yang tradisional. Beliau menyerukan sebuah sikap Buddhis tentang pemahaman terhadap saling keterhubungan.

Thich Nhat Hanh menekankan bahwa segala hal, manusia dan alam sama-sama penting, tak terpisahkan, dan saling tergantung. Kesadaran seperti ini melahirkan konsentrasi mendalam tentang perilaku kita sehari-hari – apakah itu berjalan, makan, mencuci piring – dan tentang setiap aspek dari lingkungan kita.

Ajaran Thich Nhat Hanh menawarkan panduan untuk memperbaiki dunia.

Thich Nhat Hanh menumbuhkan tradisi Mahayana tentang mengembangkan welas asih dan sikap Buddhis yang modern tentang keterlibatan sosial, beliau telah membawa pemikirannya melampaui tanah kelahirannya ke tingkat dunia.

Persaudaraan Damai Buddhis yang bermarkas di California, didirikan pada tahun 1977 oleh guru Zen Robert Aitken, dan Lingkaran Pencipta Perdamaian Internasional yang berpusat di Massachusetts, yang didirikan pada tahun 1996 oleh Bernie Glassman merupakan dua instansi dari organisasi-organisasi yang mengikuti teladan Thich Nhat Hanh di Amerika Serikat.

Di Asia, pendekatan damai Thich Nhat Hanh juga telah mengilhami banyak pemikir besar, seperti Sulak Sivaraksa dari Thailand, yang mendirikan Jaringan Internasional Buddhis yang Terlibat (INEB) pada tahun 1989. Sivaraksa telah mendirikan banyak organisasi non pemerintah di kalangan akar rumput bagi perdamaian, hak asasi manusia, pengembangan komunitas, serta dialog oikumene. (Buddhistdoor.net)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *