Goenawan S | Monday, 23 April 2018 11.00 AM Culture
D Munjal
Bangsa kita ribut, gara-gara tenaga kerja asing dari Tiongkok. Kemudian didramatisir bahwa bangsa ini sedang susah dan lain sebagainya kok malah impor tenaga kerja asing.
Bagaimana dengan kondisi dahulu sebelum Nusantara ini bernama Indonesia, adakah tenaga asing?
Rasanya tidak ada hewan asli Jawa yang bernama singa. Akan tetapi banyak istilah yang menggunakan nama singa bahkan di pelataran Mandala Agung Borobudur ada singa. Di Jawa Timur ada kerajaan Singasari. Dari mana nama itu apa berasal?
Menurut penelitian, binatang singa (Phantera leo) adalah binatang asing yang tidak terdapat di Pulau Jawa. Oleh karena itu hadirnya binatang asing pada relief candi di Pulau Jawa, memberikan petunjuk bahwa para pemahat banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar. Faktor-faktor tersebut mungkin berupa:
1. Tenaga-tenaga asing (orang India) yang diperbantukan kepada para pemahat.
2. Ada contoh-contoh gambar, model, atau uraian tertulis.
3. Para pemahat sudah pernah melihat binatang-binatang tersebut di luar lingkungannya.
Berdasar atas uraian-uraian yang bersumber pada Silpa Prakasa, dan kemudian diperbandingkan dengan patung singa, maka dapat disimpulkan bahwa penempatan patung singa tersebut jelas bersumber dari kebiasaan di India. Arti simbolis patung tersebut adalah sebagai penjaga dari pengaruh jahat. Selain itu juga untuk mendapatkan sifat keagungan terhadap bangunan candi utama.
Bahkan bukan hanya singa dalam bentuk patung saja, akan tetapi juga singa dalam bentuk relief. Untuk mendapatkan rasa agung terhadap kompleks percandian, maka ada candi yang pada bagian kaki candinya dibuat relung-relung untuk menempatkan patung singa yang diapit oleh pohon kalpataru.
Baca juga: Ternyata Mandala Agung Borobudur Berdiri di Atas Danau Purba
Contohnya, khusus pada candi Prambanan, Singa dalam kesenian Hindu yang terlukis pada bangunan suci atau benda-benda suci yang lain memperlihatkan bahwa pahatan dalam kesenian tidak semata-mata merupakan unsur dekoratif saja, akan tetapi mengandung makna simbolis dalam falsafah hidup manusia.
Singa sendiri berasal dari bahasa Sanskerta: SIṂHA, diserap ke dalam bahasa Jawa Kuno menjadi SINGHA. Kemudian di bahasa Jawa Baru (dan juga Indonesia) disederhanakan jadi SINGA.
Tulisan ini muncul dari pertanyaan seorang teman saat dolan ke Mandala Agung Borobudur beberapa saat yang lalu. Rujukan untuk tulisan di atas didapat dari Timbul Haryono, “Singa dalam Kesenian Hindu di Jawa Tengah, Th I no 1 Maret 1980”.
Goenawan A. Sambodo
Seorang arkeolog, Tim Ahli Cagar Budaya Temanggung, menguasai aksara Jawa kuno.
Setelah melalui proses selama 9 tahun, BuddhaZine kini telah berpayung hukum dengan naungan Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara. Kami berkantor di Dusun Krecek, Temanggung. Dengan yayasan ini kami berharap bisa mengembangkan Buddhadharma bersama Anda dan segenap masyarakat dusun.
Kami meyakini bahwa salah satu pondasi Buddhadharma terletak di masyarakat yang menjadikan nilai-nilai ajaran Buddha dan kearifan budaya sebagai elemen kehidupan.
Anda dapat bergabung bersama kami dengan berdana di:
Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara
Bank Mandiri
185-00-0160-236-3
KCP Temanggung