• Sunday, 26 May 2019
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Perlu ditekankan bahwa dengan konsep Fudoshin bukan berarti seseorang menjadi keras kepala, atau menolak dan marah ketika diberi masukan.

Dengan Fudoshin pikiran seseorang menjadi tetap tenang dan tak tergoyahkan untuk menyelesaikan permasalahan, tidak tergoda untuk lompat ke sana kemari.

Setelah sebelumnya kita sempat membahas tentang Shoshin – pikiran pemula, sekarang mari kita bahas konsep Fudoshin – pikiran yang tenang-seimbang. Fudoshin, secara harafiah berarti pikiran tak tergoyahkan, adalah sebuah keadaan mental yang mana kita merasa tenang-seimbang dan memiliki ketetapan hati meskipun berada di dalam keadaan penuh tekanan.

Apabila konsep Shoshin berguna saat kita sedang memulai sesuatu yang baru, bersinggungan dengan sesuatu yang baru; maka konsep Fudoshin sangat berguna ketika kita sedang stres. Praktik ini sangat bermanfaat bagi kita untuk menjalani kehidupan sehari-hari yang serba tak menentu dan penuh tekanan. Contohnya, bagi seorang murid, bisa saja dia merasa takut dan khawatir ketika akan menghadapi ujian.

Bagi seorang yang sedang memilih kampus/jurusan, bisa saja dia merasa ragu-ragu dengan keputusan kampus/jurusan mana yang akan dia ambil. Demikian pula bagi para karyawan, bisa saja mereka merasa tidak aman dengan posisi pekerjaan yang telah mereka dapatkan selama ini.

Elemen-elemen ini dalam tradisi Zen Jepang disebut sebagai Shikai – 4 penyakit mental yang harus dikendalikan dan dihindari. Empat shikai ini adalah Kyo (kejutan/ketidakpastian), Ku (ketakutan), Gi (keraguan), dan Waku (kebingungan).

Baca juga: Shoshin: Pikiran Para Pemula

Secara sekilas 4 shikai ini mirip dengan beberapa elemen dari 5 rintangan batin atau nivarana dalam tradisi Theravada. Lima rintangan batin ini adalah Kamachanda (nafsu keinginan yang melekat), Byapada (niat buruk), Thinamidha (kemalasan dan kelelahan), Viccikiccha (keragu-raguan), dan Uddacha Kukkuccha (Kegelisahan dan kecemasan).

Penyakit-penyakit mental ini menyebabkan kita tidak mampu berkonsentrasi dengan benar. Akibatnya, kita menjadi tidak dapat memaksimalkan potensi kita untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Nah, di sinilah letak manfaat dari praktik Fudoshin.

Dengan melatih Fudoshin, kita menjadi yakin dan siap untuk menghadapi masalah dengan pikiran yang jernih. Tidak terdapat ruang keragu-raguan dalam pikiran kita. Tidak terdapat kepanikan atau kekhawatiran yang tidak perlu yang muncul di dalam pikiran kita.

Hal tersebut akan sangat berguna terutama di masa modern saat ini yang penuh dengan ketidakpastian dan godaan yang membuat kita kehilangan kendali (misalnya berita-berita hoaks yang sering membuat kita marah-marah sendiri). Tetapi karena berkaitan dengan konsentrasi, melatih Fudoshin tidaklah gampang. Hanya dengan pengalaman dan praktik konsentrasilah yang mampu membuat kita mengembangkan Fudoshin.

Upasaka Sasanasena Seng Hansen

Sedang menempuh studi di Australia.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *