• Tuesday, 23 January 2018
  • Ngasiran
  • 0

Nusantara merupakan bangsa yang besar. Peradaban bangsa Nusantara telah ada sejak ribuan tahun lalu. Bukti kebesaran nenek moyang bangsa Nusantara kini terlihat dari berbagai peninggalan sejarah, salah satunya situs candi yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera, dan Bali.

Situs-situs candi yang dibangun oleh leluhur Nusantara pada kurun abad ke-7 sampai dengan 15 Masehi, merupakan bangunan keagamaan Hindu Buddha yang berfungsi sebagai bangunan suci tempat pemujaan.

Ada hal yang lebih menarik! Meskipun candi-candi tersebut adalah bangunan Hindu Buddha, agama yang berasal dari India tidak kemudian menghilangkan karakter dan budaya asli Nusantara yang sudah berkembang sebelumnya.

Baca juga: Nusantara adalah Pusat Buddhadharma Mahayana-Vajrayana

Lihat saja Mandala Agung Borobudur, Candi Buddha yang oleh Salim Lee menggambarkan tiga hal; kesadaran Buddha, ucapan Buddha yang diwujudkan oleh Sutra-sutra yang terpahat, dan wujud Buddha melalui patung-patung. Meskipun begitu Ketua Komunitas Potowa ini yakin seratus persen bahwa gaya ukiran Mandala Agung Borobudur adalah khas asli Nusantara.

Tak jauh dari Mandala Agung Borobudur yang berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, temuan situs candi di Kabupaten Temanggung, Wonosobo hingga Kabupaten Banjarnegara juga menunjukan hal yang sama, yaitu; kedalaman Dharma para leluhur Nusantara dalam seni dan budaya.

Sebagai contoh; Arca Ganesha, di India, pawitane (tali pada lengan) itu dari ular yang benar-benar pawitane berbentuk ular hanya daerah Kedu dan sekitarnya. Terus pindah ke Prambanan sudah beda, tempat lain lagi sudah beda lagi. Jadi yang benar-benar masih India hanya Kedu dan sekitarnya.

“Tetapi itu pun tetap memilih dalam arti Nusantara, posisi Durga, Rsi Agastya, dan Ganesha yang berada dalam bilik candi itu tidak pernah ditemukan di India, ini hanya ada di Indonesia. Itu adalah kreasi dari bangsa kita sendiri, bagaimana bangsa yang sudah mempunyai kebudayaan yang tinggi ini menyerap budaya India yang datang tidak serta merta ditiru persis tetapi disesuaikan dengan budaya kita,” jelas Gunawan A. Sambodo dalam sebuah diskusi bersama komunitas Ganapati, Rabu, (17/1).

Baca juga: Mahapratisara, Bodhisattwa Agung Salah Satu Objek Puja Leluhur Nusantara

Posisi Temanggung dalam catatan arkeologi. Dalam dunia arkeologi Kabupaten Temanggung luput dari perhatian. Kurangnya perhatian para arkeolog ini menurut Viriya Candra karena di Temanggung belum ditemukan candi-candi yang utuh.

“Relatif Temanggung tidak banyak ditemukan candi-candi yang utuh. Maksudnya tidak seperti Mendut, Borobudur, Dieng, Gedong Songo, dan lain-lain. Perhatian terhadap Temanggung baru ada setelah di Temukan Liyangan,” paparnya. Meskipun begitu, dalam catatan-caratan Belanda masa lalu Temanggung mempunyai pengaruh besar.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *