• Sunday, 14 November 2021
  • Shri Caraka Dharma
  • 0

Berdasar data yang dapat dikaji hingga sekarang, masyarakat kerajaan Sunda dalam abad ke 14-15 M ketika kerajaan tersebut berpusat di Pakuan Pajajaran telah mempunyai sistem keagamaannya sendiri.

Walaupun mereka telah mengenal ajaran agama Hindu-Buddha sebagaimana tercermin dalam beberapa naskah Sunda kuna, namun ajaran kedua agama tersebut tidak banyak tercermin dalam berbagai peninggalan arkeologisnya.

Berbeda dengan peninggalan masyarakat sezamannya di Jawa, yaitu masyarakat Majapahit, masyarakat Sunda kuna tidak membangun sarana peribadatan yang kompleks dan raya, tidak membuat arca dewa yang sempurna, tidak meninggalkan relief cerita keagamaan, dan sarana upacaranya pun sederhana, dan langka ditemukan.

Apabila menengok ke dalam sistem kepercayaan Sunda kuna tidak mengenal pantheon seakrab masyarakat Majapahit. Pergaulan masyarakat Sunda kuna dengan dewa-dewa Hindu-Buddha pun tidak “mesra”, dan tidak pernah diwujudkan dalam bentuk arca yang sesuai dengan ikonografinya.

Dewa-dewa itu sebatas disebut-sebut saja dalam kitab-kitab bernapaskan keagamaan, namun tidak pernah diposisikan dalam bentuk arca di suatu bangunan suci. Memang ketika pusat Kerajaan Sunda masih terletak di Kawali terdapat wujud lingga, tetapi itu bukan seperti lingga yang biasa dikenal oleh kebudayaan Majapahit, melainkan hanya berupa batu besar ditancapkan di permukaan tanah lalu dilengkapi dengan inkripsi “Sang Hyang Lingga Hyang” dan “Sang Hyang Bingba”.

Di situs Astana Gede, misalnya terdapat juga prasasti-prasasti, namun tidak terdapat arca apa pun, Apakah arca-arca itu sudah hilang, rusak, atau dipindahkan tempatnya, tidak ada penjelasan yang pasti.

Arca-arca pantheon Hindu-Buddha pun pernah dijumpai di Tatar Sunda, namun jika dibandingkan dengan bentuk arca sejenis dari wilayah Jawa Timur yang perkembangan kebudayaan sezaman. Jelas bentuk arca-arca Sunda lebih “sederhana”. Arca-arca Hindu-Buddha yang ditemukan pun jumlahnya terbatas, tidak melimpah sebagaimana terdapat di Jawa bagian timur di bekas wilayah kerajaan Majapahit.

Kosmologi

Masyarakat Sunda Kuna berkembang kurang lebih dalam masa yang sama dengan masyarakat Majapahit. Malahan masyarakat Sunda kuna masih bertahan sekitar lebih dari setengah abad setelah kerajaan Majapahit bubar antara 1518-1520.

Kerajaan Sunda baru runtuh pada 1579, yang menurut sumber-sumber tradisi keruntuhan tersebut akibat penyerangan tentara Islam Banten ke pusat kerajaan Sunda di Pakuan Pajajaran.

Berdasar bukti yang ada, masyarakat di kedua kerajaan tersebut pun sudah lama menghentikan kontak dengan kebudayaan India yang dipandang sebagai sumber agama Hindu-Buddha.

Memang kitab Tantu Panggelaran yang digubah sekitar abad ke-16 M dan berbahasa Jawa Tengahan menyatakan adanya kunjungan seorang pendeta Jawa ke India.

Kunjungan tersebut bukan untuk belajar agama di India, melainkan terbukti bahwa pendeta itu jauh lebih sakti daripada dewa-dewa India.

Dalam kitab yang sama juga tercipta uraian yang pada intinya adalah menjelaskan asal mula diciptakannya gugusan pulau di Jawa dengan Gunung Mahameru sebagai pusat alam semestanya.

Sumber-sumber tertulis Sunda kuna sampai sekarang belum diketahui adanya berita tentang hubungan kaum agamawan Sunda masa itu dengan Jambhudwipa. Apabila ada perjalanan agamawan ke luar Tatar Sunda, yang dikunjunginya adalah wilayah Jawa bagian tengah dan bagian timur, sebagaimana tercatat di Bujangga Manik (16 M).

Masyarakat Sunda kuna menganggap bahwa pusat alam semestanya adanya Gunung Salak sebagai gunung suci saat Pakuan Pajajaran sebagai pusat dari kerajaan Sunda. Baik masyarakat Sunda kuna maupun Jawa kuna, terdapat kemiripan, keduanya mengenal adanya gunung suci tempat persemayaman para dewa, hyang, atau karuhun.

*Disarikan dari buku Tatar Sunda Masa Silam, karya Agus Aris Munandar, Penerbit Wedatama Widyasastra, 2010.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *