• Friday, 7 February 2020
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Terima angpao tapi kok kosong? Mungkin ini sebuah kesilapan semata. Sebuah kejadian yang sangat jarang terjadi tapi bisa saja dialami. Bagi orang yang menerima angpao kosong, harap bersabar. Kan sesungguhnya angpao hanya sebuah gestur simbolisasi berkah. Jadi jangan dianggap sebagai transaksi. Jangan pula diambil hati dan berpikiran buruk dengan orang yang memberi angpao kosong.

Bisa jadi dia salah ambil. Angpao kan umumnya sudah dipersiapkan dan dipilah-pilah isiannya. Juga tak jarang orang menyiapkan angpao kosong untuk berjaga-jaga ketika ada banyak tamu yang datang. Nah karena mirip, bisa jadi salah ambil. So, kalau terima angpao kosong jangan marah apalagi benci sampai mengharap si pemberi celaka. Just let it go.

Dari sisi penerima, sebaiknya kita mengembangkan pikiran cinta kasih dan turut berbahagia ketika menerima pemberian angpao dari orang lain. Apalagi biasanya yang memberi angpao adalah orang yang lebih tua. Tentu sepantasnya kita menghormati mereka. Bila menemukan angpao yang isinya kecil atau bahkan kosong, sebaiknya kita mengembangkan praktek kesabaran dan pengertian untuk tidak melekat.

Sadari bahwa pemberian materi itu pada saatnya akan habis juga. Entah untuk jajan, main, atau beli barang-barang lainnya. Janganlah melekat apalagi sampai menghantui pikiran, “kok dia kasih saya angpao kecil/kosong sih?”. Hal itu hanya akan memperkeruh pikiran dan hati sehingga menimbulkan dugaan-dugaan dan bibit-bibit kebencian. Terlepas dari besar kecilnya angpao, kita seharusnya berterima kasih atas pemberian tersebut dan mendoakan yang baik pula bagi si pemberi.

Sedangkan bagi pemberi angpao, memang agak ribet ya menjelang tahun baru imlek. Pengeluaran sudah segudang, mulai dari beli baju baru, dekorasi rumah, bebersih rumah, santap malam keluarga, hingga menyiapkan angpao-angpao untuk diisi dan dibagikan. Tak jarang kita menyiapkan angpao lebih khawatir bila banyak sanak saudara kecil yang datang. Nah, penting untuk kita melatih kesadaran setiap saat seperti ketika memberikan angpao. Jangan sampai kita salah memberikan angpao kosong atau salah sasaran (misal angpao isi besar seharusnya untuk orang tua justru salah beri ke keponakan).

Selain itu, imlek adalah hari reuni yang dinantikan oleh banyak orang Tionghoa. Memberikan angpao menjadi sebuah simbolisasi berbagi berkah. Jadi sebaiknya gunakan itu sebagai praktek berdana. Tak jarang kita temui banyak pengemis yang berkumpul di wihara-wihara maupun klenteng-klenteng. Mereka sudah datang (seringnya bergerombolan) dan mengharapkan berkah hari imlek.

Sering kali ketika kita baru masuk atau sudah selesai sembahyang di wihara, mereka meminta angpao. Meskipun terkadang agak mengganggu, mari gunakan kesempatan itu untuk praktek berdana. Anggaplah kita memberi dan berbagi kepada orang lain semampu dan seikhlas kita. Meskipun berdana tidak secara langsung membuahkan kebijaksanaan menuju pencerahan, praktek berdana adalah landasan penting yang menopang pencapaian pencerahan.

Berdana adalah praktek yang dapat dilakukan oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Hanya dibutuhkan niat untuk memberi atau sifat kedermawan (caga). Sedemikian pentingnya dalam ajaran Buddha, berdana menjadi unsur pertama dari 3 dasar perbuatan bermanfaat (puñña-kiriyavatthu), unsur pertama dari 4 sarana yang memberikan manfaat bagi mahluk lain (sangaha-vatthu), dan unsur pertama dari 10 parami atau ‘kesempurnaan’ yang harus dipupuk oleh semua yang berlatih di jalan dhamma.

Ada 3 faktor penentu besar kecilnya jasa kebajikan dari berdana: motivasi si pemberi, kemurnian spiritual si penerima, dan jenis & ukuran dana yang diberikan. Dari ketiganya, kita selaku pemberi dapat mengendalikan dua faktor yaitu motivasi memberi dan jenis/ukuran dana. Ketika berdana (atau memberikan angpao), kita harus waspada dengan sikap kita sendiri karena merupakan faktor yang paling dapat kita kendalikan.

Praktek berdana haruslah diiringi dengan niat yang baik (misalnya membantu meringankan penderitaan orang lain/pengemis yang berpeluh meminta-minta di depan gerbang wihara). Contoh motivasi atau niat yang kurang baik misalnya berdana untuk memamerkan kekayaan. Selain itu, kita juga dianjurkan untuk memberikan angpao secara hormat dan sopan.

Jangan sekiranya karena mereka mengemis lantas kita memberikan dana secara kasar atau membentak. Jenis dana (dalam hal ini dana materi karena kita memberikan angpao) memang tidak memberikan manfaat sebesar dana dhamma (mengajarkan kebenaran). Tetapi dana materi adalah jenis dana termudah yang dapat kita lakukan sebagai umat awam. Sedangkan ukuran dana tergantung pada kemampuan masing-masing. Yang dinilai adalah keikhlasan dan pengorbanan yang dilakukan.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *