Beberapa waktu lalu Presiden Republik Indonesia menyampaikan keresahannya tentang petani muda. Bukan tanpa alasan, Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris ini gagal regenerasi petani muda. Anak-anak muda Indonesia saat ini tidak mau terjun ke sawah.
Survei yang dilakukan seorang peneliti LIPI di sejumlah desa di Jawa Tengah seperti yang dikutip dalam metrotv.com menggambarkan betapa tua dan merananya nasib pertanian di masa mendatang.
Hasil survei tersebut menyatakan hampir tidak ada anak petani yang ingin menjadi petani. Hanya terdapat sekitar 4% pemuda usia 15-35 tahun yang bekerja dan berminat untuk menjadi petani. Sisanya sebagian besar tergiring industrialisasi.
Saya ingin membahas contoh pertanian yang menyenangkan ala Plum Village, Perancis. Plum Village merupakan sebuah kompleks meditasi Buddhis yang dipimpin oleh Master Zen Thich Nhat Hanh. Salah satu program yang dijalankan di komunitas ini adalah Happy Farm, sebuah program bertani yang dipadukan dengan latihan hidup penuh kesadaran.
Menurut Zaim, salah satu orang Indonesia yang pernah tinggal dan merasakan kehidupan Sangha di Plum Village, program Happy Farm ini banyak diminati oleh anak-anak muda dari berbagai penjuru dunia.
Baca juga: Petani Tak Cocok Beragama Buddha?
“Rata-rata pertanian organik. Yang menarik, anak-anak muda dari berbagai negara rela menyisihkan uang untuk ikut berkebun, bersentuhan dengan tanaman dan membuat pupuk kompos,” tuturnya dalam sebuah perbincangan pagi di Temanggung beberapa waktu silam.
Bukan hanya bertani, pria yang berasal dari Kediri ini, selain bertani mereka juga berlatih meditasi. “Yang menarik, mereka yang datang rata-rata mencari informasi sendiri, bukan hanya bertani mereka juga belajar meditasi, dan berkomunitas,” imbuhnya.
Di Indonesia program ini telah dijalankan oleh sebuah Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup (eco camp), di Dago Bandung.
Eco Learning Camp adalah rumah belajar hidup ramah lingkungan. Berbagai aktivitas belajar mencintai alam dilakukan di sini, mulai dari makan makanan vegetarian nan sederhana dengan hening, meditasi sampai bertani ala Plum Village.
Romo Ferry Sutrisna Wijaya, seorang pastur yang merupakan salah satu pendiri yayasan lingkungan hidup, bahkan tidak segan-segan menyebut inspirasi eco camp ini dari Buddhadharma. “Ini semua berasal dari ajaran Buddha dalam tanda kutip,” ungkapnya dalam sebuah wawancara kusus program 360 Metro Tv.
Bersambung…
Penikmat kopi, sehari-hari bekerja sebagai tukang ngarit, dan jurnalis BuddhaZine, tinggal di Temanggung, Jawa Tengah.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara