• Friday, 27 April 2018
  • Ngasiran
  • 0

Matahari belum sepenuhnya terbit saat Sukoyo, 65 tahun keluar dari rumah tinggalnya. Dengan membawa jeriken dan deres (semacam golok khusus) Sukoyo berangkat menuju ladang miliknya untuk mengambil nira aren atau oleh orang desa di Temanggung disebut sebagai aktivitas menderes.

Kepala Dusun Krecek ini sudah menekuni pekerjaan nderes sejak berusia 13 tahun. Sesepuh dusun ini adalah salah satu dari sekian banyak warga yang masih menekuni pekerjaan turun-temurun masyarakat pedesaan Temanggung.

Nderes merupakan aktivitas mengambil nira aren untuk diproduksi menjadi gula. Meskipun tidak sebagai pekerjaan utama, hasil nderes bisa menjadi tambahan penopang hidup sehari-hari.

Sayang, pekerjaan ini mungkin akan punah beberapa puluh tahun mendatang karena saat ini generasi muda jarang ada yang menekuni pekerjaan ini. Ditambah lagi lamanya pertumbuhan pohon aren yang tidak ada penanaman kembali tetapi hanya tumbuh secara liar.

Nderes, sebuah proses panjang

Bagi Sukoyo, pekerjaan mengambil nira aren bukan pekerjaan yang sulit. Tetapi untuk mendapatkan air nira memerlukan proses panjang, kesabaran, ketelitian, dan ketekunan menjadi salah satu kunci untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

Nderes itu tidak ada ilmunya, saya sendiri hanya mengamati dan mengikuti orangtua zaman dulu. Ya hanya melihat, setelah itu praktik begitu saja,” tuturnya.

Air nira diambil dari dangu, tangkai bunga pohon aren (orang desa banyak yang menyebut dangu sebagai bunga jantan pohon aren). Ada 3 jenis dangu aren menurut Sukoyo. Tiga jenis ini juga menentukan banyak sedikit, mudah, dan susahnya mendapatkan hasil air nira.

“Ada tiga jenis dangu, orang dulu menyebutnya: polo ireng, polo ijo, dan polo resah. Polo ireng yang sudah pasti keluar niranya, polo resah kadang mudah, sedangkan polo ijo sangat jarang bisa keluar nira. Ini bisa dilihat dari warna biji arenya. Polo ireng warnanya hitam, polo resah berwarna cokelat sedangkan, polo ijo berwarna hijau,” terang Sukoyo.

Untuk memulai nderes, pertama kali yang harus dilakukan adalah ngugoi, yaitu membersihkan tangkai bunga yang akan dideres. Setelah tangkai dibersihkan, tangkai dipukul secara merata. Tak cukup sekali, pemukulan tangkai bunga ini dilakukan beberapa kali selama kurang lebih 1 – 2 bulan. Pemilihan waktu pemukulan pun tak bisa sembarangan, mereka hanya menggunakan dua hari pasaran, Legi dan Wage.

Tahap selanjutnya memangkas. Untuk memangkas, selain proses pemukulan sudah dirasa cukup juga dilihat dari kematangan dangu. “Kalau sudah matang, biasanya bunga pada dangu sudah dikerubungi lebah.”

Tak berbeda dengan proses pemukulan, pada saat memangkas juga ada perhitungan sendiri. Kalau proses pemukulan menggunakan hari pasaran, sedangkan pemangkasan menggunakan hari kelahiran (weton). “Kalau mangkas berdasarkan kewarisane dewe-dewe, biasanya menggunakan hari keempat atau keenam. Contohnya saya lahir hari Senin jadi ketika mangkas ya hari Kamis atau Sabtu.”

Baca juga: Rejepan: Budaya Menghormati Para Leluhur

Setelah dipangkas, proses selanjutnya adalah membungkus tangkai dengan daun jajar. Proses ini berjalan sekitar 3 – 5 hari, setelah ada tetesan nira pada daun baru dikasih jeriken atau lodong. Ketika sudah lima hari tidak keluar nira maka proses menderes gagal dan tidak dilanjutkan.

Pada zaman dulu, sebagai wadah nira masyarakat penderes menggunakan bambu yang sering disebut sebagai lodong. Tak sembarangan, bambu yang yang digunakan adalah bambu khusus, yaitu bambu belo dengan alasan berukuran besar. Tetapi dalam perkembanganya, masayarakat kini telah menggunakan jeriken karena dinilai lebih praktis.

Mengambil nira dilakukan pada pagi dan sore hari. Pagi hari mereka mangambil nira yang sudah ditampung di jeriken atau lodong selama satu malam, setelah mengambil lodong atau jeriken berisi nira, rangkai dipangkas lagi dan ditaruh jeriken baru untuk menampung seharian dan diambil pada sore hari.

Sebagai campuran nira agar mudah untuk direbus dan dijadikan gula aren, masyarakat menggunakan laru. Laru adalah air rebusan dari galeh kayu. Masyarakat banyak menggunakan galeh pohon nangka untuk ini.

Pantangan, ajaran disiplin masyarakat Jawa

Untuk mendapatkan nira yang banyak dengan kualitas yang baik, masyarakat penderes khususnya di Dusun Krecek meyakini beberapa pantangan, hal yang harus dihindari.

Beberapa contohnya, ketika mengambil nira dari pohon aren tidak boleh langsung diminum. Ketika ini dilakukan, bisa membuat air nira tidak mau keluar lagi dari pohon aren. “Nek ajaran mbah-mbah zaman mbiyen, ora oleh langsung diombe, ndak mampet.

Pada saat merebus air nira juga ada beberapa kayu yang tidak boleh digunakan. “Kayu pete, kayu jengkol itu tidak boleh, karena kadang bisa membuat mampet dan tidak mau keluar niranya”.

Pantangan-pantangan ini dihindari begitu saja oleh masyarakat penderes hingga kini meski tidak mengetahui alasan pastinya. “Adalagi yang mengatakan kalau ketika memangkas potongan dangu menghadap ke atas pertanda tidak keluar, sedangkan ketika potonganya menghadap ke bawah bisa keluar,” imbuh Sukoyo.

Pekerjaan menderes dengan segala disiplin dan pantangannya hingga kini masih menjadi salah satu penghasilan tetap masyarakat Dusun Krecek. Meskipun begitu, ada perbedaan hasil nira pada zaman dulu dan sekarang.

Kalau pada zaman dulu, para leluhurnya Sukoyo, satu dangu dapat bertahan hingga 7 bulan. Sedangkan saat ini, sebaik-baiknya dangu hanya bisa berjalan tak lebih dari 4 bulan. Kedisiplinan dan faktor perubahan iklim menurut Sukoyo yang menjadi salah satu penyebabnya.

Ngasiran

Penikmat kopi, sehari-hari bekerja sebagai tukang ngarit dan jurnalis BuddhaZine, tinggal di Temanggung, Jawa Tengah.

 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *