• Saturday, 25 January 2020
  • Sasanasena Hansen
  • 0

25 Januari tahun ini akan diperingati sebagai hari pertama dalam kalender Lunar Tionghoa. Hari ini sering disebut sebagai Tahun Baru Imlek atau Tahun Baru Cina. Sebagai sebuah hari libur nasional, Imlek merayakan reuni keluarga dan koneksi antarsesama dengan memberikan suka cita dan keinginan untuk hidup makmur sejahtera di sepanjang tahun ke depannya. Perayaan ini diperingati oleh seluruh orang Tionghoa di dunia, yang berjumlah seperlima penduduk dunia.

Kemeriahan Imlek berlangsung selama 15 hari yang berakhir pada saat Cap Go Meh. Persiapan menyambut Imlek telah dimulai pada minggu-minggu sebelumnya dengan membersihkan rumah, memberikan dekorasi terutama lampion-lampion, membuat kue-kue tahun baru, atau membeli baju baru.

Setelah itu, pada malam menjelang pergantian tahun, semua sanak keluarga akan berkumpul di rumah orangtua untuk reuni, makan malam, dan menghabiskan pergantian tahun bersama-sama. Di Tiongkok sendiri, lebih dari satu milyar orang pulang ke rumah masing-masing untuk berkumpul bersama sanak saudara mereka.

Pada hari pertama Imlek, biasanya orang-orang akan pergi mengunjungi sanak saudara, sahabat, dan rekan kerja. Tak jarang kembang api, barongsai, dan memberikan angpao kepada anak-anak mewarnai perayaan ini. Tak lupa, orang-orang akan pergi ke klenteng dan wihara untuk berdoa.

Jadi, meskipun Tahun Baru Imlek bukanlah sebuah perayaan keagamaan, pengaruh dari Tiga Ajaran (Buddha, Kong Hu Cu, dan Tao) turut mewarnai perayaan ini. Kong Hu Cu dan Taoi adalah dua kepercayaan tradisional masyarakat Tionghoa yang membentuk akar kebudayaan dan peradaban Tionghoa. Keduanya sering kali dianggap sebagai pedoman hidup orang Tionghoa agar kehidupan mereka menjadi harmonis dan bahagia.

Sedangkan agama Buddha adalah satu-satunya pengaruh luar yang berhasil menembus kebudayaan homogen Tionghoa. Setelah melalui berbagai pasang surut perkembangannya, agama Buddha diakui menjadi salah satu dari Tiga Ajaran utama yang membentuk akar budaya Tionghoa.

Banyak filosofi, karya sastra, dan seni terbaik Tiongkok yang bersumber dari ajaran Buddha. Contohnya agama Buddha mempengaruhi sistem kosmologi Tiongkok dan konsep surga nerakanya. Juga terdapat banyak festival yang terinspirasi dari agama Buddha seperti Hari Lahir Buddha, Hari Lahir Bodhisattwa, maupun Yulanpen/Ulambana.

Literatur

Dari sisi bahasa dan literatur, agama Buddha ternyata berpengaruh besar dalam perkembangan bahasa Mandarin. Pada awal pengenalannya, banyak terminologi buddhis yang belum dikenal dalam bahasa Tionghoa saat itu. Akibatnya terjadi pertukaran bahasa (terminologi), beberapa di antaranya bahkan dianggap sebagai kosakata asli Cina padahal menyerap dari terminologi buddhis.

Dari sisi literatur, perkembangan agama Buddha Chan masa dinasti Tang telah mempengaruhi banyak literatur Tiongkok. Para filsuf mempelajari Chan dan bermeditasi serta menuangkan pengalaman mereka dalam puisi dan sajak.

Seni pun tak luput dari pengaruh agama Buddha. Seni lukis misalnya. Lukisan-lukisan beraliran Chan menekankan pada kesederhanaan dan spontanitas, teknik yang sering dijumpai hingga saat ini. Ini sangat kontras dengan teknik seni lukis masa sebelumnya yang jauh lebih rumit dan penuh warna.

Demikian pula seni patung, banyak transisi gaya seni patung yang terlihat di Tiongkok yang menyerap gaya India maupun Yunani. Pengaruh buddhis di bidang arsitektur Tiongkok juga terlihat dengan ragam pagoda dan pilar (jingchuang) di Tiongkok. Semua hal ini menunjukkan pengaruh agama Buddha dalam kebudayaan Tiongkok.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *