• Thursday, 19 July 2018
  • Goenawan S
  • 0

Laki laki duduk dengan bambu dan tali. Dua lelaki sedang memegang dan memukul seekor kera dengan sepotong kayu. Setelah relief yang hilang tampak seekor kera kecil dan kurus di antara hiasan ikal.

Di Madhura hiduplah penyadap Enau bernama Surada dan Walacit. Suatu hari mereka akan pergi menyadap di hutan bernama Agamwyawana dan menjumpai dua kera yang sedang bertengkar. Mereka adalah dua ekor lutung gemuk dan kurus bernama Purusawak dan Sighraghama.

Pokok perselisihan adalah arti kata yang tepat dari perkataan “gadung” dan “riwana” yang terdapat dalam kidung dan pralambang. Perselisihan mereka begitu sengit hingga mereka memutuskan siapa pun yang kalah harus mati. Mereka bersepakat bahwa para penyadap enau itulah yang akan menjadi hakim bagi mereka.

Baca juga: Spirit Pelestarian Alam pada Relief Kalpataru

Surada menganggap bahwa mereka tidak pantas untuk mengadili kedua kera itu, namun Walacit berpendapat bahwa mereka pantas mengadili kera itu karena dalam hati ia menginginkan kera gemuk itu untuk dibunuh dan dagingnya dimakan.

Maka demikianlah yang terjadi, Purusawak disalahkan dan untuk itu ia harus dibunuh. Kedua penyadap enau itu membawa pulang si Kera gemuk tadi dan dimasak serta dimakan dagingnya. Akan tetapi karena mereka telah berbuat tidak benar, maka suatu hari dalam perjalanan menyadap enau kedua penyadap itu mendapat celaka dan meninggal dunia.

Si Surada, tiba-tiba jatuhlah ia mengenai batu tajam yang terlempar di tempat penyadapannya dan mati dengan sengsara, sedangkan Walacit, adiknya pergi mencari laru. Ia jatuh dan mati digigit ular berbisa. Mereka mengalami lima macam kesengsaraan.

Inti dari semua ini adalah bahwa janganlah bersifat tamak yang hanya akan mendapatkan musibah

Penyadap tuak dan pemburu dalam cerita-cerita Tantri memiliki sifat yang jahat, perilakunya keji, dan kasar.

Goenawan A. Sambodo

Seorang arkeolog, Tim Ahli Cagar Budaya Temanggung, menguasai aksara Jawa kuno.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *