• Thursday, 5 July 2018
  • Goenawan S
  • 0

Cerita ini terdiri dari 3 panel relief yang menggambarkan adegan seekor burung angsa yang membawa terbang dua ekor kura-kura. Kura-kura tersebut dipahatkan dalam posisi menggantung dengan cara menggigit pada masing-masing ujung tongkat kayu yang dibawa terbang oleh burung angsa dan membawa terbang kedua kura-kura tersebut.

Cerita ini harus diikuti dari sebelah kanan ke kiri, berlainan dengan relief lain di Candi Jago. Kitab yang menceritakan hal ini dapat dilihat di kitab Tantri Kamandaka, Hikayat Kalila dan Damina, kitab Hitopadesa, Panchatantra, Katha Sarit Sagara dan Jataka (Kaachapa-jataka). Beberapa kitab itu ada sedikit perbedaan baik tentang nama maupun jumlah tokoh yang ada di sana.

Dari kitab Tantri Kamandaka menceritakan bahwa dua kura-kura yang hidup di telaga Kumudawati bernama Durbuddi dan Kacchapa. Di telaga itu hidup pula dua ekor angsa bernama Cakrangga dan Cakranggi.

Baca juga: Kisah Mirip Malin Kundang Terpahat di Borobudur

Karena musim kemarau yang panjang menyebabkan air di telaga itu berkurang, maka kedua angsa itupun berpamitan dengan kura-kura untuk berpindah tempat di telaga lain yang masih berair banyak. Kura-kura pun ingin pindah mengikuti sahabatnya itu namun tidak tahu bagaimana caranya.

Angsa yang pandai pun memberi usul agar Kura-kura menggigit tongkat yang akan dibawanya terbang ke telaga yang baru, namun angsa juga berpesan agar apa pun yang terjadi, janganlah kura-kura berbicara, karena gigitan pada tongkat akan terlepas dan kura-kura akan jatuh ke tanah.

Setelah kedua kura-kura itu berjanji akan menaati nasihat angsa, maka angsa pun membawa mereka terbang. Di suatu tempat tinggallah dua ekor serigala bernama Nohan dan Babyan yang sedang berteduh di bawah pohon. Mereka melihat angsa yang membawa terbang kura-kura itu dan saling berbicara satu dengan lainnya.

Alangkah ajaibnya, ada kura-kura yang dibawa terbang oleh angsa, namun Nohan menjawab bahwa itu bukanlah kura-kura tetapi kotoran sapi yang akan dibawa pulang oleh angsa untuk makanan anak-anaknya. Mendengar hal itu kedua kura-kura sangat marah dan akan menjawab perkataan Nohan.

Baru saja mereka akan membuka mulut, terlepaslah gigitan mereka dari tongkat dan jatuh ke tanah. Mereka pun menjadi makanan kedua serigala itu.

Goenawan A. Sambodo

Seorang arkeolog, Tim Ahli Cagar Budaya Temanggung, menguasai aksara Jawa kuno.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *