• Sunday, 7 December 2014
  • Hendrick Tanu
  • 0

Rangkaian panjang Lomba Cipta dan Penyanyi Lagu Buddhis Nasional (LCPLBN) 2014 akhirnya mengukuhkan Glendy Tejopratomo dari Surabaya sebagai juara untuk kategori penyanyi. Gelar juara itu makin lengkap karena lagu yang ia bawakan di malam grand final juga terpilih sebagai pemenang untuk kategori pencipta lagu, yaitu lagu Ladang Hati ciptaan Chandra Wijaya Pasadena dari Palembang.

Untuk juara kedua kategori penyanyi diraih oleh Hanny Marcella (Palembang) yang membawakan lagu Harmoni Dhamma ciptaan Indra Gunawan Supangkat (Cikampek), sedangkan juara ketiga diraih Chriselda Armani yang membawakan lagu ciptaannya sendiri Hari Ini
.

Untuk kategori pencipta lagu, juara kedua diraih oleh Andri (Tangerang) dengan lagu Berbagi, sedangkan juara ketiga diraih oleh Angelia Natatiluva (Palembang) dengan lagu Mari Ciptakan Harmoni. Para pemenang mendapatkan piala dan hadiah yang jumlah totalnya mencapai lebih dari Rp 100 juta, yang tercatat seabgai jumlah hadiah terbesar yang pernah diberikan dalam sebuah lomba di kalangan agama Buddha.

Malam puncak grand final LCPLBN diadakan di ICC MGK Kemayoran, Jakarta pada Sabtu, 6 Desember 2014. Pentas grand final menghadirkan 10 penyanyi dan 10 pencipta lagu Buddhis. Setiap penyanyi menyanyikan lagu ciptaan finalis kategori pencipta lagu. Pentas grand final malam itu benar-benar menjadi milik para finalis penyanyi dan pencipta lagu terbaik tahun ini.

Penampilan mereka dinilai oleh tiga juri yang sudah kenyang makan asam garam di dunia musik yaitu, duo personel Krakatau Band: Prasadja Budidharma dan Nyak Ina Ubiet Raseuki, serta Chittra Swastiekka (penyanyi Buddhis).

Sepuluh finalis kategori penyanyi adalah Chriselda Armani (Jakarta)
, Elsa Gaotami (Blitar)
, Hanny Marcella (Palembang)
, Glendy Tejopratomo (Surabaya)
, Cynthia Komala Sari (Pekanbaru)
, Reigitha Lawrence Anzela (Lampung)
, Jasmin (Temanggung)
, Oktafian (Jakarta)
, Vanessa Halkin (DKI Jakarta)
, dan Donny Soenaryo (Makassar).

Sedangkan 10 finalis kategori pencipta lagu adalah Chriselda Armani (Jakarta) lagu Hari Ini
, Angelia Natatiluva (Palembang) lagu Mari Ciptakan Harmoni
, Yulianto Gozally (Bekasi) lagu Karma
, Fani Chrisyanti (Surabaya) lagu Tegar
, Chandra Wijaya Pasadena (Palembang) lagu Ladang Hati
, Lyn Cahya Niti (Medan) lagu Indahnya Kasih
, Hendra Putra Wijaya (Bali) lagu Suka Cita dalam Dhamma, Yonradi Sumijaty Tjiadi (Tangerang) lagu Delapan Jalan Mulia Kehidupan
, Indra Gunawan Supangkat (Cikampek) lagu Harmoni Dhamma
, dan Andri (Tangerang) lagu Berbagi.

Mungkin Anda pernah berpikir lagu-lagu Buddhis begitu-begitu saja dengan alunannya yang monoton dan konvensional? Itu dulu.. Tapi kini musik Buddhis telah berubah mengikuti tren musik yang berkembang saat ini. Setidaknya itu yang terlihat dalam LCPLBN 2014. Lomba ini memang digelar untuk membuat satu gebrakan baru di dunia musik Buddhis tanah air dengan melahirkan bakat-bakat muda yang dibina secara profesional.

Sepuluh penyanyi Buddhis yang masih berusia belia dengan penuh percaya diri menampilkan talenta mereka dengan sangat maksimal. Alunan nada-nada yang mereka kumandangkan untuk Sang Triratna bervariasi mulai dari yang bergaya rock, rap, pop, hingga jazz. Semua lagu yang yang masuk final telah direkam dalam bentuk CD, dan para hadirin yang datang malam itu sangat beruntung karena mendapatkannya secara gratis.

Selain Glen yang menjadi juara, bintang pada malam grand final LCPLBN kali ini adalah Jasmin. Tepuk tangan dan teriakan meriah terdengar dari para penonton ketika ia membawakan lagu Suka Cita dalam Dhamma dalam irama rock. Melengkapi aksi panggungnya, ia ditemani oleh dua gitaris cewek yang juga mendapat sambutan meriah. Tak salah jika di akhir pentas ia dinobatkan sebagai penyanyi favorit.

Kisah hidup Jasmin juga menarik untuk diikuti. Kepada BuddhaZine, ia bercerita tentang masa lalunya yang pernah menjadi pengamen jalanan selama 5 tahun. Seperti anak jalanan pada umumnya, waktu itu ia juga akrab dengan minuman keras, sering berantem, dan hal-hal negatif lain. Namun ia berhasil mengubah hidupnya atas kemauan sendiri, padahal sebelumnya orang-orang terdekatnya selalu menasehatinya tapi selalu berujung gagal.

Lomba ini juga dimeriahkan oleh sejumlah bintang tamu. Maestro musik etnik Nyak Ina Ubiet Raseuki yang mengawali acara malam hari itu melantunkan Gatha Vandana dan Trisarana. Prasadja Budhidharma dan Chittra Swastiekka juga berduet membawakan lagu Ratana Sutta yang membuat hadirin terhenyak mendengarkan dengan khusyuk. Juga tampil sejumlah band Buddhis yang di bawah label Namaste Studio: Shalut Band dari Lombok, Wisdom Beat dari Jakarta, dan Light Simple Rhythm (LSR) dari Surabaya.

20141207 Glen dari Surabaya Juara Lomba Cipta dan Penyanyi Lagu Buddhis Nasional_2

LCPLBN ini diadakan oleh Sarjana dan Profesional Buddhis Indonesia (SIDDHI) bekerjasama dengan Namaste Studio. Ketua umum SIDDHI Sujanto Latip mengatakan, LCPLBN diadakan untuk mengulang kembali kesuksesan Lomba Cipta Lagu Buddhis KMBJ yang dulu pernah berjaya pada dasawarsa 1980-1990an.

Ketika itu ajang pencarian bakat tersebut banyak nama-nama penyanyi dan pencipta lagu Buddhis yang masih kita kenal sampai sekarang. Di deretan penyanyi, kita mengenal Vivi Tjandra, Metta Selani, Shery Meiny, Chittra Swastika, hingga Meicie Widjaja. Sedangkan di deretan pencipta lagu kita mengenal Joky, Darmadi Tjahjadi, Jan Hien, hingga Antono H.T.

Seperti layaknya ajang pencarian bakat yang sedang tren di dunia hiburan, LCPLBN juga mengadakan audisi untuk menjaring bakat-bakat terbaik dari berbagai kota di tanah air. Audisi diadakan dari bulan Agustus sampai September 2014 di 7 kota besar, yaitu Surabaya, Makassar, Jogjakarta, Medan, Palembang, Lampung, dan Jakarta. Peminat yang mendaftar cukup mengejutkan dengan jumlah total 170 penyanyi dan 88 pencipta lagu.

Audisi dijalankan dengan amat ketat hingga terjaring 28 penyanyi yang kemudian berkompetisi dalam pentas semifinal yang diadakan di Pluit Junction, Jakarta pada tanggal 12 Oktober 2014 lalu. Lomba tingkat semifinal tersebut menghadirkan 3 orang juri: Trie Utami, Prasadja Budidharma, dan Chittra Swastiekka. Dari puluhan peserta, terseleksi 10 orang terbaik yang kemudian tampil di final.

“Semua peserta punya ciri khas sendiri-sendiri,” puji Prasadja. Ia juga memberikan tips bagi para finalis pencipta lagu bahwa, “Lagu yang hebat itu datang dari hati.” Sedangkan Chitttra yang menjadi mentor para finalis mengaku sangat bangga akan ajang final ini, “Kita beri  masukan pada mereka, dan mereka semua mau belajar sehingga kita bahagia melihatnya.”

Sementara Ubiet Raseuki merasa terkagum-kagum bahwa sebenarnya muda-mudi Buddhis banyak yang kreatif dan bertalenta. Ia yakin bahwa keragaman musik dan latar belakang para peserta akan membawa pada keharmonisan yang universal.

Itu pula yang diharapkan oleh Hanny Marcella yang malam itu membawakan lagu sedikit ngerap, “Semoga musik Buddhis makin berjaya, makin meluas, apa pun genrenya!”

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *