• Friday, 12 February 2021
  • Sasanasena Hansen
  • 0

Tahun ini orang Tionghoa di seluruh dunia akan merayakan Tahun Baru Tionghoa atau Imlek pada 12 Februari. Biasanya orang-orang akan mulai mempersiapkan perayaan tahun baru ini jauh-jauh hari sebelumnya.

Berbagai persiapan dilakukan untuk memastikan tradisi tahun baru Imlek terus lestari dan menjadi berkah bagi keluarga dan banyak orang. Saat ini, lebih dari 1,5 milyar penduduk di dunia merayakan Imlek. Di Indonesia sendiri, perayaan tahun baru Imlek telah menjadi sebuah libur Nasional yang ditunggu-tunggu.

Sebagai sebuah etnis yang mendunia, masyarakat Tionghoa memiliki serangkaian tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Begitu pun ketika merayakan tahun baru Imlek.

Berbagai tradisi ini sedikit banyak dipengaruhi oleh kepercayaan dan agama tradisional masyarakat Tionghoa, yaitu Tao, Kong Hu Cu dan Buddha (catatan: meskipun agama Buddha bukanlah asli agama Tionghoa, namun karena pengaruhnya yang kuat terhadap tradisi Tionghoa dianggap sebagai salah satu dari tiga agama tradisional Tionghoa).

Hal ini terlihat seperti kewajiban mengunjungi kuil atau wihara saat tahun baru Imlek, melakukan dana, dan berkumpul bersama keluarga.

Makna

Bagi penganut ketiga agama tersebut, perayaan tahun baru Imlek turut melestarikan tradisi keagamaan yang memainkan peran penting dalam perayaan tersebut. Pada tahun baru Imlek, masyarakat Tionghoa akan berbondong-bondong ke kuil atau kelenteng dan sembahyang kepada para dewa Tao seperti Kaisar Langit dan Tianguan. Sembahyang juga biasa dilakukan di rumah masing-masing dengan memuja dewa dapur.

Bagi umat Buddha, perayaan Imlek dilakukan dengan mengunjungi wihara dan berdana. Umat Buddha menganggap kebahagiaan yang dirasakan pada tahun baru Imlek sebagai hal yang patut dirayakan.

Tahun baru Imlek identik dengan suka cita dan berkah kepada sesama. Pemberian angpao menjadi simbol untuk berbagi berkah, berdana, dan praktik untuk melepaskan kemelekatan.

Pengaruh ajaran Kong Hu Cu dan Buddha terlihat pada sikap penghormatan kepada orang tua dan reuni keluarga. Memang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Tionghoa di perantauan untuk kembali dan berkumpul bersama keluarga pada malam tahun baru Imlek. Saat reuni keluarga ini, yang jauh menjadi dekat kembali dan saling memaafkan.

Selain itu, setiap tahun baru imlek disimbolkan dengan nama-nama hewan shio (zodiac Tionghoa). Tahun ini adalah tahun kerbau. Tahun kerbau biasanya digambarkan sebagai tahun yang penuh kerja keras dan kejujuran yang akan membawa kita pada hal-hal positif.

Kerbau juga sering kali digambarkan dalam teks-teks buddhis di Jepang. Menurut Mikael Bauer, asisten profesor agama-agama Jepang di McGill University, kerbau mewakili sifat alami Buddha – yaitu sifat-sifat mendasar bagi semua makhluk untuk dapat mencapai pencerahan. Semoga dengan energi kuat dari kerbau, kita akan bisa bangkit kembali dari kegelisahan yang kemarin melanda selama tahun 2020.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *