• Monday, 10 September 2018
  • Victor A Liem
  • 0

“Antenging ati nunungku
Angruwat ruweding batos.”

Syair di atas adalah salah satu penggalan yang ada dalam Serat Wedhatama karya KGPAA Mangkunegoro IV. Artinya, “Ketenangan hati membantu membersihkan kekusutan.”

Ibarat benang yang kusut dan mbulet. Semakin benang itu ditarik maka semakin mbulet, maka dari itu mesti dikendurkan dan dibuat agar tidak mbulet.

Demikian juga dengan batin kita. Ketika batin mbulet, maka solusinya hanya mengendurkan batin itu kembali pada kesederhanaan. Karena ketidaktenangan itu berasal dari ketidaksederhanaan, yang mbulet mesti dikendurkan.

Ketenangan bukanlah lawan dari ketidaktenangan. Ketenangan bukanlah menghindari keadaan, tapi justru mencakup semuanya. Seperti samudera yang menerima sungai dari segalanya arah. Karena itu ketenangan tidaklah memihak pada salah satu sisi, tapi justru mencakup semuanya.

Baca juga: Orang Sederhana Selalu Mudah Hadapi Masalah

Seperti yang diajarkan oleh Raden Mas Panji Sosrokartono (1877-1952) dalam syair berikut.

“Anteng manteng, sugeng jeneng, durung menang yen durung wani kalah,
Durung tunggul yen durung wani asor, durung gede yen durung wani cilik.”

Artinya, “Tenang dalam menghadapi sesuatu, belum menang bila belum berani menghadapi kalah, belum unggul bila belum berani rendah, belum menjadi besar bila belum berani menjadi kecil.”

Sikap yang penuh ketenangan (anteng) barangkali akan memberi kesan lebih berwibawa, namun tujuannya bukan itu. Anteng itu membuka pintu rasa. Rasa inilah yang membuat hidup lebih damai, dan bahagia.

Victor Alexander Liem 

Desainer batik tulis. Tinggal di Kudus, Jawa Tengah.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Victor A Liem

Penulis adalah pecinta kearifan Nusantara dan penulis buku "Using No Way as Way"
Tinggal di kota kretek, Kudus, Jawa Tengah. Memilih menjadi orang biasa, dan menjalankan laku kehidupan sehari-hari dengan penuh suka cita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *